WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Serat Witaradya 3

JudulSerat Witaradya 3
PengarangR. Ng. Ranggawarsita
Alihaksara Sudibjo Z.H
PenerbitProyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1979
Tebal356 halaman
Desain SampulLestari

Penayangan Film dan Diskusi Kebudayaan di Kabupaten Bandung 2015

Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, selain berdampak positif, ternyata juga membawa ancaman bagi kelangsungan dan kelestarian kebudayaan daerah. Antara lain bergesernya peranan dan fungsi kebudayaan itu dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Tidak sedikit unsur-unsur kebudayaan daerah atau tradisi lama yang kini semakin jauh dari masyarakat pendukungnya. Bahkan banyak tradisi yang kini nyaris punah, padahal dalam kenyataannya tradisi tersebut telah mampu membentuk sikap, kepribadian dan karakterister bagi masyarakat pendukungnya. Lebih jauh lagi, tradisi tersebut telah memberikan ciri-ciri dan karakteristik bagi kebudayaan dan kepribadian bangsa. Dalam keadaan seperti itu, upaya penyebarluasan informasi kebudayaan sangat perlu terus dilakukan agar nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam tradisi-tradisi tersebut tidak ikut musnah.

BPNB Bandung mempunyai empat wilayah kerja meliputi: Propinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Lampung. BPNB Bandung mempunyai fungsi dan tugas pokok melakukan penelitian, pengkajian, pendokumentasian, serta penyebarluasan nilai-nilai sejarah dan budaya yang terdapat di empat wilayah kerja yang dimaksud. Salah satu upaya untuk menyebarluaskan hasil penelitian dan pendokumentasian adalah melalui kegiatan penayangan film peristiwa sejarah dan budaya.

Sasaran kegiatan penayangan film dan diskusi kesejarahan dan kebudayaan terutama ditujukan kepada generasi muda, khususnya siswa-siswi SMA/sederajat.

Dalam kesempatan ini, kami akan menayangkan film hasil perekaman peristiwa sejarah dan budaya disertai diskusi mengenai nilai-nilai budayanya.

Tujuan
Kegiatan Penayangan Film dan Diskusi ini dilaksanakan dengan tujuan:
  • Menemukenali nilai-nilai yang terkandung dalam berbagai pristiwa yang tercermin dalam pola kehidupan sehari-hari masyarakat, dan
  • Menumbuhkembangkan rasa cinta dan memiliki di kalangan generasi muda atas sejarah dan budaya bangsanya.

Tema
Sesuai dengan tujuan kegiatan Penayangan Film dan Diskusi ini yaitu untuk mengenalkan nilai-nilai sejarah dan budaya bangsa sekaligus menumbuhkan rasa cinta, maka kegiatan penayangan pada kesempatan ini bertemakan “Mengenal Tradisi Mencintai Negeri”.

Materi
Dasar dari diskusi dalam kegiatan Penayangan Film dan Diskusi ini adalah tayangan film seni dan budaya. Terkait dengan itu maka ada dua buah film yang ditayangkan. Antara lain mengenai :
1. Seni Tari Jaipong dari Karawang,Jawa Barat.
pembicara I. Bapak. Drs.H. Agus Heryana, M.Hum

2. Seni Reak Kuda Lumping, dari Cibiru Bandung
Pembicara II :.Bapak. Enjang Dimyati

Peserta
Peserta dalam kegiatan penayangan film dan diskusi ini adalah siswa dan siswi SMA/sederajat dengan guru pendamping, keseluruhannya berjumlah 100 orang.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan penayangan film dan diskusi kebudayaan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 31 Maret 2015 Tempat pelaksanaan di SMK Bhakti Nusantara 666,
Cileunyi Kabupaten Bandung.

Kepanitiaan
Penanggung Jawab : Drs. Aam Masduki
Ketua : Dra. A. Dian Dianawati P
Anggota :
Wawan Suhawan, M.Hum
Deti Nurhayati
Rudi Rustiyadi
Basuki.Indratno
Devi Avliani Heryanto
Siti Halimah
Dayat Hidayat

Refleksi Nilai-nilai Budaya Jawa: Suatu Kajian terhadap Serat Sakeber

JudulRefleksi Nilai-nilai Budaya Jawa: Suatu Kajian terhadap Serat Sakeber
PengkajiTashadi, Wahjudi Pantja Sunjata, dan Sri Retna Astuti
PenerbitProyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1994
Tebalviii + 456 halaman
Desain SampulLestari

Pembekalan Teknis Perekaman 2015

A. Latar Belakang
Beberapa dasawarsa belakangan ini dalam disiplin ilmu-ilmu sosial dan kebudayaan berkembang sebuah metode pengkajian dengan menggunakan media audio-visual. Metode ini pada dasarnya menitikberatkan pada pengkajian data berupa dokumen-dokumen film, baik berupa foto/slide, maupun film audio-visual yang dijadikan sebagai sumber data untuk kemudian dianalisis menggunakan metode dan teori-teori tertentu. Sudah barang tentu untuk kepentingan ini, diperlukan film-film dokumenter yang sahih dan memiliki validitas yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Di samping itu, film-film dokumenter peristiwa kebudayaan juga sangat penting artinya bagi sosialisasi kebudayaan dalam rangka pelestarian kebudayaan itu sendiri. Media film, khususnya audio-visual menjadi sarana yang cukup efektif bagi pewarisan nilai-nilai budaya kepada generasi muda. Ini dapat dimengerti mengingat penyampaian informasi melalui media film, lebih menarik minat masyarakat ketimbang penyampaian secara verbal.

Dalam hal ini, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, memiliki keterkaitan langsung dengan keberadaan film-film dokumenter kebudayaan. BPNB Bandung dalam kedudukannya sebagai UPT Direktorat Jenderal Kebudayaan memiliki dua fungsi, yaitu: pertama, melakukan pengamatan dan penganalisisan data kesejarahan dan nilai tradisional daerah yang tercermin dalam sistem sosial, sistem kepercayaaan, lingkungan budaya, dan tradisi lisan. Kedua, melakukan pendokumentasian dan penginformasian kesejarahan dan nilai tradisional daerah. Adapun wilayah kerja dari BPNB Bandung adalah Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Lampung.

