WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Keris Sebagai Warisan Dunia Sulit Dipertahankan

Bandung - Dari lima karya budaya Indonesia yang telah diakui Unesco sebagai warisan budaya dunia, keris adalah yang paling sulit untuk dipertahankan kelestariannya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

"Kalau wayang gampang bisa dipentaskan, kalau keris sulit pelestariannya," kata Kepala Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bandung, Toto Sucipto, di Bandung, Kamis.

Tidak seperti batik yang mudah dilestarikan dalam pakaian sehari-hari, lanjut Toto, keris juga tidak mungkin digunakan oleh masyarakat sebagai perkakas dalam kehidupan sehari-hari.

"Bisa-bisa terkena razia senjata tajam kalau dibawa ke mana-mana," ujarnya.

Salah satu ide yang diusulkan namun belum terealisasi sampai saat ini adalah pembentukan lembaga keris sebagai wadah untuk mengumpulkan para perajin, kolektor, dan juga peminat keris agar benda warisan budaya itu terus dikembangkan dan tidak punah dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

Sebagai konsekuensi dari pengakuan Unesco, Indonesia mempunyai kewajiban untuk melestarikan dan mengembangkan keris agar terhindar dari kepunahan. Unesco berhak untuk mencabut kembali pangkuan tersebut apabila Indonesia tidak bisa menjaga kelestarian keris sebagai warisan budaya yang telah diakui dunia.

Saat ini Indonesia telah berhasil meraih pengakuan warisan budaya dunia dari Unesco untuk lima karya budaya, yaitu wayang pada 2003, keris pada 2006, angklung pada 2010, batik pada 2009, dan tari saman gayo pada 2011.

Menurut Toto, pemerintah tengah menyiapkan 3 karya budaya lain untuk mendapat pengakuan Unesco, yaitu noken dari Papua, tenun ikat Sumba, serta situs tradisional di Bali. (D013)

Pergunu Jabar Imbau Guru Kenalkan Sejarah dengan Menarik

Tasikmalaya, NU Online
Wakil Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Barat Saepuloh mengimbau guru-guru NU, terutama guru sejarah, harus bisa menyampaikan pelajaran dengan menarik serta bisa memahamkan peserta didik bahwa sejarah itu penting dalam konteks kekinian.

Menurut Saepuloh menarik di sini bisa dengan berbagai cara, misalnya mempelajari sejarah tidak melulu melalui teks, tapi film. Bisa juga anak-anak diajak turun langsung ke tempat-tempat bersejarah. “Bisa juga anak-anak itu belajar sejarah dengan mempraktikan sendiri dalam seni peran seperti teater supaya bisa lebih mengen,” terangnya.

Saepuloh juga mengimbau guru NU untuk mengajarkan sejarah lokal dimana mereka tinggal supaya tidak terasing di tempat tinggalnya sendiri. “Ajarkanlah sejarah supaya anak tahu perjuangan leluhurnya,” katanya melalui pers rilis selepas menghadiri Seminar Sejarah; Sejarah Kota Tasikmalaya: Pertumbuhan dan Perkembangan Kota di Priangan Timur. Kegiatan tersebut berlangsung di Tasikmalaya, Hotel Harmoni pada Sabtu, (18/10).

Jangan sampai, lanjut dia, orang yang lebih tahu sejarah kita justru orang lain. Jika itu terjadi bisa saja mereka melakukan penyelewengan sehingga merugikan pihak yang ditulis.

Pada seminar yang diselenggarakan Pergunu Jawa Barat bekerja sama dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung Kemendikbud RI dan Pemerintah Kota Tasikmalaya tersebut, hadir, Kepala BPNB Bandung Drs. Toto Sucipto, Wakil Ketua Pergunu Jawa Barat H. Saepuloh, M.Pd., dan Kepala Dinas Budaya, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga Drs. Undang Hendiana, M.Pd.

Sementara narasumber dalam kegiatan tersebut adalah Prof. Dr. Sobana Hardjasaputra, MA., Muhajir Salam, S.S., Dr. Agus Mulyana, M.Hum., Dr. Didin Wahidin, M.Pd. (Ketua ISNU Jawa Barat), Drs. Heru Erwanto, dan Rahmat Mahmuda., SH., M.M.

Dalam sambutannya Kepala Dinas Budaya, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Drs. Undang Hendiana, M.Si., menyambut baik kegiatan tersebut yang bertujuan untuk menggali dan memahami perkembangan kota Tasikmalaya, “Semoga kegiatan ini ada out put yang baik bagi kota Tasikmalaya,” katanya.

