WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

6 Kesenian Tradisional Kuningan Punah

KUNINGAN – Masyarakat di Kabupaten Kuningan harus merelakan enam kesenian tradisional yang mereka miliki punah.Enam kesenian tradisional itu adalah Elet; Empet; Sarawalet; Mamanukan; Wayang Pancasila; dan Ngotrek. Berdasarkan data inventarisasi Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPNST), Kabupaten Kuningan memiliki 88 jenis kesenian tradisional yang 30 di antaranya saat ini sangat berkembang, 25 kesenian masih berkembang,27 tidak berkembang dan 6 kesenian punah.

“Kita sendiri mungkin baru mendengar nama enam kesenian tradisional yang sudah punah ini. Karena, kesenian ini memang sudah benar-benar tidak ada lagi,” kata Ketua Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bandung Toto Sucipto di sela-sela pembukaan Pekan Budaya Seni dan Film yang diselenggarakan Ditjen Nilai Budaya Seni dan Film (NBSF) di Lapangan Pandapa Paramartha,Kuningan, kemarin. Toto mengatakan,salah satu faktor hilangnya kesenian tradisional tersebut karena tidak ada generasi penerus yang melanjutkan permainan tersebut.

Selain itu, perkembangan jaman juga menyebabkan generasi muda mulai beralih ke kesenian modern dan melupakan kesenian leluhurnya. Toto meyakini, masih banyak kesenian tradisional yang hingga kini keberadaannya mulai punah dan mungkin belum terdata oleh BPSNT. Karena itu, pihaknya sedang menggali dan mencari data tentang kesenian tradisional yang ada di Jawa Barat untuk kembali dimunculkan dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat atau bahkan diakui UNESCO.

“Kami juga mengimbau kepada masyarakat Jawa Barat agar tidak berhenti untuk kembali mengajukan karya budayanya agar dapat melengkapi database warisan leluhur kita berupa karya budaya yang agung serta diakui UNESCO pada masa yang akan datang,” ungkap Toto. Sementara itu,Wakil Bupati Kuningan Momon Rochmana yang turut meresmikan pagelaran budaya tingkat nasional itu menyambut baik kegiatan tersebut dan berharap kegiatan pekan budaya seni dan film ini akan semakin memotivasi masyarakat dan pemerintah daerah untuk sekuat tenaga memanfaatkan kekayaan pariwisata dan budaya yang dimiliki secara maksimal dalam memacu pembangunan daerah.

“Sesuai visi Kabupaten Kuningan yaitu lebih sejahtera dengan berbasis pertanian dan pariwisata, maka kekayaan seni dan budaya sangat perlu untuk semakin dikembangkan untuk mewujudkan hal tersebut,”kata Momon.

Perlu Teladan untuk Berharap Adanya Perubahan Karakter

[Unpad.ac.id, 3/5/2012] Baru-baru ini di media massa, terkuak kabar mengejutkan mengenai ditemukannya kalimat tak layak dalam buku pelajaran bagi siswa sekolah dasar. Sejumlah istilah seperti ‘istri simpanan’ atau istilah-istilah lainnya telah menjadi perhatian banyak pihak. Lalu bagaimana pendidikan di Indonesia tetap memiliki cirinya, berkarakter dan berbudaya? Apakah masalah kebudayaan ini hanya tugas dari pemerintah?

“Mengubah karakter harus melalui contoh dan keteladanan,” tegas Yasraf A. Piliang, budayawan sekaligus Pengajar di Institute Teknologi Bandung (ITB) ketika menjadi pembicara dalam acara Seminar Nasional Kebudayaan “Potret Sukses Generasi Berbudaya” di Grha Sanusi Hardjadinata, Kampus Unpad Jln. Dipatiukur No.35 Bandung, Kamis (3/5).

Menurutnya, persoalan mendasar di kita adalah sikap, karakter,mentalitas, dan etos kerja. Jika dibandingkan dengan di luar negeri, sistem pemerintahan dilaksanakan melalui pendekatan budaya. “Sementara di Indonesia, pendekatannya selalu pada pendekatan ekonomi,” tambahnya.

Mengenai cultural change, Yasraf menyampaikan bahwa perubahan kultural harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Perubahan kultural adalah motor penggerak utama perubahan. “Hanya melalui perubahan kultural yang komprehensif dan berkelanjutan mulai dari pemerintah, berbagai masalah fundamental masyarakat-bangsa secara bertahap dapat diatasi di masa depan,” lengkapnya.

