WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Kampung Kuta

Oleh: Drs. Endang Nurhuda, dkk.

Abstrak
Kampung Kuta adalah sebuah kampung adat yang memiliki adat istiadat khas dan berada di sebuah lembah dengan dinding-dinding yang tinggi. Pada awal tulisan diungkapkan keadaan lokasi penelitian mengenai Desa Karangpaninggal dan Kampung Kuta yang meliputi asal-usul, keadaan alam, kependudukan, dan pola pemukiman. Selanjutnya dibahas mengenai religi dan sistem pengetahunan, sistem kemasyarakatan, stratifikasi sosial, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, upacara tradisional, bahasa, dan kesenian. Bagian akhir berisi kesimpulan yang merupakan analisis dari seluruh tulisan. Dengan demikian secara keseluruhan penelitian ini membahas tentang keberadaan Kampung Kuta sebagai sebuah kampung adat.

Diterbitkan dalam Laporan Penelitian Edisi 16, Desember 1998

Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia di Sukabumi (1945-1950)

Oleh: Drs. Herry Wiryono, dkk.

Abstrak
Penelitian ini menggambarkan perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan, yang terjadi di daerah Sukabumi dan sekitarnya. Dalam perjuangan tersebut seluruh potensi rakyat Indonesia baik yang terdapat di Kota Sukabumi dan sekitarnya maupun di kota-kota di seluruh Indonesia, dikerahkan untuk menolak semua bentuk penjajahan dari luar karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Diterbitkan dalam Laporan Penelitian Edisi 16, Desember 1998

Kajian Isi Naskah Wawacan Rawi Mulud

Oleh: Dra. Yanti Nisfiyanti, dkk.

Abstrak
Naskah Wawacan Rawi Mulud yang isinya dikaji oleh penulis, ternyata di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur yang sangat relevan dengan tujuan pembangunan nasional, khususnya pembangunan sumber daya manusia (SDM). Isi naskah Wawacan Rawi Mulud mengungkapkan hubungan manusia dengan Penciptanya, manusia dengan lingkungan sosialnya, serta nilai-nilai keteladanan wanita.

Diterbitkan dalam Laporan Penelitian Edisi 13, Juni 1997

Pengkajian Kekuatan Tenaga Dalam pada Pencak Silat

Oleh: Drs. Agus Heryana

Abstrak
Penulis dalam kesempatan ini mengadakan pengkajian masalah tenaga dalam pada pencak silat, yang khusus menggarap masalah aspek mental spiritual. Pembahasannya lebih menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat internal, pengolahan rasa atau pengolahan diri, sehingga seseorang dapat menguasai suatu ilmu tenaga dalam.

Diterbitkan dalam Laporan Penelitian Edisi 13, Juni 1997

Jaipong dan Seren Taun Layak Diajukan ke UNESCO

Dipati Ukur, Jabar - Seni jaipongan dan upacara adat seren taun layak untuk dimasukkan ke dalam nominasi "The Intangibel Cultural Heritage of Humanity". Kedua seni budaya tersebut merupakan bagian dari 100 kesenian dan kebudayaan dari empat provinsi yang layak masuk nominasi warisan budaya tak benda.

"Seni jaipongan bukan hanya berkembang di wilayah Jabar, tetapi berkembang di Nusantara, bahkan dunia," ungkap Kepala Balai Peninggalan Nilai Sejarah dan Tradisi (BPNST) Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Toto Sucipto kepada wartawan di Monumen Perjuangan Rakyat Jabar (Monju), Jln. Dipati Ukur Bandung, Kamis (18/11).

Begitu pun dengan upacara adat seren tahun. Menurut Toto, upacara seren tahun bukan hanya dilaksanakan masyarakat adat yang ada di wilayah Jabar, namun banyak digunakan masyarakat adat lainnya di Indonesia. "Alasan inilah yang menjadikan kedua seni dan budaya tersebut sangat layak untuk diusulkan sebagai nominasi warisan budaya tak benda ke UNESCO," ujarnya.

Dikatakan Toto, selain dari Jabar, seni lainnya yakni topeng Betawi dari Jakarta dan tari zapin dari Lampung layak diajukan sebagai nominasi warisan budaya tak benda. Tahun ini Indonesia baru mengajukan tari saman dari Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) ke UNESCO.

"Tahun 2011, tari saman akan diresmikan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO melalui sidang yang rencananya digelar di Indonesia," ujarnya.

