WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Dumbasawala

JudulDumbasawala
PengarangHarya Purbanagara
PenerbitProyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1981
Tebal200 halaman
Desain SampulLestari

Hikayat Malem Diwa

JudulHikayat Malem Diwa
Alih AksaraRamli Harun
PenerbitProyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1980
Tebal368 halaman
Desain SampulLestari

Geguritan Sucita muah Subudhi

JudulGeguritan Sucita muah Subudhi
Alih AksaraIda Bagus Gede Budharta
PenerbitProyek Penerbitan Buku Bacaan Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1980
Tebal315 halaman
Desain SampulLestari

Geguritan Rusak Sasak

JudulGeguritan Rusak Sasak
Alih AksaraNengah Medra dan Nazir Thoir
PenerbitProyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1979
Tebal174 halaman
Desain SampulLestari

Geguritan Jajar Pikatan

JudulGeguritan Jajar Pikatan
Alih AksaraI Gusti Ngurah Bagus
PenerbitProyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1979
Tebal208 halaman
Desain SampulLestari

Mintaraga Arjuna Wiwaha

JudulMintaraga Arjuna Wiwaha
PengarangResi Kano
PenerbitProyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1979
Tebal124 halaman
Desain SampulLestari

Fungsi Karinding bagi Masyarakat Cikalongkulon Kabupaten Cianjur

Oleh Lina Herlinawati

Abstrak
Karinding adalah satu jenis alat musik tradisional, dibuat dari bambu atau pelepah enau. Alat musik itu dimainkan oleh mulut disertai pukulan jari tangan, sehingga menghasilkan bunyi yang yang unik dan low decible.

Alat musik tersebut diciptakan oleh leluhur petani Sunda. Selain untuk bermain musik, bunyi alat itu dipercaya dapat mengusir hama dan binatang perusak tanaman. Fungsi karinding demikian itu masih berlangsung pada masyarakat Cikalongkulon Kabupaten Cianjur.

Seiring dengan perkembangan zaman, kemudian karinding menjadi alat hiburan, bahkan kini menjadi bentuk kesenian yang menarik, karena dapat dikola-borasikan dengan alat-alat musik lain.

Kata kunci: Karinding, alat musik tradisional.

Abstract
Karinding is a traditional music instrument, which is made from bamboo or palm leaf. This music instrument is played by mouth, alongside with tap from finger, creating an unique, low decible sound.
This music instrument is created by the Sundanese farmer ancestor. In addition to its function as a music instrument, the sound of this instrument is believed as a pest repellant. This specific function is still believed by the people of Cikalong Kulon in Bandung Residence.

Along with time, karinding developed into an entertainment tool, even as an attractive form of art because its combinable with other music instrument.

Keywords: Karinding, traditional music instrument.

Diterbitkan dalam Patanjala, Vol. 1 No. 1 Maret 2009

Bioskop Keliling Ditekan Untuk Sosialisasi Kebudayaan Bangsa

Jakarta, HanTer - Sosialisasi kebudayaan dan nilai-nilai kebangsaan tak hanya melalui buku mata pelajaran. Sosialisasi tersebut juga bisa disajikan dalam hal yang menarik. Melihat antusiasme masyarakat pada film dan muatan film yang bisa menyampaikan makna. Maka pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) kini membuat bioskop keliling.

Hingga saat ini jumlah bioskop keliling sebanyak 60 unit mobil. Bioskop keliling tersebut bisa digunakan sebagai fasilitas hiburan untuk masyarakat secara gratis.

Sasaran utama bioskop keliling adalah lokasi atau daerah yang tidak memiliki bioskop atau fasilitas perfilman. Penyebarannya di berbagai wilayah di Indonesia, terutama di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kemendikbud, seperti museum, Balai Pelestarian Cagar Budaya dan Balai Pelestarian Nilai Budaya.

