WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Gua Sunyaragi

Menurut buku Purwaka Carabuna Nagari karya Pangeran Arya Carbon, Tamansari Gua Sunyaragi dibangun pada tahun 1703 M oleh Pangeran Kararangen. Pangeran Kararangen adalah nama lain dari Pangeran Arya Carbon. Gua Sunyaragi saat ini merupakan salah satu bagian dari keraton Kasepuhan. Sunyaragi berada tepat di sisi jalan by pass Brigjen Dharsono, dan termasuk dalam wilayah kelurahan Sunyaragi, Kesambi, Kota Cirebon denganluas sekitar 16 hektar. Di lokasi tersebut terdapat sebuah situs yang mirip candi. Konstruksi dan komposisi bangunan situs ini merupakan sebuah taman air. Oleh karena itu, masyarakat Cirebon biasa menyebut bangunan tersebut dengan nama Gua Sunyaragi, atau Taman Air Sunyaragi, atau sering disebut sebagai Tamansari Sunyaragi. Air yang keluar dari taman Sunyaragi tersebut pada zaman dahulu mengalir ke sebuah danau yang mengelilingi situs tersebut, yaitu Danau Jati. Saat ini Danau Jati sudah mengering. Lokasi persawahan dahulunya sudah digantikan oleh perumahan penduduk. Beberapa perubahan pada lokasi taman sari tersebut adalah telah dibangunnya air terjun buatan sebagai penghias, dan hiasan taman seperti Gajah, patung wanita Perawan Sunti, dan Patung Garuda.

Sunyaragi menurut bahasa sansekerta berasal dari kata ”sunya” yang berarti sepi dan ”ragi” yang berarti raga atau jasad. Taman ini berada di dalam kekuasaan Keraton Kasepuhan. Taman Sari Gua Sunyaragi sering berubah fungsi menurut kehendak penguasa pada zamannya. Pernah fungsi taman tersebut adalah sebagai tempat beristirahat dan meditasi para Sultan Cirebon dan keluarganya. Ada juga beberapa fungsi lainnya, namun secara garis besar Taman Sunyaragi adalah taman tempat para pembesar keraton dan prajurit keraton bertapa untuk meningkatkan ilmu kanuragan.

Taman Sunyaragi terdiri dari 12 bagian: (1) bangsal jinem, tempat sultan memberi wejangan sekaligus melihat prajurit berlatih; (2) goa pengawal, tempat berkumpul para pengawal sultan; (3) kompleks Mande Kemasan (sebagian hancur); (4) gua Pandekemasang, tempat membuat senjata tajam; (5) gua Simanyang, tempat pos penjagaan; (6) gua Langse, tempat bersantai; (7) gua peteng, tempat nyepi untuk kekebalan tubuh; (8) gua Arga Jumud, tempat orang penting keraton; (9) gua Padang Ati, tempat bersemedi; (10) gua Kelanggengan, tempat bersemedi agar langgeng jabatan; (11) gua Lawa, tempat khusus kelelawar; (12) gua pawon, dapur penyimpanan makanan.

Arsitektur gua Sunyaragi merupakan hasil dari perpaduan antara gaya Indonesia klasik atau Hindu, gaya Cina atau Tiongkok kuno, gaya Timur Tengah atau Islam dan gaya Eropa. Ciri arsitektur dari gaya Indonesia klasik atau Hindu terlihat pada beberapa bangunan berbentuk joglo yang dapat dilihat diantaranya pada bangunan Bale Kambang, Mande Beling dan gedung Pesanggrahan, bentuk gapura dan beberapa buah patung seperti patung gajah dan patung manusia berkepala garuda yang dililit oleh ular. Dilihat dari ornamen bangunan secara keseluruhan menunjukkan adanya suatu sinkretisme budaya yang kuat yang umumnya dipengaruhi oleh gaya arsitektur Indonesia Klasik atau Hindu.

Gaya Cina juga terlihat dari arsitektur gua sunyaragi. Hal ini dicirikan pada pada ukiran bunga seperti bentuk bunga persik, bunga matahari dan bunga teratai. Pengaruh Cina juga diperkuat, pada zaman dahulu, oleh adanya hiasan berbagai ornamen keramik Cina di bagian luarnya. Saat ini banyak hiasan keramik-keramik yang hilang atau rusak sehingga sulit tidak diketahui corak atau motif keramik tersebut. Lokasi hiasan keramik-keramik di antaranya pada bangunan Mande Beling serta motif mega mendung seperti pada kompleks bangunan gua Arga Jumut memperlihatkan bahwa gua Sunyaragi mendapatkan pengaruh gaya arsitektur Cina. Hal ini kemudian diperkuat lagi dengan adanya semacam kuburan Cina. Dikatakan demikian karena fungsi bangunan tersebut bukan layaknya kuburan biasa melainkan sejenis monumen yang berfungsi sebagai tempat berdoa para keturunan pengiring-pengiring dan pengawal-pengawal Putri Cina yang bernama Ong Tien Nio atau Ratu Rara Sumanding yang merupakan istri dari Sunan Gunung Jati.

Gaya Islam dan tikmur tengah juga terlihat pada arsitektur Gua Sunyaragi. Pembangunan gaya arsitektur tersebut adalah tatkala pemimpin pada masa lalu adalah seorang Sultan yang beragama Islam. Beberapa lokasi yang mencirikan gaya keislaman tersebut adalah pada relung-relung dinding beberapa bangunan, tanda-tanda kiblat pada tiap-tiap pasholatan atau musholla, adanya beberapa pawudlon ‘tempat wudhu’ serta bentuk bangunan Bangsal Jinem yang menyerupai bentuk Kabah jika dilihat dari sisi belakang Bangsal Jinem. Hal tersebut menjelaskan bahwa gaya arsitektur gua Sunyaragi juga mendapat pengaruh dari Timur Tengah atau Islam.