Menurut Toto, tari saman diajukan karena tarian ini sudah dilengkapi dengan data dan informasi mengenai perkembangannya saat ini. Sedangkan empat seni lainnya belum dilengkapi dengan data dan informasi.

"Padahal, sidang Inter-Governmental Committee UNESCO akan dilaksanakan di Indonesia tahun depan. Seharusnya Indonesia bisa mengajukan seni lebih dari satu untuk diakui sebagai warisan budaya tak benda," ujarnya.

Karena itu, lanjutnya, pihaknya terus menggalakkan program inventarisasi dan dokumentasi warisan budaya tak benda (Indok WBTB) ke daerah-daerah untuk mendata dan inventarisasi kesenian dan kebudayaannya masing-masing. Namun sayang, program tersebut tidak mendapat sambutan dari pemerintah daerah sebagai pemilik kesenian dan kebudayaan masing-masing.

"Saya kurang tahu apa alasannya, kenapa setiap daerah tidak tanggap dengan program tersebut. Padahal yang memiliki kesenian adalah kabupaten/kota," ujarnya.

Menurut Toto, program Indok WBTB ini dinilai penting agar pemerintah pusat memiliki data dan bisa melengkapi deskripsi serta sejarah kesenian dan kebudayaan dari daerah tersebut. Seni budaya yang akan diajukan untuk masuk nominasi warisan budaya tak benda oleh UNESCO, harus memiliki deskripsi, sejarah yang lengkap serta masih digunakan dan dikembangkan masyarakat.

"Kami memiliki tim yang mengajukan ke UNESCO, namun kesenian dan kebudayaan mana yang dipilih bergantung pada tim dari UNESCO. Mereka mempunyai kriteria tersendiri untuk memilih, yang penting seni dan budaya yang diajukan harus memiliki data yang lengkap," paparnya.

Toto menyebutkan, pihaknya sudah mendata sekitar 100 kesenian dan budaya yang ada dari empat provinsi, yakni Jabar, DKI Jakarta, Banten, dan Lampung. Dari 100 kesenian dan budaya yang telah didata, sekitar 75 persennya berasal dari Jabar.

"Namun sayang, ke-100 kesenian dan budaya tersebut masih minim data, deskripsi, dan sejarahnya. Karena itu, saya meminta kepada daerah untuk melengkapi data, deskripsi, sejarah, dan perkembangan kesenian dan budaya tersebut," paparnya. (B.81)

Sumber: http://www.klik-galamedia.com

Sastra Lisan (Jampe), Suatu Kajian Struktur dan Fungsi

Penulis: Drs. Suwardi Alamsyah P.

Abstrak
Penelitian ini mengkaji tentang Jampe, yaitu sebuah karya sastra lama yang tumbuh dan berkembang secara lisan di kalangan masyarakat Sunda. Jampe tidak dapat dipahami secara terpisah dari konteks budaya masyarakat yang menghasilkannya. Oleh karena itu, dengan adanya kajian tentang struktur dan fungsi Jampe pada masyarakat Sunda akan membantu pemahaman masyarakat luar terhadap isi jampe, serta mengetahui sosio-budaya masyarakat Sunda pada masanya.

Diterbitkan dalam Laporan Penelitian Edisi 17, Februari 1999

Program Peningkatan Kinerja Kemampuan Staf Peneliti dan Pengkajian Naskah Kebudayaan Daerah Pada Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung

Oleh: Dra. S. Dloyana Kusumah

Abstrak
Keberhasilan suatu mekanisme kerja sebuah lembaga, salah satunya adalah bergantung pada kinerja SDM-nya. Demikian pula halnya dengan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, sebagai salah satu lembaga yang bertugas menyediakan informasi kebudayaan daerah, pada dasarnya akan berhasil dalam melaksanakan program kerjanya, jika staf peneliti, tenaga administrasi, dan tenaga dokumentasi sebagai SDM memiliki kinerja yang dapat diandalkan.

Diterbitkan dalam Laporan Penelitian Edisi 13, Juni 1997

Carita Pantun Dadap Malang Ci Mandiri: Kajian Isi dan Peranannya dalam Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan Nasional

Oleh: Drs. Suwardi A.P. dan Dra. Yanti Nisfiyanti

Abstrak
Penulis membatasi tulisannya pada aspek bentuk dan isi. Aspek bentuk yang dimaksud adalah cara pengarang menyampaikan ide-ide atau gagasan. Sedangkan yang dimaksud dengan isi adalah ide atau gagasan yang ngin disampaikan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka kajiannya meliputi alur cerita, tokoh dan penokohan, latar, tema serta peranan cerita pantun dalam pengembangan kebudayaan nasional.