Bioskop keliling juga diberikan kepada dinas pendidikan dan pasriwisata di wilayah di Indonesia. Sedangkan bioskop keliling yang berada di pusat (Kemendikbud, Jakarta) berjumlah tiga mobil. Satu mobil berada di Museum Nasional, dan dua mobil berada di kantor Kemendikbud, yang dikelola Sesditjen Kebudayaan.

“Kehadiran mobil bioskop keliling diharapkan dapat menyosialisasikan nilai-nilai kebaikan pada masyarakat,” ujar Dirjen Kebudayaan Kacung Marijan beberapa waktu lalu, Jakarta.

Film yang diputar bioskop keliling haruslah film-film yang sarat dengan pendidikan karakter. Beberapa contoh yakni film Sang Pencerah dan Garuda di Dadaku. Kemendikbud telah membeli hak tayang film-film tersebut.

Bioskop yang dikatakan gratis ini, terkadang memerlukan dukungan masyarakat. Kacung menyatakan, dikondisi tertentu butuh bantuan penyediaan lokasi dan listrik.

“Dibutuhkan bantuan masyarakat juga diwaku tertentu untuk menonon bioskop ini,” katanya.

Dirinya memberitahukan, mobil bioskop keliling Kemendikbud terakhir beroperasi pada 15 November 2014 di Ponpes Fathan Mubina, Ciawi, Bogor, Jawa Barat. Pemutaran film dimulai pada pukul 20:00 – 23:00 WIB. Judul fim yang diputar adalah 9 Summers 10 Autumns dan Rumah Tanpa Jendela.

Malat Parikan

JudulMalat Parikan
Alih AksaraI Gusti Ngurah Bagus dan Wayan Sutapa
PenerbitProyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1982
Tebal148 halaman
Desain SampulLestari

Ni Diah Tantri

JudulNi Diah Tantri
Alih AksaraI Gusti Ngurah Bagus
PenerbitProyek Penerbitan Buku Bacaan Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1980
Tebal226 halaman
Desain SampulLestari

Riwayat Syekh Yusuf dan Kisah I Makkutaknang dengan Mannuntungi

JudulRiwayat Syekh Yusuf dan Kisah I Makkutaknang dengan Mannuntungi
Alih AksaraDjirong Basang
PenerbitProyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1981
Tebal197 halaman
Desain SampulLestari

Seh Amongraga

JudulSeh Amongraga
Alih AksaraMoelyono Sastronaryatmo
PenerbitProyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1981
Tebal244 halaman
Desain SampulLestari

Hikayat Mariam Zanariah dan Nurdin Masri

JudulHikayat Mariam Zanariah dan Nurdin Masri
PenterjemahMusni Umberan, I Made Satyananda, Yupiza
PenerbitProyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1995
Tebalix + 125 halaman
Desain SampulLestari

Dasa Pandawa

JudulDasa Pandawa
Alih AksaraWayan Jendra
PenerbitProyek Penerbitan Buku Bacaan Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1980
Tebal104 halaman
Desain SampulLestari

Geguritan Bagawan Dwala

Judul
Geguritan Bagawan Dwala
Alih AksaraI Gusti Putu Gede Dendi
PenerbitProyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1980
Tebal207 halaman
Desain SampulLestari

Babad Trunajaya-Surapati

JudulBabad Trunajaya-Surapati
Alih AksaraSudibjo Z.H
PenerbitProyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1981
Tebal408 halaman
Desain SampulLestari

Fungsi Upacara Pertanian pada Masyarakat Guradog Kabupaten Lebak

Oleh Ria Intani T.

Abstrak
Mayoritas masyarakat Guradog adalah petani. Sehari-hari mereka teguh menjalankan tradisi warisan leluhurnya, antara lain melaksanakan upacara pertanian. Tujuan dari upacara tidak lain memohonkan keselamatan dalam kegiatan bertani, mulai dari kegiatan bertanam hingga panen.

Kata Kunci: petani, upacara.