Pada masa penjajahan Belanda, Gua Sunyaragi tak luput dari sentuhan arsitektur bergaya kolonial atau eropa. Tanda tersebut dapat terlihat pada bentuk jendela yang tedapat pada bangunan Kaputren, bentuk tangga berputar pada gua Arga Jumut dan bentuk gedung Pesanggrahan.

Keraton Kasepuhan

Keraton ini dibangun pada tahun 1529 oleh Pangeran Cakrabuana (Haji Abdullah Iman Al Jawi). Keberadaan keraton ini tidak dapat dilepaskan dari Keraton Pakungwati yang telah mengalami perluasan. Keraton Pakungwati (Dalem Agung Pakungwati) yang terletak di sebelah timur Keraton Kasepuhan merupakan cikal bakal keraton Kasepuhan. Keraton Pangkuwati dibangun oleh Pangeran Cakrabuana. Perluasan dan pelebaran keraton dilakukan pada tahun 1479 hingga luasnya mencapai 4900 m2. Sekarang, situs pertama di Cirebon ini hanya menyisakan reruntuhannya dengan sisa-sisa bangunan, gua buatan, sumur dan taman.

Sepeninggal Sunan Gunung Jati, Pangeran Emas Zaenal Arifin gelar Panembahan Pakungwati I menggantikan buyutnya. Ia membangun keraton Pakungwati di sebelah barat daya keraton lama. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1529. Nama Pakungwati yang diberikan pada keraton yang baru tersebut dimaksudkan untuk mengenang putri Pangeran Cakrabuana yang meninggal saat memadamkan kebakaran hebat yang melanda Mesjid Agung Sang Cipta Rasa. Kesultanan Cirebon terbagi dua menjadi Kesultanan Kanoman dan Kasepuhan pada tahun 1969. Kesultanan Kanoman dipimpin oleh Pangeran Kartawijaya gelar Sultan Anom I, sedangkan Kesultanan Kasepuhan oleh Pangeran Martawijaya gelar Sultan Sepuh I.

Pintu gerbang utama Kraton Kasepuhan memiliki dua pintu gerbang di utara dan selatan komplek. Gerbang utara yang berupa jembatan disebut Kreteg Pangrawit, sedangkan di sebelah selatan disebut Lawang Sanga (pintu sembilan). Kreteg Pangrawit merupakan akses masuk ke bagian depan keraton. Di bagian ini terdapat dua bangunan, yaitu Pancaratna dan Pancaniti.

Bangunan Pancaratna dengan ukuran 8 x 8 m berada di kiri depan komplek arah barat. Bangunan ini berlantai tegel dan berpagar terali besi. Atapnya berbahan genteng disangga 4 sokoguru di atas lantai yang lebih tinggi dan 12 pada lantai yang lebih rendah. Di bagian puncak atap terdapat mamolo. Di sini, para demang atau wedana sering menerima pimpinan desa atau kampung yang datang hendak menghadap. Selain itu, bangunan ini merupakan tempat seba.

Bangunan Pancaniti terletak di sebelah kiri bagian depan komplek. Bangunan ini berukuran 8 x 8 m, berlantai tegel, dan menghadap ke utara. Bangunan ini tidak berdinding. Atapnya berbahan sirap yang ditunjang 16 tiang. Bangunan ini memiliki pagar terali besi. Bangunan ini difungsikan sebagai tempat perwira melatih prajurit dalam perang-perangan, tempat istirahat, dan juga sebagai tempat pengadilan.

Setelah melalui gerbang utama, terdapat halaman pertama melalui gapura adi atau gapura benteng. Halaman pertama merupakan komplek Siti Inggil terdiri dari mande pendawa lima, mande malang semirang, mande semar timadu, mande karesmen mande pengiring, dan pengada. Untuk memasuki halaman kedua melalui dua gerbang, yaitu regol pengada dan gapura lonceng. Halaman kedua terbagi dua, halaman pengada dan halaman komplek langgar agung. Halaman ketiga melalui pintu gledeg (guntur). Di bagian ini terdapat taman bunderan dewandaru, museum benda kuno, museum kereta, tunggu manunggal, lunjuk, sri manganti, dan bangunan induk keraton. Ruangan yang ada dalam bangunan induk keraton, antara lain kuncung dan kutagara wadasan, jinem pangrawit, gajah nguling, bangsal pringgandani, bangsal prabaya, bangsal agung panembahan, pungkuran, bangunan dapur maulid, dan pamburatan.

Keraton Kanoman

Keraton Kanoman berada di Kampung Kanoman, Kelurahan Lemah Wungkuk, Kecamatan Lemah Wungkuk. Di sebelah utara keraton terdapat pasar tradisional yang cukup ramai. Di sebelah selatan dan timur merupakan pemukiman penduduk. Di sebelah barat terdapat sekolah Taman Siswa. Bangunan Keraton berdenah empat persegi panjang, arah utara-selatan. Tata ruang komplek ini dibagi empat bagian, yaitu bagian depan komplek, halaman pertama, halaman kedua, dan halaman ketiga.