Kegiatan tersebut diikuti oleh 45 guru sejarah dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), 45 orang budayawan, serta 10 orang dari dinas Budaya, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga Pemkot Tasikmalaya. (Red: Abdullah Alawi)

Siswa SMA dan SMK Kunjungi Sentra UKM dan Kampung Adat Tasikmalaya

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Sebanyak 150 siswa SMA dan SMK dari Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, dan Banten, mengadakan kunjungan seni budaya bertajuk "Jejak Tradisi Daerah Tasikmalaya" pada 20-21 Juni 2012. Siswa mengunjungi sentra kerajinan batik, kelom geulis, payung geulis, serta Kampung Adat Tasikmalaya.

Kegiatan ini adalah program rutin yang diselenggarakan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung. Sebelumnya, BPNST juga melakukan kunjungan ke Kota Tua Jakarta, Candi Batujaya di Karawang, dan Kampung Adat Sinaresmi di Sukabumi.

Kepala BPNST Toto Sucipto mengatakan kegiatan ini bertujuan meningkatkan pemahaman generasi muda tentang keanekaragaman budaya dan arti penting kreatifitas di masyarakat. Ia berharap siswa bisa mengambil semangat dari setiap kerja keras dan kreativitas pelaku usaha dan masyarakat adat."Banyak tradisi yang kini nyaris punah. Padahal, banyak pesan dan warisan dari tradisi itu yang memberikan karakteristik bangsa," kata Toto.

Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, dan Olahraga Kota Tasikmalaya Tantan Rustandi mengatakan kunjungan ini diharapkan bisa mempromosikan keunggulan Tasikmalaya. Ia mengatakan sektor UKM seperti kelom dan payung adalah khas Tasikmalaya yang tidak ditemui di daerah lain. Ia berharap, peminat dari kalangan generasi muda bisa terbangun dan membuat warisan tradisi tetap terjaga.

"Saat ini, kami memprioritaskan kunjungan wisatawan ke sektor UKM ini. Dalam setahun, rata-rata pengunjung mencapai 300.000 orang. Hal itu bisa ditingkatkan lagi bila promosi terus dilakukan," katanya.

Riksa Mutia, siswa SMA Bina Muda Cicalengka, Kabupaten Bandung mengatakan antusias dengan kegiatan ini. Ia mengatakan batik adalah salah satu tradisi yang ingin ia geluti. Ia mengatakan gerah dengan adanya klaim dari negara lain tentang batik padahal pengetahuannya sendiri tidak cukup banyak mengenai keanekaragam batik.

"Saya bisa bertanya tentang cara membuat, pemasaran, hingga jenis motif motif yang beragam di Tasikamalaya. Semoga bisa menjadi modal untuk mencintai karya asli Indonesia," katanya.

Menapak Jejak Tradisi Daerah Bersama BPNB Bandung (1)

Destinasianews – Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung kembali menggelar kegiatan Jejak Tradisi Daerah (JETRADA), 01 – 03 Agustus 2015, ke Kampung Adat Dukuh, Desa Ciroyom, Cikelet, Kab. Garut bersama 150 peserta dari kalangan pelajar dan pengajar tingkat SMA/SMK yang merupakan perwakilan sekolah menengah dari empat provinsi wilayah kerja BPNB Bandung, yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, dan Banten.

jetrada 2“Kegiatan JETRADA ini merupakan kegiatan rutin setiap tahun dengan peserta para siswa tingkat SMA/SMK yang dipilih dari empat wilayah kerja BPNB Bandung. Kegiatan ditujukan sebagai bentuk pengenalan nilai-nilai keragaman budaya tradisional masyarakat. Tahun ini kebetulan kita berkunjung ke Kampung Adat Dukuh di Cikelet, Garut.mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi para siswa menambah wawasan budaya dan ikut bangga serta melestarikan nilai-nilai kearifan lokal. Ya setidaknya mengenal saja dulu, seperti peribahasa mengatakan tak kenal maka tak sayang. Makanya kenali negerimu, cintai negerimu!” papar Toto Sucipto, Kepala BPNB Bandung saat pembukaan acara di Kantor BPNB Bandung, Jalan Cinambo No. 136, Ujungberung, Bandung, Sabtu (01/08/2015).