Berdasarkan tugas dan fungsinya BPNB Bandung memiliki kedudukan yang penting di dalam pelestarian kebudayaan dalam arti yang luas. Konsep pelestarian kebudayaan bertitik tolak pada upaya memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan kebudayaan. Salah satu kegiatan pelestarian nilai budaya yang dilakukan BPNB Bandung adalah pendokumentasian dan penyebarluasan informasi peristiwa-peristiwa kebudayaan dan kesejarahan melalui media audio-visual. Media audio-visual itu sendiri diperoleh melalui kegiatan perekaman peristiwa-peristiwa kebudayaan dan kesejarahan.

Dalam usianya yang ke-25 tahun, BPNB Bandung telah berhasil melakukan pendokumentasian berupa perekaman audio-visual berbagai hal yang berkaitan dengan kesejarahan dan nilai-nilai tradisional (film dokumenter). Selanjutnya untuk lebih meningkatkan kontribusi BPNB Bandung kepada masyarakat, khususnya generasi muda, setiap tahunnya diadakan kegiatan penayangan film-film tersebut serta diskusi kebudayaan dan kesejarahan. Untuk itu tentunya film dokumenter yang dibuat harus memiliki kualitas gambar yang baik serta substansi dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam perekaman film dokumenter ini dibutuhkan orang-orang yang berpengetahuan dan berkemampuan merekam peristiwa sejarah dan budaya dengan baik agar film yang dihasilkannya pun baik. Beranjak dari hal tersebut BPNB Bandung memandang perlu untuk mengadakan kegiatan ini yang mengarah pada peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui bimbingan teknis perekaman.

B. Tujuan
Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan kualitas hasil perekaman melalui pemahaman dan penguasaan teknik perekaman.

C. Dasar Hukum
  1. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan Lembaga Pemerintah NonKementerian;
  2. Peraturan Presiden Republik Indonesia tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2010 – 2014;
  3. Rencana Strategis Setjen Kemendikbud Tahun 2010 – 2014;
  4. Kerangka Pembangunan Jangka Menengah Setjen Kemendikbud Tahun 2010 – 2014;
  5. Surat Menpan Nomor 10/M/1/2003 tentang Evaluasi Kelembagaan Pemerintah;
  6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
  7. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: 42 Tahun 2009/Nomor: 40 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan;
  8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pelestarian Nilai Budaya.
D. Ruang Lingkup
Kegiatan ini merupakan pembekalan teknis yang dilakukan melalui cara bimbingan/diklat dengan materi terkait dalam teknik perekaman data sejarah dan kebudayaan, serta praktek lapangan. Materi pembekalan meliputi: konsep-konsep umum mengenai pentingnya dokumen audio-visual sebagai salah satu sumber informasi kesejarahan dan kebudayaan, metode dan teknik perekaman peristiwa kesejarahan dan kebudayaan, metode dan teknik pengkajian kebudayaan melalui media audio-visual, metode dan teknik penyusunan skenario, serta praktik mengenai teknik-teknik pengambilan gambar.

E. Tema dan Topik Makalah
Kegiatan Pembekalan Teknis Perekaman Tahun Anggaran 2015 mengambil tema: “Dengan Pembekalan Teknis Perekaman Kita Tingkatkan Kualitas Hasil Perekaman”. Adapun topik-topik makalahnya adalah sebagai berikut:
  1. Karakteristik Media Audio-Visual dan Bahasa Visual (Pembicara: Hadi Purnama, M.Si. (Tel-U))
  2. Metode dan Teknik-teknik Pengambilan Gambar Audio-Visual (Pembicara: Hernawan, S.Sen. (STSI))
  3. Metode dan Teknik Penyusunan Skenario untuk Perekaman Film Dokumenter Kebudayaan (Pembicara: DR. Arthur S. Nalan, S.Sen.M.Hum. (STSI))
  4. Metode dan Teknik Penyusunan Skenario untuk Perekaman Film Dokumenter Sejarah (Pembicara: Ray Bachtiar (Komunitas Lubang Jarum Indonesia))
  5. Pengarsipan Data Audio-Visual dan Foto Budaya (Pembicara: Endo Suanda (Media Tikar Nusantara))
  6. Teknik Pengeditan Data Audio-Visual dan Foto (Pembicara: Sylvie Nurfebiaraning, S.Sos., M.Si. (Tel-U Bandung))
Adapun yang akan menjadi moderator dalam persidangan tersebut adalah:
1. Drs. T. Dibyo Harsono, M.Hum
2. Agus Mulyana, SH
3. Wisnu Wardana, S.S

H. Peserta
Peserta kegiatan ini sebanyak 55 (lima puluh lima) orang yang terdiri atas peneliti BPNB Bandung, sejarawan, budayawan, dosen, guru, mahasiswa, dan para peneliti dari berbagai lembaga penelitian.

I. Pelaksana
1. Petugas swakelola/panitia yang ditunjuk oleh Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen.
2. Pembicara adalah dosen/pengajar dan para tenaga ahli di bidang pendokumentasian dan pengkajian kebudayaan.

J. Lokasi
Kegiatan ini akan dilaksanakan di Bandung.

K. Kepanitiaan
Peananggung Jawab : Drs. Hery Wiryono
Ketua : Dra. Yanti Nisfiyanti
Wakil : Drs. Yuzar Purnama
Anggota :
Dra. Lina Herlinawati
Drs. Hermana
Hary Ganjar Budiman, S.S
Ayi Syarif Suhana, S.Sos, M.Si
Wildan Nirmala, S.Sos
Anas Azhar Nasihin

Lawatan Sejarah BPNB Bandung ke DKI Jakarta – Banten (3)

Destinasianews – Setelah melawat beberapa situs sejarah di Museum Nasional Jakarta pada hari pertama dan hari kedua melawat situs-situs bersejarah peninggalan peradaban Banten Lama. Di hari terakhir Lawatan Sejarah (26-28 Maret 2015) ini, para peserta diuji materi hasil lawatan sejarahnya lewat presentasi kelompok. Sesi presentasi ini bertempat di Aula Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang yang lokasinya tak jauh dari hotel rombongan menginap.

lawatan hari ke3a“Peserta yang terbagi dalam enam kelompok tersebut, akan memaparkan hasil lawatannya dan akan ada sesi tanya jawab. Teknisnya per dua kelompok akan maju ke depan dan hanya 1 orang yang menjadi wakil setiap kelompok,” papar Iim Imadudin salah seorang panitia dari Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung di sela-sela persiapan acara.