Ada dua versi yang menyebut tahun pembangunan Keraton ini. Pertama, tahun 1510 saka (1588 M) ketika Pangeran Mohammad Badridin (Pangeran Kertawijaya), yang bergelar Sultan Anom I mendirikan Keraton Kanoman. Titimangsa ini mengacu pada prasasti berupa gambar surya sangkala dan Keraton Sangkala pada pintu Pendopo Jinem menuju ruang Prabayasa. Matahari berarti 1, wayang Dharma Kusuma berarti 5, bumi berarti 1 dan bintang kemangmang berarti 0. Candarasengkala itu menunjukkan angka tahun 1510 saka (1588 M). Kedua, tahun 1678/1679 M saat penobatan Pangeran Mohammad Badridin menjadi Sultan Kanoman. Pembangunan keraton diperkirakan bersamaan waktunya dengan peristiwa tersebut.

Witana terletak di dalam komplek Keraton. Witana diambil dari kata awit ana, yang berarti bangunan tempat tinggal pertama yang didirikan ketika membentuk Dukuh Caruban. Dalam kakawin Negarakertagama bangunan witana digambarkan berupa panggung kayu dengan atap tanpa dinding sebagai tempat bersemayamnya raja. Menurut Babad Cerbon, Cirebon yang dikenal sekarang bermula dari pedukuhan kecil. Pedukuhan ini dibuka pada abad ke-15, yaitu sekitar 1 sura 1367 Hijriah (1445 M). Perintisnya adalah Ki Gede Alang-alang dan kawan-kawan. Pangeran Cakrabuana pada tahun 1242 M membangun Keraton Pakungwati dan Tajug Pejlagrahan di pedukuhan ini. Dalam perkembangannya, penduduk dari berbagai daerah dengan beragam mata pencaharian menetap di dukuh ini. Itulah sebabnya, dukuh ini disebut juga caruban yang berarti campuran.

Keraton Kacerbonan

Komplek Keraton atau Puri Kacerbonan berada di Jln. Pulosaren No. 48. Bangunan Keraton berdenah empat persegi panjang. Posisinya memanjang utara-selatan, dan menghadap ke utara. Luas keseluruhan bangunan keraton sekitar 38.787 m2, terdiri dari bangunan Induk, Paseban, Langgar, Gedong Ijo, Pringgowati dan Kaputren.

Pangeran Anom membangun Keraton Kacerbonan pada tahun 1808. Keberadaan Keraton tersebut terkait dengan peristiwa suksesi kepemimpinan setelah wafatnya Sultan Anom IV (Sultan Anom Muhammad Khaerudin) pada tahun 1802 M. Menurut tradisi, yang harus menggantikannya adalah anak laki-laki atau anak tertua. Sultan Anom IV memiliki anak laki-laki kembar. Pada tahun 1807 Gubernur Jenderal Daendels menetapkan bahwa keduanya mendapat gelar Sultan.

Pangeran Raja Kanoman, satu dari dua anak sultan, diangkat sebagai Sultan Kacerbonan sampai akhir hayatnya. Keturunannya melanjutkan kedudukan sultan dengan gelar pangeran saja dan tidak menjadi pegawai pemerintah kolonial. Penguasa Keraton Kacerbonan tidak memiliki wilayah kekuasaan. Sementara itu, putra Sultan Anom IV yang lain, Pangeran Abusaleh Imamudin, ditetapkan oleh Daendels sebagai Sultan Anom V. Keturunannya dapat menggunakan gelar sultan.

Pembangunan Keraton Kacerbonan tidak dilakukan sekaligus. Raja Kanoman pada tahun 1808 hanya mendirikan bangunan induk, Paseban, dan Langgar. Pangeran Daendawijaya yang bergelar Raja Madenda membangun Gedong Ijo pada tahun 1875, dan Pangeran Partaningrat Madenda III membangun Pringgowati pada masa pemerintahannya antara tahun 1915-1931.

Budaya Spiritual di Lingkungan Makam Sultan Maulana Yusuf

Oleh: Drs. Yuzar Purnama

Abstrak
Budaya spiritual antara lain dimanifestasikan dalam bentuk kunjungan (wisata) ke tempat-tempat yang dianggap mengandung unsur religi. Tempat dimaksud antara lain makam yang dianggap mengandung keramat, seperti makam Sultan Maulana Yusuf di Desa Margaluyu Kecamatan Kasemen kabupaten Serang, Banten.

Makam Sultan Maulana Yusuf dianggap keramat, karena sultan itu adalah salah seorang tokoh penyebar agama Islam. Semasa hidupnya ia banyak berbuat kebajikan dan kemaslahatan bagi masyarakat. Ia adalah Sultan Banten yang mampu menundukkan raja dan masyarakat Kerajaan Sunda yang bergama Hindu/Budha. Dalam masa kepemimpinannya, Sultan Maulana Yusuf juga berhasil memajukan dan mensejahterakan rakyatnya.

Keberhasilan sultan itu berkaitan erat dengan kepemimpinan, kewibawaan, dan penguasaan ilmu agama (Islam). Oleh karena itu, di lingkungan makam Sultan Maulana Yusuf kemudian timbul dan berkembang budaya spiritual. Penelitian/tulisan ini mencoba menggambarkan bagaimana perkembangan budaya spiritual di lingkungan makam tersebut, baik di kalangan penduduk setempat maupun di kalangan pejiarah.


Diterbitkan dalam Jurnal Penelitian Vol. 40, No. 2, Agustus 2008

Selengkapnya download pdf dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/

Wacana Perempuan dalam Teks Naskah Purnama Alam (Sebuah Kajian Naskah Kuno di Kabupaten Sukabumi)

Oleh: Dra. Lina Herlinawati

Abstrak
Wacana perempuan banyak dibicarakan orang dari dulu, terutama yang berkaitan dengan masalah eksistensi perempuan dalam kehidupan di dunia berdampingan dengan kaum laki-laki. Tak ketinggalan dalam naskah-naskah lama pun dapat disimak wacana mereka. Salah satunya dalam wacana Purnama Alam, yang berisikan wacana perempuan dalam kemandirian, keetiaan, kesabaran, keikhlasan yang memiliki nilai lebih dibanding kaum laki-laki.

