TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Sebanyak 150 siswa SMA dan SMK dari Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, dan Banten, mengadakan kunjungan seni budaya bertajuk "Jejak Tradisi Daerah Tasikmalaya" pada 20-21 Juni 2012. Siswa mengunjungi sentra kerajinan batik, kelom geulis, payung geulis, serta Kampung Adat Tasikmalaya.
Kegiatan ini adalah program rutin yang diselenggarakan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung. Sebelumnya, BPNST juga melakukan kunjungan ke Kota Tua Jakarta, Candi Batujaya di Karawang, dan Kampung Adat Sinaresmi di Sukabumi.
Kepala BPNST Toto Sucipto mengatakan kegiatan ini bertujuan meningkatkan pemahaman generasi muda tentang keanekaragaman budaya dan arti penting kreatifitas di masyarakat. Ia berharap siswa bisa mengambil semangat dari setiap kerja keras dan kreativitas pelaku usaha dan masyarakat adat."Banyak tradisi yang kini nyaris punah. Padahal, banyak pesan dan warisan dari tradisi itu yang memberikan karakteristik bangsa," kata Toto.
Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, dan Olahraga Kota Tasikmalaya Tantan Rustandi mengatakan kunjungan ini diharapkan bisa mempromosikan keunggulan Tasikmalaya. Ia mengatakan sektor UKM seperti kelom dan payung adalah khas Tasikmalaya yang tidak ditemui di daerah lain. Ia berharap, peminat dari kalangan generasi muda bisa terbangun dan membuat warisan tradisi tetap terjaga.
"Saat ini, kami memprioritaskan kunjungan wisatawan ke sektor UKM ini. Dalam setahun, rata-rata pengunjung mencapai 300.000 orang. Hal itu bisa ditingkatkan lagi bila promosi terus dilakukan," katanya.
Riksa Mutia, siswa SMA Bina Muda Cicalengka, Kabupaten Bandung mengatakan antusias dengan kegiatan ini. Ia mengatakan batik adalah salah satu tradisi yang ingin ia geluti. Ia mengatakan gerah dengan adanya klaim dari negara lain tentang batik padahal pengetahuannya sendiri tidak cukup banyak mengenai keanekaragam batik.
"Saya bisa bertanya tentang cara membuat, pemasaran, hingga jenis motif motif yang beragam di Tasikamalaya. Semoga bisa menjadi modal untuk mencintai karya asli Indonesia," katanya.
Sumber: http://health.kompas.com