Diterbitkan dalam Laporan Penelitian Edisi 10, April 1996

Budaya Tradisional Masyarakat Betawi

Oleh: Drs. Yuzar Purnama, dkk.

Abstrak
Masyarakat Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, sampai kini tetap memelihara budaya tradisional mereka. Budaya itu mencakup sistem organisasi sosial, sistem pengetahuan, teknologi, religi, kesenian, dan bahasa.

Eksistensi masyarakat Betawi berikut budaya tradisionalnya merupakan hal yang unik. Permasalahannya adalah mereka sekarang hidup di zaman modern. Namun ternyata mereka tidak banyak terpengaruh oleh arus globalisasi yang makin kuat.

Diterbitkan dalam Jurnal Penelitian BPSNT Bandung Edisi 39, Desember 2007

Peninggalan Sejarah sebagai Obyek Wisata di Pandeglang

Oleh: Drs. Herry Wiryono dan Drs. Heru Erwantoro

Abstrak
Peninggalan sejarah di Kabupaten Pandeglang jenisnya beragam yang mewakili tiga zaman, yaitu prasejarah, Islam, dan kolonial. Peninggalan sejarah itu dapat menjadi obyek wisata yang lebih menarik, apabila dalam pengelolaannya dipadukan secara baik dengan lingkungan alam disekitarnya. Salah satu kendala bagi pemeliharaan peninggalan sejarah/obyek wisata di Pandeglang prasarana transportasi yang tidak memadai. Kondisi jalan perlu mendapat perhatian daerah Pemerintah Kebupaten Pandeglang.

Diterbitkan dalam Jurnal Penelitian BPSNT Bandung Edisi 39, Desember 2007

Upaya Perlindungan Sosial Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar di Kabupaten Sukabumi

Oleh: Drs. Toto Sucipto

Abstrak
Upaya untuk meningkatkan taraf hidup dan derajat kemanusiaan bangsa Indonesia telah banyak dilakukan, baik oleh pemerintah maupun oleh berbagai lembaga kemasyarakatan. Demikian juga, dana yang dihabiskan untuk keperluan pemberdayaan masyarakat sudah tidak terhitung banyaknya. Namun kenyataannya, masih saja dijumpai dan erat melilit kehidupan sebagian besar warga masyarakat.

Salah satu faktor yang menjadi penyebab tidak suksesnya program-program dalam pemberdayaan masyarakat adalah ketidaktepatan dalam menentukan program atau telah terjadi salah urus. Hingga setiap program yang berkenaan dengan perbaikan kehidupan acapkali tidak mengenai sasaran.

Diterbitkan dalam Jurnal Penelitian Vol. 40, No. 3, Desember 2008

Budaya Spiritual Syekh Aulia Abdul Gopur

Oleh: Drs. Hermana

Abstrak
Keberadaan makam keramat Syekh Aulia Abdul Gopur sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat sekitarnya dari segi sosial maupun ekonomi. Dari segi sosial kemasyarakatan, mereka mengenal adat istiadat para peziarah, sehingga dapat belajar dan memaknai kehidupan masyarakat pada umumnya. Para peziarah menginginkan perubahan taraf hidup, ketenangan jiwa, dan ini kebanyakan berhasil. Dengan motivasi seperti itu mereka mendatangi tempat keramat tersebut.

Diterbitkan dalam Patanjala, Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 1 No.3 September 2009

Sistem Ekonomi Perajin Rangginang di Desa Cikoneng Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung

Oleh: Dra. Ani Rostiati

Abstrak
Penulis mengungkapkan sistem ekonomi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok hidupnya yang meliputi pola produksi dan pola distribusi. Kemudian, dikaji pengaruh perubahan kebudayaan terhadap sistem ekonomi masyarakat tersebut.