Presentasi yang dimulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB tersebut, berlangsung cukup menarik. Para siswa yang berperan sebagai presenter perwakilan kelompoknya, sangat baik dalam pemaparan materi dan menjawab setiap pertanyaan.

“Saya sangat senang melihat presentasi dari siswa peserta sangat baik meskipun dengan waktu persiapan yang sangat sedikit tapi mereka mampu manguasai materi yang mereka dapat selama di lapangan. Untuk penilaiannya akan kami godok dulu di kantor, nanti siswa yang terbaik akan mewakili BPNB Bandung dalam Lawatan Sejarah Tingkat Nasional 2015, kebetulan Jawa Barat sebagai tuan rumah jadi mendapat kuota lebih hingga dapat jatah 20 peserta,” papar Toto Sucipto Kepala BPNB Bandung.

Para peserta pun terlihat sangat bergembira karena mampu menyelesaikan semua kegiatan Lawatan Sejarah tersebut dengan lancar seperti yang diungkapkan perwakilan peserta, Rizal dari SMAN 1 Cineam Kabupaten Tasikmalaya.

“Saya mewakili teman-teman peserta mengucapkan banyak terima kasih kepada BPNB selaku panitia yang tak lelah bekerja, para guru pembimbing yang terus-menerus membimbing kami. Ini kegiatan yang sangat bermanfaat bagi kami untuk menambah wawasan sejarah dan guna mengajak kami sebagai generasi penerus untuk dapat melestarikan aset-aset bersejarah di negeri kita. Negeri ini sangat kaya akan sejarahnya. Kenanglah kami meskipun itu kenangan yang jelek. Terima kasih sekali lagi yang sebesar-besarnya,” ujar Rizal yang juga merupakan peserta paling heboh dan kocak.

Setelah selesai acara presentasi, rangkaian lawatan sejarah pun ditutup secara resmi oleh Kepala BPNB Bandung, dilanjutkan berfoto bersama dan salam-salaman seluruh peserta rombongan. “Saya ucapkan banyak terima kasih kepada para panitia, guru pembimbing, siswa peserta, dan kru media yang terlibat. Mohon maaf bila ada kekurangan dalam kegiatan kami. Mudah-mudahan ke depannya, meskipun acara ini telah selesai tapi silaturahmi kita tetap berjalan,” ujar Toto dalam pidato penutupannya.

Berikut Nama-nama Sekolah Peserta Lawatan Sejarah 2015

SMA Mardiyuana Sukabumi – SMA PGRI 1 Kota Bandung – SMAN 10 Tangsel – SMA Yamisa Soreang Kab. Bandung – SMA Yas Kota Bandung – SMAN 1 Baleendah Kab. Bandung – SMAN 1 Kota Banjar – SMAN 1 Kab. Cianjur – SMAN 1 Cikancung Kab. Bandung – SMAN 1 Cileunyi Kab. Bandung – SMAN 1 Cineam Kab. Tasikmalaya – SMAN 1 Ciwaru Kuningan – SMAN 1 Jalan Cagak Subang – SMAN 1 Lemahabang Cirebon – SMAN 1 Sumedang – SMAN 10 Kota Bandung – SMAN 19 Kota Bandung – SMAN 2 Kota Tasikmalaya – SMAN 23 Kota Bandung – SMAN 26 Kota Bandung – SMAN 27 Kota Bandung – SMAN 3 Kota Serang – SMAN 7 Kota Bandar Lampung – SMAN 7 Kota Bandung – SMAN 7 Kota Cirebon – SMAN Citra Nusa Kota Bogor – SMK Al Hasan Kota Bandung – SMK Bandung Timur Kab. Bandung – SMK Pangeran Soeria Atmaja (PASA) Kab. Sumedang – SMK Setia Bhakti Kota Bandung – SMK YASRI Kota Bandung – SMKN 1 Kab. Indramayu – SMKN 6 Kota Bandung – SMKN 9 Kota Bandung. (IG/dtn)

Lawatan Sejarah BPNB Bandung ke DKI Jakarta – Banten (2)

Destinasianews – Perjalanan hari kedua rombongan Lawatan Sejarah Balai Pelestarian Nilai Budaya (BNPB) Bandung, Jumat (27/03/2015), dilanjutkan ke daerah Banten, tepatnya di kawasan cagar budaya dan sejarah Banten Lama. Ada tujuh objek yang didatangi diantaranya Tasik Ardi, Benteng Speelwijk, Vihara Avalokitesvara, Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, Masjid Agung Banten Lama, Keraton Surosowan, dan Keraton Kaibon.

Lawatan Banten Lama, tepatnya di Kota Serang kali ini dipandu staf dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang. BPCB sendiri ini, setingkat dengan BPNB sama-sama berkedudukan sebagai Unit Pelayanan Teknis (UPT), perbedaannya, BPNB bekerja meliputi peninggalan sejarah dan budaya yang sifatnya tak benda (seperti kesenian, adat istiadat) sedangkan BPCB meliputi pelestarian peninggalan sejarah dan budaya bersifat benda seperti candi, bangunan keraton.

Seetelah menikmati hidangan sarapan pagi di hotel yang berlokasi di Kota Serang, rombongan tepat pukul 08.00 WIB, berangkat ke situs-situs peninggalan sejarah peradaban Banten Lama. Jarak tempuh pun tidak terlalu jauh dan lokasi antar situs pun pun cukup berdekatan.

Situs Peninggalan Peradaban Banten Lama
Rombongan diawali berkunjung ke danau buatan Tasik Ardi yang terletak di Desa Margasana, Kramatwatu, Kota Serang. Danau ini dibuat pada masa pemerintahan Panembahan Maulana Yusuf (1570 – 1580 M) yang berfungsi sebagai sumber irigasi dan tempat beristirahat Sultan dan keluarganya. Dengan suasana sejuk karena dipenuhi pohon rindang, para siswa sangat bersemangat meneliti hal-hal yang berhubungan dengan objek tersebut dengan bertanya kepada pemandu, meskipun sempat terhenti karena turun hujan. “Tetap semangat Kang, pokoknya asyik, nikmat dan Ramai pisan,banyak wawasan baru,” ujar Satrio, salah satu peserta dari SMAN 23 Bandung saat ditanya kesan dari lawatan tersebut.