Toto juga manambahkan hasil dari kegiatan jejak tradisi daerah ini, akan dipilih beberapa siswa terbaik yang nantinya akan mewakili BPNB Bandung di kegiatan jejak tradisi nasional (JETRANAS) 2015 yang rencananya digelar di Surabaya, akhir tahun mendatang.jetrada 3

Peserta sendiri mewakili sekolahnya masing-masing, rata-rata sekolah yang diundang mengirim 2 sampai 3 orang siswa. “Ya saya membawa 3 orang siswa, satu siswa dan 2 orang siswi. Mereka ditunjuk dan dipilih berdasarkan keaktifan siswa saat belajar, kemampuan berbicara yang sedikit lebih unggul dibanding siswa lainnya,” ujar Dadi, salah seorang pengajar dari SMA Taruna Bakti Bandung yang ikut menjadi peserta dan guru pembimbing para siswanya.

jetrada 4Tepat pukul 09.00 pagi, rombongan berangkat menuju ke penginapan di kawasan pantai Sayang Heulang, Pameungpeuk, Garut dengan menggunakan 5 bis mini. Dengan menempuh perjalanan kurang lebih selama 7 jam, akhirnya rombongan pun tiba di pondok penginapan di pesisir pantai selatan Garut. Malamnya, sekira pukul 7 malam, rombongan pun mengikuti pemaparan tentang profil Garut yang disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan & Pariwisata Garut dan pemaparan tentang penyuluhan Bahaya Narkoba yang disampaikan Kapolsek Cikelet, Ajun Komisaris Polisi Sobur Mulyadi. Setelah rangkaian acara beres, para peserta pun beristirahat dan mempersiapkan perjalanan ke kampung Adat Dukuh esok harinya. (IG/dtn)

Potensi Ekonomi Pengrajin Benang Bintik (Batik) Provinsi Kalimantan Tengah

JudulPotensi Ekonomi Pengrajin Benang Bintik (Batik) Provinsi Kalimantan Tengah
PengarangSalmon Batuallo
PenerbitBalai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak
CetakanPertama, 2008
Tebalvii + 40 halaman
Desain SampulLestari

Potret Keluarga Jawa di Kota Surakarta

JudulPotret Keluarga Jawa di Kota Surakarta
PengarangSumarno, Emiliana Sadilah, Sumintarsih, dan Ernawati Purwaningsih
PenerbitBalai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Yogyakarta
CetakanPertama, 2013
Tebalx + 186 halaman
Desain SampulTim Elmatera

Wayang: Pengayaan Bahan Ajar Muatan Lokal

JudulWayang: Pengayaan Bahan Ajar Muatan Lokal
Pengarang
PenerbitPusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 2014
Tebalxii + 102 halaman
Desain SampulGenardi Atmadiredja

Peralatan Produksi Tradisional dan Perkembangannya Daerah Nusa Tenggara Timur

JudulPeralatan Produksi Tradisional dan Perkembangannya Daerah Nusa Tenggara Timur
Pengarang
PenerbitProyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen
CetakanPertama, 1991
Tebalxi + 268 halaman
Desain SampulLestari

Pengrajin Anyaman Tikar Lampit di Kabupaten Kapuas Hulu

JudulKehidupan Sosial, Budaya dan Ekonomi Pengrajin Tradisional Anyaman Tikar Lampit di Kabupaten Kapuas Hulu
PengarangIkhsan
PenerbitBalai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak
CetakanPertama, 2008
Tebal52 halaman
Desain SampulLestari

Layang-layang Permainan Rakyat Bengkalis

JudulLayang-layang Permainan Rakyat Bengkalis
PengarangNorma Dewi, dkk
PenerbitBagian Proyek Pembinaan Permuseuman Provinsi Riau, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departeman Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1997/1998
Tebal40 halaman
Desain SampulLestari

Pelabuhan Banten Sebagai Bandar Jalur Sutra

Oleh Adeng

Abstrak
Penulisan ini dimaksudkan untuk mempelajari hubungan antara kota pelabuhan dengan perkembangan kebudayaan sebagai akibat adanya interaksi antarbangsa yang menyertai kegiatan perdagangan. Selain itu, untuk mengetahui hubungan pelabuhan dengan pedalaman serta sarana transportasinya. Dalam penulisan ini digunakan metode penelitian yang berlaku di dalam ilmu sejarah, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Pada tahap heuristik dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder. Kemudian dilakukan kritik intern dan kritik ekstern untuk memastikan keotentikan dan kredibilitas. Selanjutnya data tersebut dikelompokkan menurut jenisnya. Setelah proses pemberian makna, maka sampailah pada tahap historiografi, yaitu proses penulisan kisah sejarah. Peranan dan kedudukan Banten sebagai pelabuhan jalur sutra yang perkembangannya begitu pesat tidak terlepas dari perkembangan dunia internasional, yang disebabkan oleh adanya motif ekonomi, politik, dan agama.

Kata kunci: pelabuhan, kota dagang, jalur sutra.

Abstract
This writing is intended for studying the relationship between port city and culture development as the result of international interaction which. In this writing, historical method were used, including heuristic, critic, interpretation, and historiography. On the heuristic step, the collection of primary data and secondary data were conducted. Next the internal and external critic, to make sure its authenticity and originality. And then those data were grouped according its type. After the meaning giving process, finally it reached the historiography step, a history writing step. The role of Banten as a port city for the Silk Road, which the development is very fast, affected by the international world caused by economic, politic, and religion motives.