Abstract
The major part of Guradog society are farmer. They keep doing their ancestors inheritance tradition daily. For example in implementing the agriculture ceremony. The purpose of this ceremony is supplicating safety in farming activity, starting from planting until harvesting.

Keywords: farmer, ceremony.

Diterbitkan dalam Patanjala, Vol. 1 No. 1 Maret 2009

Penyebaran Agama Islam di Jakarta Abad XVII-XIX

Oleh Lasmiyati

Abstrak
Penyebaran agama Islam di Jakarta dimulai sejak Fatahillah berhasil mengalahkan Portugis di Sunda Kelapa. Namun setelah Batavia diserang oleh Belanda, sebagian tokoh penyebar agama Islam berpindah dari Pelabuhan Pasar Ikan ke Kampung Melayu, mereka mendirikan masjid Al-Atiq. Sedangkan yang melarikan diri ke Jatinegara Kaum mereka mendirikan masjid As- Salafiah. Para tokoh penyebar Agama Islam di Jakarta, disamping melakukan syiar dakwah mereka juga mendirikan masjid.

Penyebaran Agama Islam pada abad XVII - XIX ditandai dengan berdirinya beberapa masjid kuno. Masjid-masjid tersebut disamping sebagai tempat sholat juga dijadikan sebagai tempat dakwah guna menyebarkan agama Islam.

Kata Kunci: Penyebaran agama Islam di Jakarta

Abstract
Spreading of Islam in Jakarta is started since Fatahillah successfully gives in Portugis in Sunda Kelapa. But after Batavia attacked by Dutch, some of Islam spreader figures makes a move from Pelabuhan Pasar Ikan to Kampung Melayu, they build mosque Al-Atiq. While running away to Jatinegara Kaum they to build mosque AsSalafiah. The Islamic Religion spreader figures in Jakarta, beside does syiar mission they also builds mosque.

Spreading of Islamic Religion at century XVII - XIX is marked with forming of some ancient mosques. The mosques beside as place of sholat also made as place of mission to propagate Islam.
Keywords: Spreading of Islam in Jakarta.

Diterbitkan dalam Patanjala, Vol. 1 No. 1 Maret 2009

Sistem Religi pada Masyarakat Kasepuhan Cicarucub Provinsi Banten

Oleh Ria Andayani S.

Abstrak
Sistem religi masyarakat Kasepuhan Cicarucub diwarnai oleh dua unsur penting, yakni agama dan kepercayaan warisan nenek moyang mereka. Mereka menganut agama Islam, namun mereka juga masih mempertahankan dan melaksanakan kepercayaan warisan leluhur. Kepercayaan yang mereka anut, teraktualisasikan dalam adat istiadat mereka yang tampak khas, seperti dalam bidang pertanian, kepemimpinan, dan aktivitas daur hidup manusia. Dengan kata lain, agama dan adat istiadat menjadi pedoman hidup warga masyarakat Kasepuhan Cicarucub. Oleh karena itu, kedua unsur tersebut berjalan harmoni dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Kata Kunci: Sistem religi, masyarakat Kasepuhan.

Abstract
Religy’system of Kasepuhan Cicarucub’s society was built by two important thing. Those are religion and ancestor’s belief. They are Moslem, although they still keep and do their ancestor’s belief who are shown in the unique customs, such as agriculture, leadership. And life cycle. So, religion and customs become a way of life for them and give them a harmonic life.

Keywords: Religy’s system, custom society.

Diterbitkan dalam Patanjala, Vol. 1 No. 1 Maret 2009

Pola Interaksi Masyarakat Arab-Sunda di Kabupaten Purwakarta

Oleh Nina Merlina

Abstrak
Interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan sosial, didasarkan pada komunikasi. Proses interaksi adalah suatu proses yang mengharuskan adanya suatu kerja sama antara dua atau lebih kelompok. Kondisi itu terjadi dalam proses asosiatif antara masyarakat Arab dan Sunda di Kabupaten Purwakarta. Interaksi sosial antara kedua etnis tersebut sangat mewarnai kehidupan sosial di daerah Purwakarta.