Diterbitkan dalam Jurnal Penelitian BKSNT Bandung Edisi 31, Juli 2005

Pola Pengasuhan Anak pada Masyarakat Kampung Adat Mahmud Desa Mekarrahayu Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung

Oleh: Dra. Yanti Nisfiyanti

Abstrak
Masyarakat Kampung Adat Mahmud merupakan suatu komunitas yang berbeda di wilayah Kabupaten Bandung, yang hingga kini masih memperhatikan kebudayaan aslinya.

Dalam penelitian ini diungkapkan pola pengasuhan anak di Kampung Adat Mahmud. Pola pengasuhan tersebut merupakan transformasi nilai-nilai keagamaan dan adat-istiadat setempat yang membentuk kepribadian khas anak-anak di Kampung Adat Mahmud.

Diterbitkan dalam Jurnal Penelitian BKSNT Bandung Edisi 31, Juli 2005

Penayangan Film dan Diskusi Kebudayaan, Bandung 2011

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, selain berdampak positif, ternyata juga membawa ancaman bagi kelangsungan dan kelestarian kebudayaan daerah. Antara lain bergesernya peranan dan fungsi kebudayaan itu dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Tidak sedikit unsur-unsur kebudayaan daerah atau tradisi lama yang berdasarkan pada kearifan lokal, kini semakin jauh dari masyarakat pendukungnya. Bahkan banyak tradisi yang kini nyaris punah, padahal dalam kenyataannya tradisi tersebut telah mampu membentuk sikap, kepribadian dan karakteristik tertentu bagi masyarakat pendukungnya. Lebih jauh lagi, tradisi tersebut telah memberikan ciri-ciri dan karakteristik bagi kebudayaan dan kepribadian bangsa. Dalam keadaan seperti itu, upaya pendokumentasian serta penyebarluasan informasi kebudayaan sangat perlu terus dilakukan agar nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam tradisi-tradisi tersebut tidak ikut musnah.

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bandung yang mempunyai wilayah kerja meliputi: Propinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan Lampung, mempunyai fungsi dan tugas pokok melakukan penelitian, pengkajian, pendokumentasian serta penyebarluasan nilai-nilai budaya yang terdapat di empat propinsi wilayah kerja dimaksud. Salah satu upaya untuk menyebar-luaskan hasil penelitian dan pendokumentasian adalah melalui kegiatan penayangan film peristiwa budaya dan diskusi kebudayaan. Sasaran kegiatan tersebut terutama ditujukan kepada generasi muda karena merekalah yang kelak menentukan corak dan nuansa ke-budayaan.

Dalam kesempatan ini kegiatan penayangan film hasil rekaman peristiwa budaya yang diiringi dengan diskusi mengenai nilai-nilai budaya bertempat di SMA Mekar Arum, Jalan Raya Cinunuk No. 82, Kabupaten Bandung.

B.Tujuan
- Menemukenali nilai-nilai budaya/tradisi yang terkandung dalam berbagai peristiwa yang tercermin dalam pola kehidupan sehari-hari masyarakat.
- Menumbuhkembangkan rasa cinta dan memiliki di kalangan generasi muda atas kebudayaan bangsanya.

C. Tema
Tema dari kegiatan penayangan film dan diskusi kebudayaan ini adalah “Menggali Kearifan Lokal dalam Upacara Tradisional”.

D. Materi
Materi penayangan film dan diskusi kebudayaan adalah dua buah film peristiwa budaya yang berjudul:

1. Upacara Perkawinan Adat Sunda
Narasumber: Drs. Aam Masduki
2. Upacara Nyepuh
Narasumber: Drs. H. Agus H., M.Hum.

E. Peserta
Peserta dalam kegiatan penayangan film dan diskusi kebudayaan berjumlah 100 orang terdiri dari para siswa-siswi SMU/Sederajat serta guru pendamping.

F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan penayangan film dan diskusi kebudayaan dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 Juli 2011. Adapun tempat pelaksanaannya di SMA Mekar Arum, Jalan Raya Cinunuk No. 82 Bandung.

Kedamaian itu Datang dari Susuru (Studi Awal tentang Tipologi Budaya Spiritual Masyarakat Dusun Susuru)

Oleh: Dra. S. Dloyana K.

Abstrak
Secara kasat mata, fenomena kemasyarakatan atau apa yang terjadi di Dusun Susuru mungkin layak disimak sebagai komunitas percontohan yang berhasil menciptakan suasana rukun dan damai antar satu pemeluk agama dengan lainnya, bahkan dengan kelompok penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang kerap dipandang sebagai kelompok yang eksklusif.

Sungguhpun penelitian ini bersifat studi awal bahkan boleh dikatakan hanya catatan kecil saja, akan tetapi peneliti mencoba menuangkan berbagai pengalaman empirik dan hal-hal yang agak luar biasa menjadi suatu tulisan yang agak lengkap.

Tentu saja tidak bisa dikatakan sempurna, bahkan untuk sekedar cukup pun belum tentu, namun demikian peneiti sangat berharap di kemudian hari akan ada kesempatan untuk melanjutkan penggalian data dan informasi secara lebih mendaam, lebih bermakna hingga bisa memperkaya batin siapa saja yang ingin hidup tenteram seperti warga Susuru.

