WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Gado-gado

Gado-gado adalah salah satu makanan yang berisi sayur-sayuran yang direbus dan dicampur jadi satu, dengan bumbu atau saus dari kacang tanah yang dihaluskan disertai irisan telur dan di atasnya ditaburkan bawang goreng. Gado-gado dapat dimakan begitu saja seperti salad dengan saus kacang, tapi juga dapat disantap dengan ditemani nasi putih atau lontong. Begitu banyak variasi dari bahan-bahan pelengkap gado-gado, dan demikian luas pula wilayah persebarannya, sehingga menjadikan gado-gado sebagai salah satu ikon kuliner khas Betawi. Bahan yang disediakan sayuran hijau (kacang panjang, taoge), Kentang, labu siam atau mentimun, telur rebus, dan saus kacang terdiri dari kacang goreng, bawang putih, terasi, cabe, merica, air jeruk nipis, dan gula merah. Sayur-sayuran yang digunakan direbus atau dikukus, bumbu kacang disiapkan sebagai sausnya dan sayuran dicampurkan dengan bumbu. Bawang goreng ditaburkan, dan ditambahkan sambal sesuai selera.

Sumber: Rostiyati, Ani., dkk. 2009. Ragam Makanan Tradisional Betawi. Bandung: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung (Laporan Pendataan Kebudayaan).

Pacri Nanas

Makanan ini banyak mendapat pengaruh dari Timur Tengah, terutama dari Arab, karena penggunaan bahan-bahannya yang khas dan kuat rasanya. Hidangan ini banyak terdapat di wilayah yang terdapat komunitas Arab, seperti Tanah Abang, Kemayoran, Pekojan dan lain sebagainya. Bahan yang disediakan nanas dikupas dibuang matanya, terong ungu dibelah dua memanjang, santan, dan serai. Bumbu yang dihaluskan bawang merah, bawang putih, cabe merah, kemiri, kunyit, ketumbar, dan klabet. Cara pembuatannya nanas dilumuri dengan garam, lalu didiamkan selama 15-20 menit, dan dicuci bersih. Setelah itu nanas diiris setebal 1 cm dan disisihkan. Bumbu ditumis hingga harum, lalu santan, kayu manis, dan garam dimasukkan. Potongan nanas dimasukkan lalu dimasak terus selama 15-20 menit dan terung lalu dimasukkan.

Sumber: Rostiyati, Ani., dkk. 2009. Ragam Makanan Tradisional Betawi. Bandung: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung (Laporan Pendataan Kebudayaan).

Ayam Bekakak

Ayam bekakak banyak disajikan pada upacara-upacara ritual seperti khitanan, pesta pernikahan, dan upacara adat lainnya. Bahkan pada sebagian masyarakat Betawi, menu ini dipakai sebagai pelengkap sesajen pada upacara mistis tertentu. Dinamakan ayam bekakak, konon karena ayam yang disajikan masih utuh tanpa terpotong-potong dan terlentang keatas. Pada acara khitanan, ayam ini biasanya dimakan oleh penganten sunat bersama-sama dengan teman sebayanya yang datang pada acara khitanan tersebut. Bahan yang disediakan adalah ayam dan bumbu yang dihaluskan minyak goreng, bawang merah, bawang putih, daun jeruk purut, serai, ketumbar bubuk, jintan bubuk, merica putih bubuk, pala bubuk, kecap, dan garam. Adapun cara membuat ayam dibersihkan, disisakan kepalanya, bagian dada dikerat, lalu minyak dipanaskan, bawang merah, bawang putih, daun jeruk, dan serai ditumis hingga harum. Lalu Ketumbar, jintan, merica putih bubuk, dan pala bubuk ditumbuk halus ditambah kecap dan garam dibubuhi pada campuran tersebut. Ayam utuh dimasukkan, lalu dituangi kaldu, dimasak hingga empuk. Lalu ayam dibakar dengan bara api hingga harum sambil diolesi mentega, selanjutnya ditambahkan air jeruk limau.

Sumber: Rostiyati, Ani., dkk. 2009. Ragam Makanan Tradisional Betawi. Bandung: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung (Laporan Pendataan Kebudayaan).

Sate Asem

Sate asem merupakan varian dari sate yang banyak disajikan pada acara-acara keriaan masyarakat seperti pesta pernikahan, khitanan, selamatan maupun upacara-upacara adat yang lain. Selain menggunakan daging sapi, sate asem ini dapat pula dibuat dengan menggunakan daging kerbau. Bahan yang disediakan cabe merah, bawang merah, bawang putih, ketumbar, temu kunci, kemiri, daun salam, laos, gula merah, minyak goreng, dan daging has. Bahan yang disediakan daging dipotong kecil, diberi asem dan gula merah lalu didiamkan (ungkep) selama ± 15 menit. Bumbu-bumbu ditumbuk sampai halus, lalu ditumis dengan minyak. Setelah agak dingin, daging ditusuk dengan bambu dan dibakar diatas panggangan sate.

Sumber: Rostiyati, Ani., dkk. 2009. Ragam Makanan Tradisional Betawi. Bandung: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung (Laporan Pendataan Kebudayaan).

Festival Seni Multatuli Lestarikan Seni Tradisional

BANDUNG -- Panitia Festival Seni Multatuli bekerja sama dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung melestarikan seni tradisional yang berkembang di masyarakat Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

"Pelestarian seni tradisional itu agar tidak terancam punah," kata Kepala BPNB Bandung Wilayah Kerja Empat Provinsi Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta dan Lampung Jumhari di Lebak, Jumat (7/9).

Kegiatan Festival Seni Multatuli dengan menggelar pertunjukan seni tradisional bertempat di Alun-alun Multatuli, Rangkasbitung. Mereka peserta permainan seni tradisional itu berasal dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Lebak.

Kesenian tradisional itu umumnya ditampilkan oleh masyarakat saat perayaan panen, pengembangan syiar agama Islam dan perayaan pernikahan. Namun, keberadaan seni tradisional tersebut terancam punah sehubungan berkembangnya teknologi.

Masyarakat Kabupaten Lebak, Provinsi Banten tak pernah kembali menampilkan seni tradisional itu. "Kami berharap pelestarian seni tradisional itu bisa dikembangkan lagi oleh masyarakat," katanya menjelaskan.

Menurut Jumhari, seni tradisional yang berkembang di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, antara lain seni beluk sama (seni tari dan suara), seni pokplod (seni angklung buhun dan gendang panjang), seni kromong (seni gamelan Badui). Begitu pula seni gegendeh (mukul lesung),seni rengkong dan wayang golek. Permainan seni tradisional itu dimainkan lima sampai 30 orang.

"Kami mengapresiasi pertunjukan seni tradisional yang digelar di Alun-alun Multatuli itu dipadati penonton," katanya.

Sahri (55), seorang seniman Kabupaten Lebak mengaku menyambut positif adanya pertunjukan seni tradisional yang digelar pada kegiatan Festival Seni Multatuli. Selama ini, dirinya mengapresiasi seni gegendeh dari Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak, hingga kini masih berkembang di masyarakat.

Umumnya, kata dia, permainan gegendeh itu ditampilkan saat perayaan pernikahan. "Kami berharap pemerintah daerah terus melestarikan seni tradisional itu agar tidak terjadi kepunahan,"katanya.

Sumber: https://www.republika.co.id

Pameran BPNB Jawa Barat, Cimahi 2018












Presentasi Hasil Kajian Kearifan Lokal di Kampung Adat Kuta












Presentasi Hasil Kajian Kearifan Lokal di Kampung Adat Kuta (2)












Popular Posts