Dari Tasik Ardi, lawatan berlanjut ke objek Benteng Speelwijk dan Vihara Avalokakitesvara yang lokasinya saling berhadapan. Terletak di Kampung Pamarican, Kasemen, Serang Banten. Benteng Speelwijk merupakan benteng peninggalan Belanda dibangun dalam kurun waktu 4 tahun dari 1681 – 1684 pada masa pemerintahan Sultan Banten Abu Nasr Abdul Qohhar (1672 - 1684).

Sedangkan Vihara Avalokakitesvara dibangun 1774 di lokasi saat ini setelah sebelumnya mengalami pemindahan dari Desa Dermayon. Berdasarkan catatan naskah yang ada di vihara, tahun 1883 di lokasi ini sempat hancur oleh Tsunami akibat letusan Gunung Krakatau, konon orang –orang yang berlindung di vihara saat itu semuanya selamat dari bencana. Kala rombongan masuk ke kompleks vihara sempat terjadi peneguran oleh Sesepuh Vihara kepada para siswa yang berfoto selfi dengan cengengesan di depan altar vihara. “Hapus fotonya! Kalau mau difoto harus sopan dan sewajarnya, ini kan tempat sembahyang,” tegas Sesepuh kepada para siswa tadi. Namun kejadian tersebut segera reda setelah para siswa meminta maaf dan segera menghapus fotonya.

Lokasi berikutnya, rombongan dipandu menuju Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama yang berdekatan dengan Keraton Surosowan, Masjid Agung Banten Lama, dan Kerataon Kaibon. Di lokasi ini rombongan beristirahat dan melaksanakan salat Jumat bagi peserta muslim di Masjid Agung Banten Lama. “Terasa begitu khusyu beribadah di masjid yang kerap dijadikan tujuan ziarah rombongan pengajian dari berbagai daerah di Indonesia, namun sayang keberadaannya terlihat nampak kumuh karena banyaknya bangunan warung-warung liar yang mengitari masjid,” papar Sutrisno salah satu guru peserta dari SMAN 3 Kota Serang.

Usai berjumatan, para siswa peserta kembali melakukan tugasnya meneliti hal-hal yang berhubungan dengan peninggalan sejarah yang ada di Museum, Keraton Surosowan dan Masjid Agung. Keraton Surosowan merupakan peninggalan Maulana Hasanuddin yang dibangun 1522 – 1526 dan sempat terbakar karena dihancurkan serangan pasukan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels pada 21 November 1808. Di halaman Museum Situs Kepurbakalaan terdapat koleksi yang paling banyak perhatian peserta yakni sebuah meriam bernama Meriam Amuk. Sedangkan di Masjid ada sebuah menara masjid yang masih asli dan berdiri kokoh, peserta pun sebagian ada yang menaiki menara tersebut.

Objek terakhir yang dikunjungi yakni Keraton Kaibon yang berarti “Keibuan” karena kompleks keraton ini dibangun untuk ibunda Sultan Syafifuddin pada tahun 1832. Saat tiba di lokasi tersebut pas menjelang sore hari, udara cukup sejuk dan cerah, sehingga banyak peserta banyak berfoto selfi atu grupi dengan background sisa bangunan keraton. “Wah lokasinya keren, bagus buat difoto. Terus bagus nih buat lokasi pengambilan foto-foto Pre Wedding. Meskipun sayang banyak warga yang coret-coret bangunannya dan bermain bola seenaknya di halaman situs, kan harusnya dijaga ketat pengelola ya,” ungkap Selfi salah seorang guru peserta dari SMKN 9 Bandung.

Setelah berkunjung ke beberapa situs-situs peninggalan Banten Lama, peserta terlihat kelelahan karena cuaca yang begitu panas menyengat, namun tetap semangat. Rombongan kembali ke hotel untuk beristirahat dan di malam harinya para siswa peserta mempersiapkan penampilan karya musik setiap kelompoknya. Sedangkan di hari ketiga lawatan, peserta diuji dengan presentasi hasil lawatannya. (IG/dtn)

Lawatan Sejarah BPNB Bandung ke DKI Jakarta – Banten (1)

Destinasianews – Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung menggelar kegiatan lawatan sejarah ke beberapa situs sejarah di wilayah DKI Jakarta dan Provinsi Banten. Kegiatan tahunan ini, berlangsung selama 3 hari (26-28 Maret 2015) tersebut, diikuti peserta sebanyak kurang lebih 150 orang terdiri dari para pelajar tingkat SMA/SMK dan guru dari wilayah kerja Jabar, Banten, DKI Jakarta, dan Lampung.

lawatan sejarah3Rombongan yang berangkat dari kantor BPNB Jalan Cinambo No.136 Bandung, dilepas secara resmi oleh Kepala BPNB Bandung, Toto Sucipto. “Saya melepas rombongan lawatan sejarah yang mewakili sekitar 34 sekolah yang ada di wilayah kerja kami dengan jumlah peserta sekitar 150 siswa dan guru. Kunjungan kita awali menuju Museum Nasional di Jakarta dan dilanjutkan ke situs-situs sejarah yang ada di Provinsi Banten,” papar Toto Sucipto saat ditemui di sela-sela keberangkatan, Kamis (26/03/15).

Toto memaparkan, kegiatan ini bertujuan sebagai pengenalan informasi sejarah secara langsung di lapangan. “Mudah-mudahan kegiatan ini berlangsung lancar dan bermanfaat bagi siswa untuk menambah wawasan kesadaran dan minat siswa terhadap sejarah bangsa, meskipun banyak fakta di sekolah bahwa pelajaran sejarah adalah pelajaran yang kurang pamornya. Nanti hasil dari kegiatan ini dipilih siswa yang berprestasi untuk mewakili lawatan sejarah tingkat Nasional yang akan berlangsung di wilayah Jabar,” tambahnya.

Peserta pun sangat antusias mengikuti lawatan sejarah ini, seperti diungkapkan Hendri, guru dari SMAN 1 Ciwaru, Kuningan, “Ini pengalaman pertama saya ikut kegiatan lawatan ini, kebetulan sekolah kami terpilih mewakili Kuningan dan membawa 2 siswa yang berprestasi di sekolah kami”.

