Destinasianews – Perjalanan hari kedua rombongan Lawatan Sejarah Balai Pelestarian Nilai Budaya (BNPB) Bandung, Jumat (27/03/2015), dilanjutkan ke daerah Banten, tepatnya di kawasan cagar budaya dan sejarah Banten Lama. Ada tujuh objek yang didatangi diantaranya Tasik Ardi, Benteng Speelwijk, Vihara Avalokitesvara, Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, Masjid Agung Banten Lama, Keraton Surosowan, dan Keraton Kaibon.
Lawatan Banten Lama, tepatnya di Kota Serang kali ini dipandu staf dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang. BPCB sendiri ini, setingkat dengan BPNB sama-sama berkedudukan sebagai Unit Pelayanan Teknis (UPT), perbedaannya, BPNB bekerja meliputi peninggalan sejarah dan budaya yang sifatnya tak benda (seperti kesenian, adat istiadat) sedangkan BPCB meliputi pelestarian peninggalan sejarah dan budaya bersifat benda seperti candi, bangunan keraton.
Seetelah menikmati hidangan sarapan pagi di hotel yang berlokasi di Kota Serang, rombongan tepat pukul 08.00 WIB, berangkat ke situs-situs peninggalan sejarah peradaban Banten Lama. Jarak tempuh pun tidak terlalu jauh dan lokasi antar situs pun pun cukup berdekatan.
Situs Peninggalan Peradaban Banten Lama
Rombongan diawali berkunjung ke danau buatan Tasik Ardi yang terletak di Desa Margasana, Kramatwatu, Kota Serang. Danau ini dibuat pada masa pemerintahan Panembahan Maulana Yusuf (1570 – 1580 M) yang berfungsi sebagai sumber irigasi dan tempat beristirahat Sultan dan keluarganya. Dengan suasana sejuk karena dipenuhi pohon rindang, para siswa sangat bersemangat meneliti hal-hal yang berhubungan dengan objek tersebut dengan bertanya kepada pemandu, meskipun sempat terhenti karena turun hujan. “Tetap semangat Kang, pokoknya asyik, nikmat dan Ramai pisan,banyak wawasan baru,” ujar Satrio, salah satu peserta dari SMAN 23 Bandung saat ditanya kesan dari lawatan tersebut.
Dari Tasik Ardi, lawatan berlanjut ke objek Benteng Speelwijk dan Vihara Avalokakitesvara yang lokasinya saling berhadapan. Terletak di Kampung Pamarican, Kasemen, Serang Banten. Benteng Speelwijk merupakan benteng peninggalan Belanda dibangun dalam kurun waktu 4 tahun dari 1681 – 1684 pada masa pemerintahan Sultan Banten Abu Nasr Abdul Qohhar (1672 - 1684).
Sedangkan Vihara Avalokakitesvara dibangun 1774 di lokasi saat ini setelah sebelumnya mengalami pemindahan dari Desa Dermayon. Berdasarkan catatan naskah yang ada di vihara, tahun 1883 di lokasi ini sempat hancur oleh Tsunami akibat letusan Gunung Krakatau, konon orang –orang yang berlindung di vihara saat itu semuanya selamat dari bencana. Kala rombongan masuk ke kompleks vihara sempat terjadi peneguran oleh Sesepuh Vihara kepada para siswa yang berfoto selfi dengan cengengesan di depan altar vihara. “Hapus fotonya! Kalau mau difoto harus sopan dan sewajarnya, ini kan tempat sembahyang,” tegas Sesepuh kepada para siswa tadi. Namun kejadian tersebut segera reda setelah para siswa meminta maaf dan segera menghapus fotonya.
Lokasi berikutnya, rombongan dipandu menuju Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama yang berdekatan dengan Keraton Surosowan, Masjid Agung Banten Lama, dan Kerataon Kaibon. Di lokasi ini rombongan beristirahat dan melaksanakan salat Jumat bagi peserta muslim di Masjid Agung Banten Lama. “Terasa begitu khusyu beribadah di masjid yang kerap dijadikan tujuan ziarah rombongan pengajian dari berbagai daerah di Indonesia, namun sayang keberadaannya terlihat nampak kumuh karena banyaknya bangunan warung-warung liar yang mengitari masjid,” papar Sutrisno salah satu guru peserta dari SMAN 3 Kota Serang.
Usai berjumatan, para siswa peserta kembali melakukan tugasnya meneliti hal-hal yang berhubungan dengan peninggalan sejarah yang ada di Museum, Keraton Surosowan dan Masjid Agung. Keraton Surosowan merupakan peninggalan Maulana Hasanuddin yang dibangun 1522 – 1526 dan sempat terbakar karena dihancurkan serangan pasukan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels pada 21 November 1808. Di halaman Museum Situs Kepurbakalaan terdapat koleksi yang paling banyak perhatian peserta yakni sebuah meriam bernama Meriam Amuk. Sedangkan di Masjid ada sebuah menara masjid yang masih asli dan berdiri kokoh, peserta pun sebagian ada yang menaiki menara tersebut.
Objek terakhir yang dikunjungi yakni Keraton Kaibon yang berarti “Keibuan” karena kompleks keraton ini dibangun untuk ibunda Sultan Syafifuddin pada tahun 1832. Saat tiba di lokasi tersebut pas menjelang sore hari, udara cukup sejuk dan cerah, sehingga banyak peserta banyak berfoto selfi atu grupi dengan background sisa bangunan keraton. “Wah lokasinya keren, bagus buat difoto. Terus bagus nih buat lokasi pengambilan foto-foto Pre Wedding. Meskipun sayang banyak warga yang coret-coret bangunannya dan bermain bola seenaknya di halaman situs, kan harusnya dijaga ketat pengelola ya,” ungkap Selfi salah seorang guru peserta dari SMKN 9 Bandung.
Setelah berkunjung ke beberapa situs-situs peninggalan Banten Lama, peserta terlihat kelelahan karena cuaca yang begitu panas menyengat, namun tetap semangat. Rombongan kembali ke hotel untuk beristirahat dan di malam harinya para siswa peserta mempersiapkan penampilan karya musik setiap kelompoknya. Sedangkan di hari ketiga lawatan, peserta diuji dengan presentasi hasil lawatannya. (IG/dtn)
Sumber: http://destinasianews.com