Diterbitkan dalam Laporan Penelitian Edisi 8, Desember 1995

Keserasian Sosial dan Partisipasi Suku Bangsa Lampung Dalam Pembangunan di Pedesaan

Oleh: Drs. T. Dibyo Harsono

Abstrak
Partisipasi masyarakat Lampung dalam pembangunan sangat besar terlihat dari berbagai peranannya dalam menggerakkan roda pembangunan, perekonomian daerahnya. Mereka saling bahu membahu dan bekerjasama dengan masyarakat pendatang dalam membangun daerahnya dengan meningkatkan kualitas hidup. Penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian, masyarakat Lampung merupakan petani ladang, dalam mengolah lahan menjadi sawah mereka memperkerjakan orang lain (orang Jawa) yang ada di daerahnya. Sehingga dalam pembangunan mereka hidup bersama secara harmonis dilakukan sejak lama. Pemanfaatan tenaga kerja dalam berbagai pembangunan sudah tidak memandang kesukuan, dengan berbeda suku bangsa mereka saling menguntungkan dan ada pemerataan pendapatan dalam bidang pertanian, perekonomian meskipun dalam lingkup lokal.

Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan sebagai Objek Wisata di Kabupaten Ciamis

Oleh: Drs. Adeng

Abstrak
Uraian masalah peninggalan sejarah dan kepurbakalaan di Kabupaten Ciamis ini mencakup beberapa peninggalan sejarah kepurbakalaan yang sekaligus beberapa di antaranya dijadikan sebagai objek wisata, yaitu Situs Astana Gede (Kawali), Situs Panjalu, Situs Pangandaran, Situs Jambansari, dan Situs Bojong Galuh. Adapun dua situs lainnya yang tidak dapat dijadikan objek wisata adalah Situs Citapen dan Situs Candi Ronggeng. Dalam penelitian ini penulis menguraikan latar belakang sejarah dari keberadaan masing-masing situs tersebut.

Diterbitkan dalam Laporan Penelitian Edisi 12, Maret 1997

Latar Belakang Berdirinya Sekolah Staf dan Pimpinan Kepolisian Republik Indonesia (Sespim Polri) di Kabupaten Bandung

Oleh: Drs. H. Iwan Roswandi

Abstrak
Penelitian ini mengungkapkan latar belakang berdirinya Sekolah Staf Pimpinan Kepolisian Republik Indonesia (Sespim Polri) di Kabupaten Bandung, dengan tinjauan latar belakang sejarah Kepolisian, sejak masa penjajahan Belanda dan Jepang, Kepolisian pada masa Proklamasi dan setelah Proklamasi, struktur POLRI di bawah Kementerian Dalam Negeri dan Perdana Menteri, lahirnya Sespim POLRI, serta struktur organisasi, tugas, dan fungsi Sespimpol.

Diterbitkan dalam Laporan Penelitian Edisi 12, Maret 1997

Sistem Teknologi Tradisional Pembuatan Meja Unyil di Desa Mekar Rahayu Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung

Oleh: Dra. Enden Irma R.

Abstrak
Penulis mengungkap masalah pembuatan meja unyil di Kecamatan Margaasih, yang hingga kini masih dikerjakan dengan sistem teknologi tradisional. Di dalamnya diuraikan masalah pola produksi yang menggambarkan proses yang ditunjang dengan adanya bahan baku, peralatan, serta tenaga kerja. Selanjutnya dibahas masalah pola distribusi, yang ternyata Meja Unyil tidak hanya menjangkau pemasaran di Kota Bandung, juga menembus beberapa kota di Jawa Barat.

Diterbitkan dalam Laporan Penelitian Edisi 12, Maret 1997

Pola Kehidupan Santri di Pesantren Jagasatru

Oleh: Drs. Hermana

Abstrak
Pendidikan Pesantren Jagasatru mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan masyarakat sekitarnya. Hal ini membuktikan kesadaran dan penghargaan tentang pentingnya pendidikan agama untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Dampak lainnya adalah adanya perubahan cara berfikir dan persepsi setiap individu dalam usaha mengadakan perubahan dan dengan berdirinya pondok pesantren ini sangat menunjang program pemerintah di bidang pendidikan Hubungan santri dalam lingkup pesantren terjalin hubungan kekeluargaan yang terikat oleh atuan-aturan pondok pesantren. Dengan rasa solidaritas yang tinggi, begitu juga hubungan dengan warga masyarakat sekitar cukup erat karena para santri memahami pentingnya hidup bermasyarakat.

Diterbitkan dalam Laporan Penelitian Edisi 8, Desember 1995

Popular Posts