Kunjungan ke Museum Nasional

lawatan sejarah5Setelah menempuh perjalanan panjang dari Bandung ke Jakarta selama kurang lebih 5 jam, rombongan pun tiba sekitar pukul 13.00 WIB di objek pertama, yakni Museum Nasional yang berada di kawasan Monas, Jakarta. Rombongan pun diterima secara resmi jajaran Museum Nasional yang dipimpin langsung Kepala Museum, Intan Mardiana, M. Hum. Dalam kunjungan ke objek pertama ini, para siswa diajak mengenal koleksi museum seperti peninggalan keramik, rumah-rumah adat, peninggalan barang-barang tekstil, dan benda-benda lainnya yang berhubungan dengan nilai sejarah kebudayaaan Indonesia.

“Kami senang kedatangan tamu dari Bandung ini, kami pun siap memandu rombongan untuk mengenal koleksi yang ada di museum ini. Kami pun merasa kegiatan ini sangat penting dan perlu digelar agar siswa memiliki wawasan sejarah dan untuk sama-sama mempunyai rasa memiliki aset-aset sejarah serta mempunyai rasa kebanggaan tentang sejarah panjang negeri kita. Kalau bukan generasi muda siapa lagi yang akan melestarikan warisan sejarah bangsa ini. Mudah-mudahan para siswa bersemangat dan senang berada di sini meskipun dengan penerimaan dari kami yang seadanya. Selamat menikmati koleksi museum ini,” papar Intan dalam sambutannya.lawatan sejarah4

Acara penyambutan pun ditutup dengan saling tukar-menukar cendera mata antara pihak Museum Nasional dan BPNB Bandung. Setelah penyambutan, para siswa dipandu berkeliling melihat koleksi-koleksi yang ada di Museum Nasional. Tepat pukul 15.00 WIB, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Provinsi Banten. (IG/dtn)

kerjasama antara Museum Nasional Jakarta - BPNB Bandung melalui kegiatan Lawatan Sejarah

Museum Nasional sebagai tempat penyimpanan dan sumber informasi dari berbagai karya sejarah tentang perjalanan Bangsa Indonesia menjadi tempat pertama yang dikunjungi peserta lawatan sejarah BPNB Bandung tahun 2015.

Aroma kesejarahan sudah sangat terasa Sesaat setelah memasuki Museum Nasional. Peserta lawatan sejarah yang terdiri dari guru dan siswa SMA / sederajat yang berada dalam wilayah kerja BPNB Bandung yang sebenarnya sudah sangat ingin menjelajahi seluruh koleksi rupanya harus ditahan terlebih dahulu karena harus melewati sesi sambutan dan peresmian yang dilakukan langsung oleh Kepala Museum Nasional.
Toto Sucipto selaku Kepala BPNB Bandung mengucapkan beberapa patah kata sebagai pembuka yang berisi tentang maksud dan tujuan kunjungan ke Museum Nasional. Dilanjutkan kemudian dengan sambutan yang dilakukan oleh Intan Mardiana N. selaku Kepala Museum Nasional . Deksripsi singkat mengenai keberadaan Musem Nasional menjadi tema dari  sambutan yang dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama yang disambung dengan pembukaan secara resmi kegiatan Lawatan Sejarah dengan diiringi pertukaran cenderamata antara Kepala Museum Nasional dengan Kepala BPNB Bandung.




Setelah sesi seremoni selesai, peserta dengan dipandu oleh petugas dari Museum Nasional melakukan kunjungan ke berbagai koleksi museum.



Koleksi yang dikunjungi antara lain koleksi arca, suku bangsa, koleksi emas, dan batu mulia. Sayangnya waktu yang diberikan kurang dapat mengakomodir keinginan peserta untuk mengetahui secara lebih lanjut tentang koleksi museum.








Lawatan Sejarah 2015

1. Latar Belakang

Sejarah merupakan bagian dari alur pemikiran yang bergerak dari masa lalu untuk dijadikan bahan pertimbangan langkah-langkah di masa yang akan datang. Sebuah perjalanan sejarah tidak hanya dimiliki oleh individu tetapi juga diterapkan pula oleh sekelompok bahkan pada skala yang lebih besar lagi yaitu sebagai sebuah bangsa, termasuk Bangsa Indonesia. Perjalanan yang penuh liku penjajahan menyisakan beberapa kisah dan saksi bisu berupa bangunan-bangunan bersejarah yang beberapa di antaranya hingga kini masih dirawat dengan baik
DKI Jakarta sebagai sebuah ibukota negara Republik Indonesia berperan sangat penting dalam mengelola pemerintahan mulai dari masa penjajahan hingga masa kemerdekaan. Dengan demikian, bangunan-bangunan sebagai bagian dari infrastruktur pemerintahan berikut faktor pendukungnya bertebaran di seantero DKI Jakarta yang pada beberapa beberapa bangunan bersejarah tertentu masih dirawat dan dipergunakan untuk mengelola pemerintahan termasuk di antaranya adalah Istana Merdeka. Selain bangunan bersejarah, berbagai koleksi bersejarah juga dengan mudah dapat kita temukan di berbagai museum yang ada di DKI Jakarta. Salah satu di antaranya adalah Museum Gajah atau Museum Nasional.
Sama halnya dengan DKI Jakarta, Provinsi Banten  yang sebelumnya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Barat memiliki peran penting sebagai daerah penyangga Jakarta baik pada masa penjajahan maupun masa kemerdekaan. Di wilayah ini banyak terdapat peninggalan sejarah sejak masa Kesultanan Banten hingga masa kolonial yang hingga kini masih terawat dengan baik di antaranya adalah Keraton Surosowan, Keraton Kaibon, dan Masjid Agung.
Jakarta dan Banten yang merupakan wilayah yang sarat dengan nuansa kesejarahan adalah sebagian kecil dari sekian banyak peristiwa sejarah yang bertebaran di bumi pertiwi yang harus dimaknai sebagai sebuah bukti bahwa Indonesia didirikan tidak hanya dalam satu malam. Sebuah pengertian yang bersifat instan yang memang pada saat ini banyak digandrungi oleh generasi muda. Sudah seharusnya generasi muda mengerti akan arti dari sebuah proses yang harus dijalankan untuk mewujudkan sebuah harapan. Harapan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan adalah sebuah kemerdekaan. Dan, perlu diingat bahwa kata merdeka adalah sebuah langkah awal untuk menuju pada harapan besar Bangsa Indonesia yang diungkapkan dalam Pancasila. Apabila dicermati bahwa tugas untuk mengisi kemerdekaan agar sesuai dengan Pancasila diserahkan sepenuhnya pada generasi muda. Dengan demikian, bukti-bukti sejarah yang tersebar di dua wilayah tersebut di atas tidak menjadi sebuah pajangan yang tidak bermakna.
Guna memaknai arti penting sejarah utamanya di dua wilayah tersebut, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung secara rutin menyelenggarakan kegiatan Lawatan Sejarah. Sebuah kegiatan yang mengajak siswa dan guru untuk mengenang, mempelajari, dan memahami nilai sejarah. Kegiatan ini memang sengaja dibuat seperti paket wisata agar para peserta secara tidak sadar mengarahkan alur pemikirannya ke belakang untuk dibandingkan dengan masa kekinian sehingga bisa memperoleh gambaran Indonesia pada masa yang akan datang.