Senada dengan sang budayawan, pemerhati sosial politik Indra J. Piliang menyampaikan bahwa kenyataannya saat ini, seluruh masalah, terutama dalam hal kebudayaan seringkali dikaitkan dengan bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah.

“Sekarang seolah-olah kebudayaan itu hanya urusan pemerintah. Padahal, manusia itu sendiri yang mempunyai kebudayaan. Pemerintah itu benda. Maka bukan mengenai fasilitas, infratruktur, atau bukan hanya mengenai kebijakan, tapi bagaimana manusianya,” kata Indra dihadapan ratusan peserta.

Selain Yasraf A. piliang dan Indra J. Piliang. Hadir pula pembicara lainnya di sesi II seperti Ahmad Fuadi (Sastrawan asal minangkabau) yang juga penulis novel Negeri 5 Menara. Hikmawan Saefullah ( Akademisi, Musisi), dan Nancy Margried Panjaitan ( CEO Batik Fractal Indonesia). Selain membahas pendidikan berkarakter dan berbudaya, dibahas pula bagaimana nilai edukasi budaya dapat menuju kesuksesan.

Acara yang diselenggarakan oleh Unit Pencinta Budaya Minangkabau (UPBM) Unpad ini merupakan rangkaian acara dari Ulang tahun perak/25 tahun UPBM dengan tema “Budaya Dalam Genggaman Pemuda, Follow Us to Share Your Culture”.

Seminar dibuka oleh penampilan Tari galombang Pasambahan dan peluncuran buku berjudul “Ekspresikan Budayaku, Budayamu, Budaya Kita” oleh anggota UPBM Unpad yang secara simbolis diserahkan kepada sejumlah tamu undangan, seperti Toto Sucipto, Kepala Balai Pelestarian Sejarah dan nilai tradisional (BPSNT) Bandung, Direktorat Kebudayaan Kemdikbud. Kemudian kepada Priana Wirasaputra, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Bandung, dan Dr. Ir. Heryawan Kemal Mustafa selaku Direktur Kemahasiswaan Unpad.

Dalam sambutannya, Heryawan menyampaikan bahwa UPBM Unpad telah memasuki usia mapan untuk sebuah organisasi. “Harapan kami, bahwa UPBM dapat terus melebarkan sayapnya bukan hanya tingkat nasional, tapi juga internasional,” ungkapnya. Selain itu di usia ke 25 tahun ini, UPBM juga diharapkan dapat memenuhi keinginan para inisiator, para pendiri UPBM, yang ingin mempersatukan Bangsa kita melalui budaya. (Lydia Okva Anjelia)

Partisipasi Masyarakat Daftarkan Warisan Budaya Rendah

ANTARAJAWABARAT.com, 3/5 - Partisipasi masyarakat untuk mencatatkan karya budaya ke dalam basis data nasional Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) masih rendah.

Kepala Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bandung, Toto Sucipto ketika tampil sebagai pembicara dalam seminar nasional "Potret Sukses Generasi Berbudaya" di Universitas Padjadjaran, Kamis, mengatakan, sejak program pencatatan warisan budaya nasional dimulai pada Oktober 2009 sampai saat ini baru tercatat 2.108 karya budaya dari berbagai daerah di Indonesia.

Padahal, BPSNT menargetkan pada 2011 sudah tercatat sekitar 9.000 karya budaya dari seluruh daerah di tanah air.

"Mungkin karena kurang sosialisasi sehingga masyarakat itu tidak tahu," ujar Toto.

Masyarakat, lanjut dia, bisa berpartisipasi mencatatkan warisan budaya yang mereka ketahui dari sekeliling mereka ke kantor BPSNT yang berada di sebelas provinsi Indonesia.

Untuk BPSNT yang membawahi wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, dan Banten, kantornya beralamat di Jalan Cinambo 136 Ujungberung, Bandung.

Toto menjelaskan masyarakat dapat mengambil formulir yang telah diverifikasi oleh UNESCO di kantor BPSNT untuk mendaftarkan warisan budaya.

"Untuk tahap awal cukup dengan deskripsi saja, misalkan ada gambar atau video tentang warisan budaya itu bisa disusulkan belakangan. Nanti pihak pendaftar itu akan kami undang lagi untuk bersama-sama melakukan kajian terhadap warisan budaya yang didaftarkan," tuturnya.

Menurut Toto, warisan budaya yang didaftarkan bisa berupa kesenian tradisional, upacara dan pakaian adat, senjata tradisional, cerita-cerita rakyat, atau pun permainan tradisional.