Peneliti berterimakasih kepada semua pihak yang mendukung penelitian ini sejak awal, juga Kepala Desa Kertayasa, Drs. Andar Sugandar dan jajarannya, para sesepuh semua kelompok agama dan kepercayaan di Dusun Susuru, serta khusus kepada warga Susuru yang menerima kedatangan peneliti dengan kehangatan Sundanya. Peneliti merasa sangat berkesan dan mematri kenangan yang sulit dilupakan, apalagi kondisi dusun yang bersih, asri dan sejuk, serasa berada di kawasan wisata alam. Menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas kehangatan mereka saja, belum cukup karena yang terpenting dari semuanya adalah kesediaan membuka diri untuk menjawab semua pertanyaan yang peneliti ajukan. Semoga budi baik mereka mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Peneliti sendiri, hanya mampu mendoakan kiranya nuansa kedamaian di Dusun Susuru ini bisa menebar jauh ke setiap pelosok wilayah negeri tercinta ini. Semoga.

Diterbitkan dalam Jurnal Penelitian BKSNT Bandung Edisi 31, Juli 2005

Budaya Tradisional Banyak yang Belum Dikenal

Bandung - Kekayaan khasanah budaya daerah tidak akan pernah diketahui oleh masyarakat umum bilamana tidak ditampilkan dan dipublikasikan. Peran pemerintah pusat maupun daerah bersama media massa akan sangat membantu dalam menampilkan ragam khasanah budaya daerah.

“Inilah bentuk kekayaan khasanah budaya tradisional yang belum banyak diketahui masyarakat luas. Untuk dapat diketahui oleh masyarakat luas, keberadaan kesenian dan senimannya yang masih setia menjalankan profesinya dibutuhkan dukungan pemerintah pusat maupun daerah serta publikasi, karenanya peran media sangat dibutuhkan sekali,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Ir. H. Herdiwan Iing Suranta, M.Si., pada acara Gelar Pesona Taman Budaya Karawang, bertempat di Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat (Dago Tea House) jalan Bukit Dago Utara, Bandung.

Pembukaan Pesona Budaya Kabupaten Karawang, yang merupakan kalender kegiatan utama Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat, tidak hanya dimeriahkan penampilan kesenian tradisional Kecapi Jeletot. Pada hari pertama Pesona Budaya Kabupaten Karawang, juga dimeriahkan tarian Saroja dan Gamelan Ajeng.

Selain kesenian, masyarakat yang datang berkunjung sejak pagi, disuguhi aneka ragam makanan khas Kabupaten Karawang dan berbagai kerajinan. Makanan tradisional opak, semprong, pindang presto dan telur asin, merupakan makanan yang paling banyak diburu, demikian pula dengan kerajinan dari kulit kerang, boneka dan pakaian yang dibuat dari bahan kualitas ekspor.

“Kesenian serta kuliner dan kriya yang ditampilkan sebenarnya dapat lebih banyak, bila antara daerah dan provinsi ada sharing anggaran kemungkinan akan lebih banyak yang ditampilkan. Namun ke depan nanti kegiatan seperti ini akan lebih baik lagi dan pengunjung yang datang berkunjung lebih banyak lagi agar potensi yang dimiliki daerah diketahui masyarakat luas,” ujar Herdiwan.

Gelar Pesona Budaya Kabupaten Karawang yang akan berlangsung hingga Sabtu (15/10) mendatang, pada hari kedua (Jumat, 14/10) selain menampilkan kriya dan kuliner serta pameran lukisan di Geleri Teh, juga akan diselenggarakan Diskusi Kesenian Topeng Banjet. Akan tampil sebagai pembicara H. Suwanda, maestro kesenian Topeng Banjet yang selama ini melanglangbuana menjadi dosen tamu disejumlah universitas di luar negeri.

Pada malam harinya, tampil grup kesenian Topeng Banjet Pendul dengan menampilkan tarian topeng banjet dan jaipongan, bodoran serta musik kliningan. “Ini akan sangat ramai, karena selain akan dihadiri oleh masyarakat Karawang yang ada di Kota Bandung, juga komunitas penyuka kesenian tradisional kliningan yang sangat khas dengan musiknya,” ujar Kepala Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat, Dra. Hj. Rosdiana Rachmiwaty, M.Si.

Sementara menutup rangkaian pegelaran, Sabtu (15/10) Pesona Budaya Kabupaten Karawang, yang rencananya akan dihadiri Gubernur Jawa Barat H. Ahmad Heryawan, akan ditutup dengan prosesi seni “Ngarak Pusaka Karawang” dan puncaknya menampilkan kesenian Bajidoran dari grup Bajidor Acip. Gubernur melalui Kadisparbud Jabar, Herdiwan, berjanji akan ambil bagian bersama komunitas bajidoran, bila tidak berhalangan karena ada kegiatan lain. (A-87/A-147)***

Seni "Sasapian" Bisa Jadi Ikon Bandung Barat

Ngamprah - Kesenian Sasapian sebagai kesenian tradisional yang tumbuh di masyarakat Cihideung, Kec. Parongpong, Kab. Bandung Barat dapat dijadikan ikon kesenian tradisional Kabupaten Bandung Barat.

Keterlibatan anak-anak muda dalam suatu kegiatan seni budaya akan semakin menguatkan keberadaan seni budaya tradisional dalam pelestariannya.

Demikian diungkapkan Kepala Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPNST) Jawa Barat-Banten dan Lampung, Toto Sucipto, di sela-sela penyelenggaraan Festival Cihideung 2011 bertempat di Kavling Strawberi Desa Cihideung Kec. Parongpong Kab. Bandung Barat, Sabtu (12/11).