Keywords: port, trading, silk road.

Diterbitkan dalam Patanjala Vol. 2, No 1, Maret 2010

Pertempuran Convoy Sukabumi-Cianjur 1945-1946

Oleh Herry Wiryono

Abstrak
Pertempuran Convoy Sukabumi-Cianjur merupakan pengorbanan rakyat Sukabumi dan Cianjur dalam mempertahankan dan menegakkan kedaulatan Negara Republik Indonesia. Peristiwa tersebut tidak kalah penting dari peristiwa yang lainnya dalam lintasan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, terutama dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan penjajah. Berbagai komponen masyarakat Sukabumi berjuang mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamasikan. Semuanya bertekad menjaga Republik yang berusia masih sangat muda. Melalui penelitian sejarah ini, ingatan kolektif tentang peristiwa sejarah tersebut diungkap kembali. Para tokoh yang terlibat dari peristiwa itu bercerita tentang periode yang sangat krusial dalam sejarah Indonesia. Dari hasil penelitian diketahui bahwa bangsa Indonesia mampu mempertahankan kemerdekaan dengan kekuatan sendiri. Penelitian masalah tersebut dan penulisan hasilnya dilandasi oleh metode sejarah, terutama metode sejarah lisan.

Kata kunci: Pertempuran Convoy, Sukabumi, Perang Kemerdekaan.

Abstract
Battle Convoy Sukabumi-Cianjur is the sacrifice of the people of Sukabumi and Cianjur in maintaining and upholding the sovereignty of the Republic of Indonesia. This event is no less important than other events in the track history of the struggle of Indonesia, especially in maintaining the independence of Indonesia from the hands of colonialists. The various components of society struggling to maintain independence Sukabumi newly proclaimed. Everything is determined to maintain the old republic is still very young. Through this historical research, the collective memory of these historical events were revealed again. The leaders involved from the event talking about a very crucial period in Indonesian history. The survey results revealed that the Indonesian nation was able to maintain independence with their own strengths. The research problem and writing the results based on historical methods, especially methods of oral history.

Keywords: Battle of Convoy, Sukabumi, Struggle, Struggle for independence.

Diterbitkan dalam Patanjala Vol. 2, No 1, Maret 2010

Peranan Kiai dan Pesantren Cipari Garut Menghadapi DI/TII (1948-1962)

Oleh Iim Imadudin

Abstrak
Tulisan ini bertujuan mengungkap peranan salah satu pesantren bersejarah di Garut Jawa Barat, yaitu Pesantren Cipari. Pesantren ini sejak awal perkembangannya memang lekat dengan perjuangan kebangsaan. K.H. Yusuf Tauziri dan beberapa kiai lainnya memimpin gerakan Sarekat Islam di Garut tahun 1920 hingga 1930-an. Ujian kesetiaan terhadap Republik terjadi ketika gerakan DI/TII di tahun 1948 melakukan perlawanan terhadap pemerintah. Pihak pesantren dengan tegas mendukung pemerintah, sebagaimana terepresentasikan dalam sikap pemimpinnya, K.H. Yusuf Tauziri. Maka, konflik antara pihak pesantren dan pasukan DI/TII tidak terhindarkan. Tulisan ini sebagian besar berasal dari kesaksian lisan tokoh-tokoh Pesantren Cipari dan sumber tertulis lainnya. Memahami kiprah Pesantren Cipari berarti pula memahami perjuangan kebangsaan secara keseluruhan, khususnya pada masa konflik sosial setelah kemerdekaan.

Kata kunci: pesantren, Cipari, DI/TII.

Abstract
This article aims to reveal the role of one of the historical pesantren in Garut West Java, that is Pesantren Cipari. This Pesantren since beginning of its the development is closely related to the struggle of nationalism. K.H. Yusuf Tauziri and some other kiai leads movement Sarekat Islam in Garut in 1920 until 1930s. Examination of fidelity to the Republic occurred when movement DI/TII in 1948 to fight against the government. Pesantren Cipari firmly supports the government, as in the attitude of the leaders, K.H. Yusuf Tauziri. Thus, the conflict between Pesantren Cipari and forces DI/TII inevitable. This paper is largely derived from oral testimony of Pesantren Cipari leaders and other written sources. Understanding the role of Pesantren Cipari also means understanding the nationalist struggle as a whole, especially during social conflicts after independence.

Keywords: pesantren, Cipari, DI/TII.

Diterbitkan dalam Patanjala Vol. 2, No 1, Maret 2010: 33-45

Popular Posts