2. Tujuan

a.    Mengenal informasi sejarah yang baru di luar text book.
Pengalaman di lapangan dapat dipakai sebagai pengayaan variasi informasi sejarah.
b.    Konteks
Kunjungan lapangan (field trips) berangkat dari teks (wacana) ke realitas di lapangan. Siswa mempelajari informasi tertulis di dalam kelas dan memahaminya dalam konteks kenyataan di lapangan.
c.     Isu Tambahan
Kunjungan lapangan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan topik atau isu-isu lain yang bisa dijadikan bahan tulisan.
d.    Historical Mindedness
Dengan belajar dari lapangan, siswa akan memperoleh apresiasi sejarah yang lebih intens. Siswa selain mengetahui juga dapat mengerti dan memahami tentang objek sejarah yang dipelajarinya.
e.    Refreshing
Kunjungan lapangan juga berguna sebagai rekreasi.

3. Ruang Lingkup

Pelaksanaan Lawatan Sejarah pada tahun anggaran 2015 meliputi tempat-tempat bersejarah di DKI Jakarta dan Banten. Ditempat ini peserta akan mengunjungi, mengamati, dan menganalisa situs-situs bersejarah tersebut. Selain mengunjungi situs bersejarah, peserta juga diberi perbekalan pengetahuan tentang Narkoba mencakup pengenalan, penyalahgunaan, dan pencegahannya.


A. Museum Nasional


Museum Nasional merupakan nama resmi dari salah satu instansi yang bernaung di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Masyarakat umum, terutama di wilayah DKI Jakarta, lebih mengenal Museum Nasional dengan istilah Museum Gajah atau Gedung Gajah. Penamaan ini lebih ditujukan pada ciri khas Museum Nasional yaitu berupa patung gajah pemberian raja Thailand yang ditaruh tepat di depan pintu utama. Selain itu, masyarakat umum juga mengenal Museum Nasional dengan nama Gedung Arca. Hal ini disebabkan sangat banyaknya arca-arca yang menjadi salah satu koleksi Museum Nasional.
Sebagai sebuah instansi yang berada di bawah naungan Kemdikbud, visi misi Museum Nasional harus selaras dengan visi misi Kemdikbud. Adapun visi Misi Museum Nasional adalah “Terwujudnya Museum Nasional sebagai pusat informasi budaya dan pariwisata yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban dan kebanggaan terhadap kebudayaan national, serta memperkokoh persatuan dan persahabatan antar bangsa”.
Cikal bakal berdirinya Museum Nasional dimulai pada tanggal 24 April 1778. Pada tanggal tersebut, De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen (perkumpulan ilmiah Belanda) membuat sebuah himpunan bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, yaitu sebuah lembaga independen yang bertujuan memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah. Salah satu rencana dari lembaga ini adalah membuat sebuah museum. JCM Radermacher, salah seorang pendiri lembaga ini, kemudian menyumbangkan rumah beserta koleksinya yang berada di Jalan Majapahit No. 3 Jakarta untuk dijadikan Museum. Lama kelamaan koleksi museum semakin bertambah sehingga tidak tertampung lagi. Pemerintah Belanda kemudian pada tahun 1862 mendirikan bangunan museum baru di jalan Medan Merdeka Barat No. 12. Bangunan inilah yang hingga kini masih dipertahankan dan dikenal dengan nama Museum Nasional.
Koleksi Museum Nasional terdiri dari berbagai macam jenis, di antaranya koleksi sejarah, keramik, geografi, prasejarah, etnografi, numismatik, dan heraldik. Dengan begitu banyaknya jenis dan jumlah koleksi, pengelola Museum Nasional dituntut kreatif untuk dapat lebih banyak lagi menarik pengunjung. Oleh karena itu, Museum Nasional tidak saja hanya mengandalkan koleksi benda bersejarah, tetapi juga kerap mengadakan eksibisi dan event-event. Pada tahun 2014, salah satu kegiatan Museum Nasional adalah mengadakan Festival 236 Tahun MNI yang digelar selama sepekan, dimulai pada tanggal 17 sampa dengan 24 Mei 2014. Baru-baru ini, pada tanggal 14 Februari 2015, Museum Nasional mengadakan Jakarta Student Art Festival yang diisi dengan kegiatan mewarnai, menggambar, dan vokal group.

