WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Gua Sunyaragi

Menurut buku Purwaka Carabuna Nagari karya Pangeran Arya Carbon, Tamansari Gua Sunyaragi dibangun pada tahun 1703 M oleh Pangeran Kararangen. Pangeran Kararangen adalah nama lain dari Pangeran Arya Carbon. Gua Sunyaragi saat ini merupakan salah satu bagian dari keraton Kasepuhan. Sunyaragi berada tepat di sisi jalan by pass Brigjen Dharsono, dan termasuk dalam wilayah kelurahan Sunyaragi, Kesambi, Kota Cirebon denganluas sekitar 16 hektar. Di lokasi tersebut terdapat sebuah situs yang mirip candi. Konstruksi dan komposisi bangunan situs ini merupakan sebuah taman air. Oleh karena itu, masyarakat Cirebon biasa menyebut bangunan tersebut dengan nama Gua Sunyaragi, atau Taman Air Sunyaragi, atau sering disebut sebagai Tamansari Sunyaragi. Air yang keluar dari taman Sunyaragi tersebut pada zaman dahulu mengalir ke sebuah danau yang mengelilingi situs tersebut, yaitu Danau Jati. Saat ini Danau Jati sudah mengering. Lokasi persawahan dahulunya sudah digantikan oleh perumahan penduduk. Beberapa perubahan pada lokasi taman sari tersebut adalah telah dibangunnya air terjun buatan sebagai penghias, dan hiasan taman seperti Gajah, patung wanita Perawan Sunti, dan Patung Garuda.

Sunyaragi menurut bahasa sansekerta berasal dari kata ”sunya” yang berarti sepi dan ”ragi” yang berarti raga atau jasad. Taman ini berada di dalam kekuasaan Keraton Kasepuhan. Taman Sari Gua Sunyaragi sering berubah fungsi menurut kehendak penguasa pada zamannya. Pernah fungsi taman tersebut adalah sebagai tempat beristirahat dan meditasi para Sultan Cirebon dan keluarganya. Ada juga beberapa fungsi lainnya, namun secara garis besar Taman Sunyaragi adalah taman tempat para pembesar keraton dan prajurit keraton bertapa untuk meningkatkan ilmu kanuragan.

Taman Sunyaragi terdiri dari 12 bagian: (1) bangsal jinem, tempat sultan memberi wejangan sekaligus melihat prajurit berlatih; (2) goa pengawal, tempat berkumpul para pengawal sultan; (3) kompleks Mande Kemasan (sebagian hancur); (4) gua Pandekemasang, tempat membuat senjata tajam; (5) gua Simanyang, tempat pos penjagaan; (6) gua Langse, tempat bersantai; (7) gua peteng, tempat nyepi untuk kekebalan tubuh; (8) gua Arga Jumud, tempat orang penting keraton; (9) gua Padang Ati, tempat bersemedi; (10) gua Kelanggengan, tempat bersemedi agar langgeng jabatan; (11) gua Lawa, tempat khusus kelelawar; (12) gua pawon, dapur penyimpanan makanan.

Arsitektur gua Sunyaragi merupakan hasil dari perpaduan antara gaya Indonesia klasik atau Hindu, gaya Cina atau Tiongkok kuno, gaya Timur Tengah atau Islam dan gaya Eropa. Ciri arsitektur dari gaya Indonesia klasik atau Hindu terlihat pada beberapa bangunan berbentuk joglo yang dapat dilihat diantaranya pada bangunan Bale Kambang, Mande Beling dan gedung Pesanggrahan, bentuk gapura dan beberapa buah patung seperti patung gajah dan patung manusia berkepala garuda yang dililit oleh ular. Dilihat dari ornamen bangunan secara keseluruhan menunjukkan adanya suatu sinkretisme budaya yang kuat yang umumnya dipengaruhi oleh gaya arsitektur Indonesia Klasik atau Hindu.

Gaya Cina juga terlihat dari arsitektur gua sunyaragi. Hal ini dicirikan pada pada ukiran bunga seperti bentuk bunga persik, bunga matahari dan bunga teratai. Pengaruh Cina juga diperkuat, pada zaman dahulu, oleh adanya hiasan berbagai ornamen keramik Cina di bagian luarnya. Saat ini banyak hiasan keramik-keramik yang hilang atau rusak sehingga sulit tidak diketahui corak atau motif keramik tersebut. Lokasi hiasan keramik-keramik di antaranya pada bangunan Mande Beling serta motif mega mendung seperti pada kompleks bangunan gua Arga Jumut memperlihatkan bahwa gua Sunyaragi mendapatkan pengaruh gaya arsitektur Cina. Hal ini kemudian diperkuat lagi dengan adanya semacam kuburan Cina. Dikatakan demikian karena fungsi bangunan tersebut bukan layaknya kuburan biasa melainkan sejenis monumen yang berfungsi sebagai tempat berdoa para keturunan pengiring-pengiring dan pengawal-pengawal Putri Cina yang bernama Ong Tien Nio atau Ratu Rara Sumanding yang merupakan istri dari Sunan Gunung Jati.

Gaya Islam dan tikmur tengah juga terlihat pada arsitektur Gua Sunyaragi. Pembangunan gaya arsitektur tersebut adalah tatkala pemimpin pada masa lalu adalah seorang Sultan yang beragama Islam. Beberapa lokasi yang mencirikan gaya keislaman tersebut adalah pada relung-relung dinding beberapa bangunan, tanda-tanda kiblat pada tiap-tiap pasholatan atau musholla, adanya beberapa pawudlon ‘tempat wudhu’ serta bentuk bangunan Bangsal Jinem yang menyerupai bentuk Kabah jika dilihat dari sisi belakang Bangsal Jinem. Hal tersebut menjelaskan bahwa gaya arsitektur gua Sunyaragi juga mendapat pengaruh dari Timur Tengah atau Islam.

Pada masa penjajahan Belanda, Gua Sunyaragi tak luput dari sentuhan arsitektur bergaya kolonial atau eropa. Tanda tersebut dapat terlihat pada bentuk jendela yang tedapat pada bangunan Kaputren, bentuk tangga berputar pada gua Arga Jumut dan bentuk gedung Pesanggrahan.

Popular Posts