Menurut Toto, kesenian dan kebudayaan tradisional yang tumbuh berkembang di masyarakat dapat menjadi ikon seni budaya suatu daerah.

“Inilah kekayaan seni budaya yang sesungguhnya, di mana partisipasi masyarakat masih terlibat dan turut serta dalam aktivitasnya,” ujar Toto Sucipto yang mewakili Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Sebagai ikon daerah, dikatakan Toto, keberadaan kesenian tradisional Sasapian yang tumbuh dan berkembang di Desa Cihideung dan daerah lainnya di Kecamatan Parongpong Kab. Bandung Barat, masih dilakukan serta banyak ditemui. Bahkan pelakunya bukan hanya kalangan orang tua ataupun pemuda saja, tetapi juga anak-anak.

“Hebatnya lagi, kegiatan yang digagas oleh komunitas masyarakat Cihideung dan dikemas dalam bentuk festival (Cihideung) bukan hanya didukung para orang tua, tetapi juga anak-anak. Hanya yang perlu diungkapkan dikegiatan (Festival Cihideung) ini adalah makna dan arti serta nilai filosofinya,” ujar Toto. (A-87/A-88)***

Gerakan Perlawanan Rakyat Indramayu

Oleh: Dra. Lasmiyati

Abstrak
Sewaktu Belanda, Jepang, dan Sekutu melalukan pendudukan di Indonesia, beberapa daerah di Jawa Barat melakukan gerakan perlawanan yang dilakukan rakyat untuk melawan penjajah. Gerakan perlawanan rakyat di Indramayu terjadi sekitar tahun 1942-1947. Antara tahun 1942-1945 rakyat Indramayu melakukan perlawanan melawan Jepang yaitu di Desa Kaplongan. Gerakan perlawanan tersebut dipicu oleh Camat Karangampel yang bernama Misnasastra mengumpulkan padi milik Haji Aksan, namun Haji Aksan menolak. Dengan minta bantuan kepada polisi, Haji Aksan ditangkap untuk dibawa ke Balai Desa. Dengan ditangkapnya Haji Aksan maka rakyat Desa Kaplongan berbondong-bondong menyerbu Balai Desa dan menyerang polisi. Selain itu Desa Kaplongan banyak sekali tokoh-tokoh agama yang memimpin gerakan perlawanan rakyat, sehingga Jepang encatat bahwa tokoh-tokoh tersebut teah masuk daftar hitam dan termasuk orang yang dicari Jepang. Untuk menangkap tokoh-tokoh tersebut Jepang melakukan siasat yang sangat licik, sehingga secara satu persatu tokoh-tokoh tersebut dapat tertangkap.

Selain di Desa Kaplongan, gerakan perlawanan juga terjadi di Desa Cidempet. Gerakan tersebut dipicu adanya bala tentara Jepang melakukan perampasan pagi hasil panenan rakyat. Dengan cara hasil panenan rakyat harus diserahkan ke Balaidesa dan rakyat mengambil sebagian dari hasil panenan tersebut. Namun tawaran Jepang tersebut ditentang oleh rakyat, sehingga timbullah gerakan perlawanan melawan Jepang.

Setelah Indonesia merdeka, gerakan perlawanan rakyat Indramayu masih juga terjadi yaitu gerakan perlawanan dalam melawan Sekutu. Gerakan tersebut terjadi antara tahun 1946-1947. Sekutu yang diboncengi Belanda berkeinginan untuk kembali menjajah Indonesia. Namun kedatangan Belanda yang memboncengi NICA tersebut dihadang rakyat dalam bentuk perlawanan. Kejadian tersebut terjadi di Kecamatan Kertasemaya. Kontak senjata melawan Belanda juga terjadi di Desa Larangan. Namun diantara gerakan perlawanan rakyat di Indramayu dalam melawan Belanda yang paling dahsyat terjadi di Kampung Siwatu, yaitu pembumihangusan Kampung Siwatu karena kempung tersebut dijadikan tempat pengungsian para pejuang Indramayu. Ayib Maknun, warga Indramayu yang menjadi mata-mata Belanda memberitahukan kepada tentara Belanda, kalau Kampung Siwatu dijadikan tempat persembunyian, sehingga oleh Belanda kampung tersebut dibumihanguskan.

Diterbitkan dalam Jurnal Penelitian BKSNT Bandung Edisi 31, Juli 2005

Peta Budaya Provinsi Lampung



PROVINSI LAMPUNG

Kabupaten

LAMPUNG BARAT
Religi
Kekerabatan
Bahasa
Kesenian
Teknologi
Ekonomi
Pengetahuan


LAMPUNG SELATAN
Religi
Kekerabatan
Bahasa
Kesenian
Teknologi
Ekonomi
Pengetahuan


LAMPUNG TENGAH
Religi
Kekerabatan
Bahasa
Kesenian
Teknologi
Ekonomi
Pengetahuan


LAMPUNG TIMUR
Religi
Kekerabatan
Bahasa
Kesenian
Teknologi
Ekonomi
Pengetahuan


LAMPUNG UTARA
Religi
Kekerabatan
Bahasa
Kesenian
Teknologi
Ekonomi
Pengetahuan


MESUJI
Religi
Kekerabatan
Bahasa
Kesenian
Teknologi
Ekonomi
Pengetahuan


PESAWARAN
Religi
Kekerabatan
Bahasa
Kesenian
Teknologi
Ekonomi
Pengetahuan


PRINGSEWU
Religi
Kekerabatan
Bahasa
Kesenian
Teknologi
Ekonomi
Pengetahuan


TANGGAMUS
Religi
Kekerabatan
Bahasa
Kesenian
Teknologi
Ekonomi
Pengetahuan


TULANG BAWANG BARAT
Religi
Kekerabatan
Bahasa
Kesenian
Teknologi
Ekonomi
Pengetahuan