Toto mengatakan pada dasarnya gerakan nasional warisan budaya dilakukan untuk mencegah pihak lain mengklaim peninggalan tradisi Indonesia.

Selain itu, pemerintah nantinya akan memiliki basis data yang lengkap dan akurat tentang warisan budaya serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, agar bisa terus dipelajari dan didalami oleh generasi penerus.

Pemerintah, kata Toto, nantinya juga lebih mudah mendaftarkan warisan budaya Indonesia agar bisa diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.

"Untuk pengajuan usulan itu membutuhkan tenaga, waktu, dan biaya. Dibutuhkan waktu dua tahun untuk pengajuan setiap warisan karena perlu kajian yang mendalam," ujarnya.

Saat ini, ada lima karya budaya Indonesia yang diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO, yaitu wayang pada 2003, keris pada 2006, angklung pada 2010, batik pada 2009, dan tari Saman Gayo pada 2011.

Saat ini pemerintah sedang menyiapkan pengajuan tiga karya budaya lagi yaitu noken dari Papua, tarian tradisional Bali, dan tenun ikat Sumba.

Menurut data BPSNT, provinsi yang paling banyak mendaftarkan warisan budaya ke dalam basis data nasional adalah Kalimantan Barat sebanyak 180 karya budaya dan Sumatera Barat sebanyak 144 karya budaya. (Diah Novianti)

Pelestarian keris sebagai warisan dunia sulit dilakukan

Bandung (ANTARA News) - Dari lima karya budaya Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia, keris adalah yang warisan budaya yang paling sulit dipertahankan kelestariannya.

"Kalau wayang gampang bisa dipentaskan, kalau keris sulit pelestariannya," kata Kepala Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bandung, Toto Sucipto, di Bandung, Kamis.

Tidak seperti batik yang bisa dilestarikan dengan mendorong orang memakainya, lanjut Toto, akan sulit meminta orang meningkatkan pemakaian keris karena keris tidak biasa digunakan sebagai perkakas sehari-hari.

"Bisa-bisa terkena razia senjata tajam kalau dibawa ke mana-mana," ujarnya.

Ia menjelaskan, selama ini salah satu upaya yang diusulkan untuk melestarikan keris namun belum terlaksana adalah pembentukan lembaga keris sebagai wadah untuk mengumpulkan para perajin, kolektor, dan peminat keris.

Lembaga semacam itu, menurut dia, akan bisa melakukan upaya pelestarian warisan budaya itu secara berlanjut sehingga tidak sampai hilang dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

Saat ini ada lima karya budaya Indonesia telah berhasil mendapat pengakuan sebagai warisan budaya dunia dari UNESCO yaitu wayang, keris, angklung, batik, dan tari Saman Gayo.

Sebagai konsekuensi dari pengakuan UNESCO, Indonesia mempunyai kewajiban untuk melestarikan dan mengembangkan keris agar terhindar dari kepunahan.

UNESCO berhak mencabut kembali pangkuan tersebut apabila Indonesia tidak bisa menjaga kelestarian keris sebagai warisan budaya yang telah diakui dunia.(D013)

Kitab Tauhid

Oleh: Drs. Hermana, dkk.

Abstrak
Kitab Tauhid mengajarkan sesuatu tentang keimanan manusia terhadap Allah SWT. Mempelajari tentang keesaan Tuhan, tentang misteri, kematian yang akan dialami oleh manusia, hidup setelah adanya kematian dan hidup kekal di alam akhirat. Mengingatkan kepada manusia tentang surga dan neraka, dan larangan kepada manusia untuk mengikuti ajaran setan.

Diterbitkan dalam Jurnal Penelitian BPSNT Bandung Edisi 39, Desember 2007

Tempat-tempat “Keramat” di Kabupaten Serang Banten

Oleh: Dra. Enden Irma, dkk.

Abstrak
Anggapan masyarakat tentang adanya tempat-tempat keramat, merupakan fenomena umum di berbagai daerah. Anggapan itu demikian kuatnya melekat pada masyarakat, sehingga tempat-tempat bersejarah dan benda-benda peninggalan sejarah pun dianggap “keramat” (dikeramatkan). Hal ini antara lain terjadi di daerah Kabupaten Serang Propinsi Banten.

Diterbitkan dalam Jurnal Penelitian BPSNT Bandung Edisi 39, Desember 2007

Popular Posts