B. Keraton Surosowan

Keraton Surosowan dibangun pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin selama kurun waktu 4 tahun, yaitu dari tahun 1522 – 1526. Arsitek pembangunan situs bersejarah ini, salah satunya berkebangsaan Belanda yang telah masuk Islam, yaitu Hendrik Lucasz Cardeel yang berganti nama menjadi Pangeran Wiraguna. Dibangun di atas lahan seluas 3 hektar, sekeliling keraton diberi pembatas tembok setinggi 3 meter sehingga mirip sekali dengan benteng.
Untuk masuk ke Keraton Surosowan,  dibangun 3 buah gerbang yang berada di sebelah utara, timur, dan selatan. Bahan untuk membuat Gerbang terdiri dari batu karang dan batu bata yang dibangun pada masa pemerintahan Maulana Yusuf sebagai Sultan kedua Banten pada tahun 1570 sampai 1580.
Memasuki pintu gerbang, pengunjung akan menjumpai bangunan-bangunan yang berhubungan dengan air. Salah satu yang terkenal adalah sebuah kolam yang diberi nama Kolam Rara Denok. Kolam sepanjang 30 meter, lebar 13 meter, dengan kedalaman 4,5 meter memiliki sumber mata air yang berasal dari Danau Tasikardi yang terletak sekitar 2 kilometer dari Surosowan.
Di dalam Komplek Keraton Surosowan juga terdapat pula Gedong Pakuwon yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran dinding sekitar 2 meter dan lebar 5 meter, panjang sisi timur dan sisi baratnya kira-kira sekitar 300 meter. Kemudian dinding sisi utara dan sisi selatan 100 meter maka luas secara keseluruhan sekitar 3 hektar. Pintu masuk merupakan pintu gerbang utama terletak di sebelah utara menghadap ke alun-alun.
Tahun 1605 dan 1607 benteng keraton sempat mengalami kebakaran hebat dan pada 21 Nopember 1808 Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels bersama pasukan militernya menghancurkan keraton ini.

C. Keraton Kaibon


Dinamakan Keraton “Kaibon” yang berarti keibuan, karena Komplek Keraton Kaibon terletak di Kampung Kroya ini dibuat untuk ibunda Sultan Syafifuddin yang bernama ibu Ratu Aisyah. Pada tahun 1832 keraton ini dibongkar pada masa pemerintahan Jenderal Daendels. Penyebabnya adalah bahwa Sultan Syafifuddin menolak perintah Daendels untuk meneruskan pembangunan jalan Anyer– Panarukan. Bentuk penolakan tersebut disertai dengan pemenggalan Du Puy, utusan Belanda.
Meskipun dihancurkan, kondisi Keraton Kaibon yang saat ini masih dapat dilihat tidaklah separah Keraton Surosowan yang tidak menyisakan struktur bangunan pokok. Setidaknya, Keraton Kaibon masih menyisakan struktur bangunan yang masih berdiri tegak. Pintu Paduraksa juga masih kokoh berdiri. Ada kesamaan antara Keraton Kaibon dengan Keraton Surosowan adalah unsur air yang mengelilingi seluruh bangunan. Penggunaan unsur air bertujuan sebagai pendingin ruangan dan bangunan mengingat kondisi cuaca di wilayah tersebut tergolong sangat panas. Dengan demikian, seluruh ruangan dan bangunan tidak lepas dari saluran air yang dialirkan melalui bagian bawah. Sementara untuk membuat lantai dan atap bangunan digunakan balok kayu berukuran besar. Bahan-bahan yang sama juga digunakan untuk membangun mesjid yang kala itu berdiri megah dan terkesan mewah dan dimasukan sebagai bangunan inti keraton.

D. Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama

 Bangunan Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama berdiri di atas tanah seluas 778 m2 dari keseluruhan luas yang dimiliki museum yaitu 10.000 m2. Peresmian museum dilakukan pada tanggal 15 Juli 1985 oleh Direktur Jenderal Kebudayaan yang kala itu dijabat  Prof.DR. Haryati Soepadio.
Koleksi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama terbagi atas koleksi asli dan replika. Terdapat juga koleksi dalam bentuk diorama, dan maket, arkeologika, keramologika, numismatika/heraldika, etnografika, dan seni rupa. Koleksi arkeologika antara lain terdiri dari kapak batu, arca nandi, genteng berbagai bentuk dan ukuran, memolo/hiasan atap bangunan/pemuncak, tegel, dan pagar besi berhias. Terdapat juga koleksi keramologika karena Banten pada masa lalu memiliki industri gerabah yang cukup banyak. Hasil produksi terdiri dari peralatan rumah tangga, unsur bangunan, dan kowi (wadah pelebur logam).
Koleksi numismatika menjadi salah satu andalan museum ini karena Banten pada masa lalu sudah mampu membuat uang sendiri. Selain koleksi mata uang Banten, terdapat juga berbagai jenis koleksi mata uang asing seperti caxa (Cina), mata uang VOC,  mata uang Inggris, dan Tael.
Koleksi etnografika cukup mengundang perhatian pengunjung karena Banten pada masa lalu juga sudah mampu membuat kain dan pakaian sendiri. Terbukti dengan beberapa koleksi peralatan tenun dan pakaian. Koleksi etnografika juga diisi dengan berbagai jenis senjata dan laat-alat kesenian.
Koleksi seni rupa lebih diarahkan pada diorama dua dimensi yang menggambarkan kondisi Banten terutama pada masa kerajaan, seperti lukisan pelabuhan Banten, Pasar Karangantu, dan lukisan para sultan yang pernah menjabat.

E. Masjid Agung Banten Lama

Masjid Agung Banten Lama merupakan salah satu situs peninggalan bersejarah yang menempati lahan seluas 1,3 hektar yang dikelilingi tembok setinggi kurang lebih 1 meter yang dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), putra pertama dari Sunan Gunung Jati.
Pada keempat arah mata angin terdapat masing-masing sebuah gapura. Menara masjid menggunakan bahan batu bata yang menjulang setinggi 24 meter dengan diameter 10 meter menjadi ciri khas situs bersejarah ini. Ciri khas lainnya adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda China hasil desain seorang arsitek Cina bernama Tjek Ban Tjut.
Selain menara, terdapat sebuah konstruksi tembok persegi delapan yang dikenal dengan nama istiwa, bencet atau mizwalah yang digunakan sebagai pengukur waktu dengan memanfaatkan bayangan akibat sinar matahari. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.
Bangunan masjid ini ditopang oleh dua puluh empat tiang (soko guru), empat tiang utama terletak pada bagian tengah ruangan. Pada bagian bawahnya terdapat empat buah umpak batu berbentuk buah labu. Mihrab terdapat pada dinding sebelah barat berupa ceruk tempat imam memimpin shalat.
Dinding timur memisahkan ruang utama dengan serambi timur yang mempunyai bentuk atap limas. Pada dinding ini terdapat empat buah pintu masuk yang rendah. Setiap orang yang masuk ke ruangan utama harus menundukkan kepala. Meski ia berasal status sosial tertentu, ketika memasuki masjid semuanya sama.
Pengunjung masjid tidak hanya berasal dari jamaah yang hendak melakukan shalat lima waktu, tetapi cukup banyak di antaranya yang berstatus peziarah. Hal ini dapat dipahami mengingat di masjid ini juga terdapat kompleks pemakaman sultan-sultan Banten serta keluarganya. Di antaranya makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar. Sementara di sisi utara serambi selatan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin, dan lainnya.