TULANGBAWANG
Religi
Kekerabatan
Bahasa
Kesenian
Teknologi
Ekonomi
Pengetahuan


WAY KANAN
Religi
Kekerabatan
Bahasa
Kesenian
Teknologi
Ekonomi
Pengetahuan


Kota

BANDAR LAMPUNG
Religi
Kekerabatan
Bahasa
Kesenian
Teknologi
Ekonomi
Pengetahuan


METRO
Religi
Kekerabatan
Bahasa
Kesenian
Teknologi
Ekonomi
Pengetahuan

Kebudayaan Akan Masuk Kurikulum Pendidikan

Kebudayaan Akan Masuk Kurikulum Pendidikan

Inggried Dwi Wedhaswary
Kamis, 27 Oktober 2011, 08:44 WIB


YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti mengatakan, kebudayaan yang membangun karakter bangsa akan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Selama ini, muatan kebudayaan dinilai sangat minim dalam kegiatan pendidikan. Hal itu dikatakan Wiendu seusai bertemu Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X di Yogyakarta, Rabu (26/10/2011).

"Perlu dilakukan karena minimnya muatan kebudayaan yang terserap siswa dalam kegiatan pendidikan. Minimnya akses muatan kebudayaan dalam kegiatan pendidikan tampak dari tidak adanya pilihan dalam pelajaran untuk mengambil mata pelajaran bahasa Batak dan Jawa. Begitu pula dalam ekstrakurikuler untuk menari juga belum disediakan di semua sekolah," katanya.

Wiendu mengatakan, penyatuan pendidikan dan kebudayaan harus disambut baik karena kedua bidang tersebut dapat diintegrasikan.

"Jika kebudayaan masuk ke kurikulum harus bersinergi dengan pendidikan. Kebudayaan dalam hal ini berarti nilai dan peradaban untuk membangun karakter bangsa dan manusia berkarakter," ujar Wiendu.

Ia mengatakan, untuk merealisasikan hal itu yang perlu diupayakan adalah payung yang tertinggi, yakni Undang-Undang Kebudayaan, termasuk cetak biru pembangunan kebudayaan yang memuat kebijakan, strategi, dan program pembangunan kebudayaan lima tahun ke depan.

"Saya berharap cetak biru pembangunan kebudayaan 2012 sudah bisa masuk ke direktorat pendidikan. Nanti jika kebudayaan masuk dalam kurikulum, kekuatan lokal akan tumbuh subur," katanya.

Menurut dia, pada tahap awal akan dilakukan kajian apakah kebudayaan akan masuk dalam pelajaran pilihan atau wajib melalui kegiatan lintas budaya. Selain itu, akan dikaji pula adanya kemungkinan pertukaran dari satu etnik ke etnik lain, dan adanya rancangan bagi siswa wajib mengunjungi museum.

"Kemungkinan yang bisa direalisasikan lebih dulu dan bisa terintegrasikan adalah siswa wajib mengunjungi museum," kata Wiendu.

Leaflet

Leaflet Sekilas BPSNT Bandung


 



Leaflet Kegiatan BPSNT Bandung





Website Pemutakhiran Data BPS

WEBSITE PEMUTAKHIRAN MFD DAN MBS
BADAN PUSAT STATISTIK

Website ini dikelola oleh Badan Pusat Statistik yang setiap saat meng-update nama desa, kecamatan, kabupaten, kota, dan provinsi di seluruh Indonesia. Dengan demikian, bagi peneliti yang menginginkan data terbaru wilayah se-Indonesia, website ini sangat membantu dalam penentuan lokasi penelitian, inventarisasi data, ataupun pembuatan peta budaya.
Pengguna di lingkungan BPS yang sudah terdaftar dalam sistem ini, dapat melakukan browsing maupun updating terhadap master file desa maupun blok sensus, sesuai dengan daerahnya masing-masing. Updating master file desa dapat dilakukan dengan mengisi form yang telah disediakan. Sedangkan pengguna yang belum terdaftar (masyarakat umum), hanya bisa melakukan browsing saja.
Maksimum penggunaan website adalah dengan menggunakan browser Mozilla Firefox


Sumber: bps.go.id

Peta Kebudayaan

BPSNT Bandung berupaya untuk menginventarisir unsur-unsur kebudayaan dalam wilayah kerjanya (Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Lampung). Setiap wilayah administratif yang terbagi berdasarkan kabupaten / kota tersebut tersebut nantinya akan terpampang aset-aset budaya berikut deskripsinya. Unsur kebudayaan yang diambil didasarkan atas 7 unsur kebudayaan dari Koentjaraningrat, yaitu:

1. Religi, memiliki sub unsur di antaranya :

2. Pengetahuan, memiliki sub Unsur di antaranya :
3. Teknologi, memiliki sub unsur di antaranya:
  • Alat Produksi (alat rumahtangga, alat upacara, alat kesenian, dan alat pertukangan)
  • Senjata
  • Wadah
  • Makanan dan Minuman
  • Pakaian
  • Arsitektur Tradisional
  • Transportasi
4. Ekonomi, memiliki sub unsur di antaranya:
5. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial, memiliki sub unsur di antaranya:
6. Bahasa, memiliki sub unsur di antaranya:
  • Naskah Kuno
  • Aksara Kuno
  • Geografi Bahasa
  • Alat Komunikasi Tradisional
7. Kesenian, memiliki sub unsur di antaranya:


Kebudayaan akan Jadi Bidang Garap Kemendiknas

Kebudayaan akan Jadi Bidang Garap Kemendiknas

Sabtu, 15 Oktober 2011, 21:13:45 WIB


Cikeas, Bogor: Kebudayaan akan masuk ke dalam bidang kerja Kementerian Pendidikan Nasional, yang kemungkinan akan kembali menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sabtu (15/10) malam, memanggil Wiendu Nuryanti ke Puri Cikeas Indah, Bogor, Jawa Barat, untuk membantu Mendiknas Muhammad Nuh sebagai Wakil Mendiknas bidang Kebudayaan.