Kata kunci: interaksi sosial, komunikasi, Arab-Sunda.

Abstract
Social interaction is a primary factor in social life, based on communications. The main interaction process is an associative process. It is a process that requires teamwork between two people or more. This condition occurs in associative process between the Arabian people and Sundanese people in Purwakarta. The social interaction between two ethnics greatly affects the social life in Purwakarta.
Keywords: Social interaction, communication, Arab-Sundanese.

Diterbitkan dalam Patanjala, Vol. 1 No. 1 Maret 2009

Kidung Panji Marga

JudulKidung Panji Marga
Alih AksaraIda Bagus Gede Widana, I Made Suwastika, I Gusti Putu Dendi
PenerbitProyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1982
Tebal103 halaman
Desain SampulLestari

Menak Kanjun

JudulMenak Kanjun
PengarangR. Ng. Yasadipura I
PenerbitProyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1982
Tebal211 halaman
Desain SampulLestari

Pengungkapan Isi dan Latar Belakang Naskah Kuno Jawa Tengah Serat Nayakawara

JudulPengungkapan Isi dan Latar Belakang Naskah Kuno Jawa Tengah Serat Nayakawara
PengarangRatih Umi Wahyuni, Ninien Karlina, H. Achmad Yunus
PenerbitProyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1992
Tebalviii + 99 halaman
Desain SampulLestari

Puisi Pupujian dalam Bahasa Sunda

Oleh Aam Masduki

Abstrak
Sebagai media pendidikan, puisi pupujian mempunyai fungsi sosial. Di Tatar Sunda, umumnya puisi pupujian berbahasa Sunda dinyanyikan di mesjid-mesjid, musola-musola, pesantren-pesantren atau di tempat-tempat pengajian lain. Di mesjid dan musola, waktu pupujian biasanya berlangsung antara azan dan qomat. Di pesantren dan madrasah, pupujian dinyanyikan pada saat pelajaran berlangsung. Di tempat pengajian anak-anak atau ibu-ibu, puisi pupujian dinyanyikan sebelum atau sesudah mengaji.

Kata Kunci: Puisi Sunda, pupujian.

Abstract
“Pupujian” poem is used for affecting mind, feelings, and human behaviors, beside its function to spread religions. As a learning media, “Pupujian” poem, which is containing some advice and religious lessons, were memorized. With this poem repeatedly sang, it’s hoped that kids, santri, and public will be awakened and have wished to follow the advise and the religion lessons which spreaded through the poem. “Pupujian” oftenly sang in pesantren, madrasah or moscue, langgar or any other religious spoots. “Pupujian” sang when the times comes for Shubuh, Maghrib, and Isya pray, and some after it.

Keywords: Sundanese poetry, pupujian.

Diterbitkan dalam Patanjala, Vol. 1 No. 1 Maret 2009

Kesenian Topeng Masyarakat Kasepuhan Guradog Lebak Banten

Oleh Yuzar Purnama

Abstrak
Kesenian merupakan bagian penting dan salah satu unsur dari kebudayaan. Selain aspek seni, kesenian juga dapat dilihat dari sudut pandang latar belakang kebudayaannya yang akan mampu mengungkap simbol-simbol dan nilai budaya. Kesenian Topeng adalah kesenian tradisional yang merupakan refleksi keindahan, simbolisme dan nilai-nilai moral yang terkandung didalamnya. Di samping menampilkan keindahan gerak dan suara, juga para pelaku yang menyajikan topik-topik yang hidup di masyarakatnya.