F. Benteng Speelwijk

Benteng Speelwijk merupakan salah satu simbol kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda di wilayah Banten. Terletak sekitar 500 meter dari Masjid Agung Banten, di Kampung Pamarican, Desa Banten, Kecamatan Kasemen - Kota Serang. Situs bersejarah ini terkesan masih berdiri kokoh. Hasil rancangan seorang arsitek bernama Hendrick Loocaszoon Cardeel, benteng yang dibangun belanda pada masa pemerintahan Sultan Banten Abu Nasr Abdul Qohhar (1672-1684) ini membutuhhkan waktu 4 tahun, yakni 1681-1684.
Nama Speelwijk diambil untuk menghormati Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-14, yakni Cornelis Janszoon Speelman yang memerintah antara tahun 1681-1684. Tidak seperti biasanya para penjajah yang membuat bangunan tanpa memohon izin penguasa setempat, Benteng Speelwijk dibangun dengan memohon izin terlebih dahulu kepada Sultan Qohhar dengan alasan sebagai tempat berlindung dari serangan rakyat Banten terutama para pengikut Sultan Ageng Tirtayasa. Pembangunan Benteng Speelwijk juga tidak menggunakan tenaga dari rakyat Banten, melainkan dari orang-orang Cina denga upah yang sangat rendah. Bahan utama pembuatan benteng terdiri dari Pasir, batu, dan kapur yang dicampur dengan menggunakan media air. Mereka membangun benteng dengan tembok pertahanan setinggi 3 meter mengelilingi bangunan di dalamnya yang terdiri dari rumah komandan, gereja, kamar senjata, kantor administrasi, toko kompeni dan kamar dagang. Dibuatkan juga parit yang mengelilingi tembok sebagai upaya mempersulit musuh untuk masuk dan menyerang benteng.
Saat ini Benteng Speelwijk sudah dalam kondisi rusak namun masih nampak kekokohannya. Bagian bangunan yang terbuat dari batu juga terkesan masih utuh berdiri. Tidak jauh dari lokasi Benteng, terdapat sebuah bangunan vihara yang diberi nama Vihara Avalokitesvara.

G. Vihara Avalokitesvara

Vihara Avalokitesvara telah berdiri sejak abad ke-16, tepatnya tahun 1542. Vihara Avalokitesvara didirikan oleh istri Sunan Gunung Jati, yang memang merupakan keturunan Tionghoa bernama Ong Tien Nio. Versi lain menyebutkan, vihara ini dibangun pada tahun 1652. Yaitu pada masa emas kerajaan Banten saat dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa.
Awalnya lokasi vihara ada di Desa Dermayon, namun dipindahkan pada tahun 1774 ke lokasi yang sekarang ini, yaitu di kawasan Pamarican Kecamatan Kasemen. Tahun 1932, vihara ini pernah dilakukan pemugaran. Pada tanggal 26-27 Agustus 1883, saat Gunung Krakatau meletus dan diiringi dengan tsunami, konon orang-orang yang berlindung di dalam vihara ini berhasil selamat.
Saat ini, Vihara Avalokitesvara merupakan kelenteng Tri Dharma, yang melayani para pengikut tiga aliran kepercayaan, yaitu Kong Hu Cu, Taoisme dan Buddha. Di area kelenteng terdapat 16 patung dewa dan tiang batu yang berukir naga. Pernah terjadi kebakaran yang menghanguskan sebagian besar bangunan. Di antara benda-benda yang berhasil diselamatkan adalah Patung Dewi Kwan Im yang telah berusia ratusan tahun. Patung Dewi Kwan Im inilah yang menghiasi altar utama vihara yang memiliki luas sekitar 10 hektar ini

H. Tasikardi

Tasikardi adalah nama sebuah danau buatan yang terletak di Desa Margasana, Kecamatan Kramatwatu, Kota Serang, Provinsi Banten. Pembangunan Danau Tasikardi dilakukan pada masa pemerintahan Panembahan Maulana Yusuf yang bertahta antara tahun 1570 hingga 1580 M. Terdapat beberapa fungsi dari pembuatan danau buatan ini, di antaranya sebagai tempat peristirahatan sultan dan keluarganya. Selain itu, limpahan air danau yang berasal dari Sungai Cibanten ini dapat dimanfaatkan untuk mengairi persawahan di sekitarnya dengan menggunakan sistem irigasi. Jalur irigasi juga melintasi bagian bawah Keraton Surosowan yang disalurkan melalui pipa tanah liat untuk difungsikan sebagai sistem pendingin ruangan.
Danau Tasikardi memang terlihat jelas merupakan sebuah danau buatan. Hal ini terlihat jelas dari pinggiran danau seluas 5 hektar ini yang dilapisi ubin batu bata. Di tengah danau dapat dijumpai sebuah “pulau” berisi bangunan yang berfungsi sebagai tempat bertafakur ibunda sultan. Fungsi bangunan tersebut kemudian berkembang menjadi tempat peristirahatan keluarga kesultanan. Bangunan yang didirikan di antaranya kolam penampungan air, pendopo, dan kamar mandi keluarga kesultanan. Saat ini yang tersisa saat ini hanya pondasinya saja, yaitu bangunan turap yang mengelilingi pulau berukuran 40 meter x 40 meter dengan ketinggian 2-3 meter.

Sultan Madi

JudulSultan Madi
PengarangMusni Umberan, I made Satyananda, Yufiza, dan Hendraswati
Penyunting Soimun
PenerbitProyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya, Drektorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1997
Tebalix + 280 halaman
Desain SampulLestari

Kajian Nilai Budaya Naskah Kuna Ali Hanafiah

JudulKajian Nilai Budaya Naskah Kuna Ali Hanafiah
PengarangSindu Galba dan Wahyuningsih
Penyunting Lindy Astuti S
PenerbitProyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Pusat, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1998
Tebal317 halaman
Desain SampulLestari

Penayangan Film dan Diskusi Kebudayaan, Tasikmalaya 2014













Popular Posts