"Saya mendapatkan tugas untuk membantu Mendiknas, terutama di bidang kebudayaan." kata Wiendu Nuryanti, seusai audiensi dengan Presiden SBY. Dengan demikian, Kemendiknas akan diperkuat dua Wamen, setelah Jumat (14/10) siang kemarin Presiden menunjuk Musliar Kasim sebagai Wamendiknas bidang Pendidikan.

Presiden, lanjut Wiendu, menyampaikan tiga amanah penting terkait tugas barunya. Pertama, kebudayaan perlu mendapat ruang yang sentral sebagai salah satu pilar penting dalam pembangunan bangsa dan negara. Kedua, Indonesia memerlukan adanya satu perumusan kebijakan-kebijakan mengenai kebudayaan, dalam arti luas, yang nantinya akan diikuti oleh program strategis secara menyeluruh.

"Terakhir, bagaimana fungsi Wakil Menteri Diknas bidang Kebudayaan nanti akan bekerja sama dengan Wakil Menteri Diknas bidang Pendidikan membantu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk merumuskan agar pendidikan dan kebudayaan, sebagai pilar penting pembangunan Indonesia, ke depan bisa menjadi salah satu faktor akselerasi penting untuk mencapai kesejahhteraan masyarakat," Wiendu, Guru Besar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), menjelaskan.

Wiendu Nuryanti dipanggil Presiden SBY di Cikeas bersamaan dengan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan dan Eko Prasojo, Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Rusman diminta menjadi Wakil Menteri Pertanian, sedangkan Eko Prasojo sebagai Wakil Menteri Penertiban Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi.

Seusai diterima Presiden SBY, Rusman Heriawan menjelaskan, dalam pertemuan tadi Presiden SBY menegaskan bahwa pertanian merupakan sektor strategis. Presiden meminta Kementerian Pertanian meningkatkan produksi pangan sebagai Wakil Mentan. "Tugas kami nanti selalu secara konsisten bisa meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, memenuhi kebutuhan dalam negeri, mencapai keberlanjutan swasembada, dan lebih khusus lagi kalau bisa kita bisa mencapai surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014, dan kemudian swasembada yang lain," ujar Rusman. Ia mengisi posisi Bayu Krisnamurti yang pindah pos Wakil Menteri Perdagangan.

Peningkatan produksi dan produktivitas pertanian dan swasembada pangan ini menjadi penting untuk menjaga ketahanan pangan dan menjamin kebutuhan pangan 240 juta lebih penduduk Indonesia. Presiden SBY berharap Rusman bersama Mentan Suswono merumuskan rencana jangka pendek dan panjang yang akan dicapai.

Sedangkan Eko Prasojo diminta Presiden untuk membantu Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi untuk melakukan percepatan reformasi birokrasi. "Reformasi birokrasi menjadi prioritas program nasional karena birokrasi menjadi tulang punggung pembangunan nasional, dan awak yang menerbangkan pembangunan nasional ini harus melakukan reformasi secara lebih cepat," kata Eko Prasojo.

Secara khusus, Eko melanjutkan, tujuan dari reformasi birokrasi adalah bagaimana menciptakan pemerintahan yang efektif, akuntabel, dan bersih. Presiden menyampaikan lima hal utama dalam reformasi birokrasi ini. Pertama, perbaikan proses implementasi dan kebijakan publik di sektor pemerintahan, khususnya dalam birokrasi. Kedua, perbaikan proses pelayanan. Ketiga, reformasi kepegawaian.

Keempat, penguatan dan mesin untuk menggerakan reformasi birokrasi itu sendiri. "Kelima, memperkuat hukum administrasi negara dalam rangka untuk memperkuat perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh pejabat publik agar sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan sehingga akan mengurangi potensi korupsi di dalam birokrasi," Eko menambahkan. (dit)

Peta Sejarah Provinsi DKI Jakarta


PROVINSI DKI JAKARTA

Kabupaten

KEPULAUAN SERIBU
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah




Kota

JAKARTA PUSAT
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


JAKARTA TIMUR
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


JAKARTA BARAT
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


JAKARTA UTARA
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


JAKARTA SELATAN
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah

Peta Sejarah Provinsi Jawa Barat


PROVINSI JAWA BARAT

Kabupaten

 BANDUNG
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


BANDUNG BARAT
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


BEKASI
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


BOGOR
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


CIAMIS
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


CIANJUR
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


CIREBON
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


GARUT
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
PERISTIWA SEJARAH
Pendudukan Jepang,
Tokoh Sejarah


INDRAMAYU
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


KARAWANG
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Tokoh Sejarah


MAJALENGKA
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


PURWAKARTA
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


SUBANG
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah




SUKABUMI
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


SUMEDANG
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


TASIKMALAYA
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah




Kota

BANDUNG
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


BANJAR
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


BEKASI
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


BOGOR
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


CIMAHI
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


CIREBON
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


DEPOK
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


SUKABUMI
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah


TASIKMALAYA
Geografi Sejarah
Nilai Sejarah
Peristiwa Sejarah
Tokoh Sejarah

Popular Posts