Kesenian Topeng yang tumbuh dan berkembang di Kampung Guradog Lebak Banten, perkembangannya lamban. Kesenian Topeng ini menampilkan dua bentuk seni yaitu Jaipongan dan seni drama. Bentuk cerita yang ditampilkan meliputi cerita babad dan roman. Cerita babad diambil dari cerita klasik yang mengandung unsur kesejarahan dan kepercayaan, sedangkan cerita roman mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci: Seni topeng, nilai moral

Abstract
Art is an important part and unavoidable things from human culture. Besaide artistic aspect, art can also viewed from the background culture which able to reveal symbolic meaning from that art and the values.Topeng art is a traditional art which reflect asthetic, symbolic and moral values for who supported it. Besides showing beautifulness of gesture and sounds, it also performs an actors and useful topics for his community.

Topeng art which grows and develop at Guradog Lebak Village, Banten, was late in development. This Topeng art shows two forms of art, which is Jaipongan and drama. Form of stories that shown includes babad and roman story. Babad story taken from classic story that have part of history and beliefs, while roman story tells about daily lives.
Keywords: Topeng Art, moral values.

Diterbitkan dalam Patanjala, Vol. 1 No. 1 Maret 2009

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Gelar Bimtek Penelitian

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata melalui Direktorat Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film menggelar acara bimbingan teknis penelitian di Kantor BPSNT (Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional) Jl. Cinambo, Kota Bandung.

Kementerian Budaya dan Pariwisata bekerjasama dengan Universitas Padjadjaran dan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) memberikan seminar gratis tentang penelitian sejarah dan kebudayaan kepada guru, dosen, peneliti, sejarawan dan mahasiswa. Dalam bimbingan tersebut diberikan berbagai materi mengenai teknis penelitian kesejarahan & kebudayaan serta teknis penulisan laporan kesejarahan & kebudayaan.

Menurut Ketua Panitia, Drs. Dibyo Harsono, M.Hum, acara ini dibuat untuk meningkatkan kualitas peneliti dalam upaya inventarisasi dan pengkajian data sejarah dan kebudayaan.

“Acara ini rutin di gelar setiap tahun oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, guna menyempurnakan persiapan, pelaksanaan, penganalisaan, dan pelaporan penelitian sejarah dan kebudayaan. Jika peneliti sudah mudah mengumpulkan data dan pelaporan, maka diharapkan penelitian sejarah dan kebudayaan Indonesia bisa terus berkembang." ungkap Drs. Dibyo Harsono, Senin (14/07/2014).

Bimbingan teknis penelitian ini mendatangkan pembicara pakar antropologi dan sejarawan dari Unpad dan LIPI, yaitu ; Prof. DR Sobana Hardjasaputra, SS, M.A, Ade Makmur Kartawinata M.Phil, Ph.D, dan Prof. Risdi Muctar, MA, APU.

Pada acara tersebut, selain memberikan berbagai pelatihan cara-cara melakukan penelitian sejarah dan kebudayaan disana juga dijelaskan teknis penulisan karya ilmiah seperti ; skripsi, tesis atau disertasi.

Pendapat guru sejarah SMA di Bandung, Dedi Iriandi, adanya bimbingan teknis tentang penelitian sejarah dan kebudayaan adalah sangat penting, karena bimbingan ini selain mengajarkan bagaimana cara dan metode penelitian sejarah dan budaya, juga diterangkan bagaimana cara analisanya.

“Ini sangat perlu untuk para sejarahwan dan budayawan di Indonesia, mengingat di Indonesia masih banyak sejarah dan budaya yang belum terungkap secara runut dari keilmuan dan metode penelitianny," papar Dedi.

Sedangkan mahasiswa UIN SGD (Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati), Bandung, Dwi Ariyanti, ikut acara ini sangat berguna karena disini dijelaskan juga mengenai cara penyusunan penelitian ilmiah untuk skripsi, tesis, dan sisertasi.

“Berguna banget datang ke acara ini, jadi tahu bagaimana untuk persiapan nyusun skripsi nanti”, cetus Dwi. (Red/ADE)

Popular Posts