WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Tenun Gedogan Dermayon

Oleh Ria Intani T.

Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk menggali pengetahuan tentang tenun gedogan Dermayon. Tentang bahan-bahan, alat yang digunakan, teknik pembuatan, sampai dengan sistem produksi, konsumsi, dan distribusi. Penenun gedogan berada di Desa Juntikebon, Kecamatan Juntinyuat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan bertenun di Juntikebon merupakan industri rumahan. Sepintas sulit menunjukkan angka pasti jumlah pengrajin. Penyebabnya adalah nyaris semua pengrajin adalah pengrajin sambilan. Mereka bertenun setelah bersawah dan bilamana ada waktu. Ilmu sekaligus alatnya merupakan warisan orang tua. Produksinya berupa selendang yang pada zamannya berfungsi sebagai alat gendong. Keterbatasan modal dibarengi ketiadaan generasi penerus di dalam keluarga menjadi penyebab keterbatasan dalam berproduksi. Ketiadaan promosi berakibat masyarakat awam terhadap tenun gedogan. Penyaluran hasil produksi lebih mengandalkan pada bakul, mereka adalah pembeli sekaligus penjual.

Kata kunci: tenun gedogan, pekerjaan sambilan, selendang, bakul.

Abstract
This research was conducted to explore the knowledge of gedogan Dermayon weaving. This research includes materials, equipment used, manufacturing technique, production system, consumption, and distribution. Gedogan weavers lives in the Juntikebon village, Juntinyuat-Indramayu. Research carried out by using descriptive method with qualitative approach. The results showed that weaving activity in Juntikebon is a home industry. There are no definite figures that can indicate the number of weavers. The reason is almost all weavers are sideline weavers. They weave after doing wet-rice cultivation, and when they have time to do it. Science and tools are inherited from parents. Production is shawl that at that time used to be a carrying tool. Limited capital accompanied by lack of continuer generation in the family cause the limitations in production. Lack of promotion resulted the commonness society about gedogan weaving. That is why the distribution of production realy more on wholesaler, they are buyers and sellers.

Keywords: gedogan weaving, sideline jobs, shawl, wholesaler.

Diterbitkan dalam Patanjala Vol. 2, No 1, Maret 2010: 33-45

Festival Peh Cun Menelusuri Tradisi Etnis Cina di Kota Tangerang

Oleh Rosyadi

Abstrak
Penelitian ini mencoba menelusuri sejarah lahirnya sebuah tradisi Peh Cun yang biasa dilakukan oleh etnis Cina di Kota Tangerang. Peh Cun adalah salah satu perayaan hari besar etnis warga keturunan Cina yang jatuh pada hari kelima bulan kelima (go gwee cee go) di tahun Imlek. Tradisi Peh Cun ini merujuk pada legenda tentang seorang pembesar pada masa Dinasti Couw (340-278 SM), yang juga seorang sastrawan dan budayawan besar, yaitu Khut Goan.Tradisi ini juga identik dengan Festival Perahu Naga di Kali Cisadane, Kota Tangerang. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Prosedur penelitian mengarah pada penggambaran situasi secara sistematik, faktual, dan akurat mengenai sejumlah gejala, seperti fenomena upacara tradisional Peh Cun yang hingga kini masih dilaksanakan oleh komunitas Cina di lokasi penelitian.

Kata kunci: Peh Cun, tradisi, Cina.

Abstract
This research tries traces history of Peh Cun tradition which usualy done by ethnical of China in Kota Tangerang. Peh Cun is one of big celebration of ethnical Chinese, falling at fifth day of fifth month (go gwee cee go) in callender of Imlek. Tradition of Peh Cun refers to legend about a magnifier during Dynasti Couw, also a big man of letters and culture, that is Khut Goan. This tradision is also identical with Festival Perahu Naga in Cisadane River, Town Tangerang. This research use the kualitative research which analysis descriptive aproach. This prosedure differs to description of situations systematicly, factualy and acurately about some phenomenas, such as the existension of traditional ceremony of Peh Cun of the China community in location of this research.

Keywords: Peh Cun, tradition, China.

Diterbitkan dalam Patanjala Vol. 2, No 1, Maret 2010: 17-32

Cilegon: Dari Kota Administratif sampai Kota (1986-2005)

Oleh Herry Wiryono

Abstrak
Kota Cilegon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa memiliki kawasan pesisir yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan investasi yang dinilai layak, antara lain sektor industri, pariwisata, pelabuhan, pergudangan, instalasi, dan kawasan komersial. Dengan segala potensi yang ada diharapkan masyarakat, terutama pihak swasta dan para investor dapat mengambil bagian dalam pembangunan Kota Cilegon ke depan.

Kata Kunci: Cilegon, Sejarah Kota.

Abstract
Cilegon town which located in tip of west Pulau Jawa has a real coastal area area potency to be developed. Expansion of invesment assessed is competent for example industrial sector, tourism, port, warehousing, installation, and commercial area. With all the potencies is expected by public, especially the side of private sector and the investors can take a hand in development of Cilegon town forwards.
Keywords: Cilegon, History of City.

Diterbitkan dalam Patanjala Vol. 1, No 3, September 2009: 296-306

Pengkajian Isi Naskah Kuno Makassar Riwayakna Marakarma

JudulLaporan Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Sulawesi Selatan
Pengkajian Isi Naskah Kuno Makassar Riwayakna Marakarma
Muh. Yunus Hafid
Sejarah Islam di Pinrang
Syahrir Kila
PengarangFikrawan Zuska, Gustanto, Irini Dewi Wanti, Harvina, Hendra Mulia
PenerbitBalai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang
CetakanPertama, 1997/1998
Tebal154 halaman
Desain SampulLestari

Pemda Harus Anggarkan Biaya Pencatatan WBTB

CIANJUR (SK) -Pemerintah daerah harus mengganggarkan biaya melalui APBD untuk melakukan pencatatan warisan budaya takbenda (WBTB). Daerah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, banyak memiliki warisan budaya takbenda yang harus dicatatkan.

“Untuk itu, harus didorong, baik bupati maupun DPRD untuk mengalokasikan anggaran untuk WBTB ini,” kata seniman Arthur S Nalan, ketika menyampaikan materi ‘Unsur Budaya Takbenda di Kabupaten Cianjur’ pada Sosialisasi Pencatatan WBTB di Cianjur, Selasa (16/6).

Arthur S Nalan yang juga salah seorang aktor penerima penghargaan dari Direktorat Film, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata untuk skenario filmnya, Jalan Perkawinan itu, mengajak kepada para seniman, buda-yawan untuk terus mendorong pemerintah daerah mau mendukung dan menganggarkan biaya buntuk Pencatatan WBTB.

“Permasalahannya, bu-patinya mau tidak Cianjur menjadi nanjeur atau terkenal di tingkat internasional. Kalau mau maka dukunglah Pencatatan WBTB ini,” tegasnya.

Untuk itu, pihaknya berharap setelah dilaksanakan sosialisasi tentang Pencatatan WBTB ada gerakkan untuk terwujudnya Pencataan WB TB di Cianjur. Potensi WBTB di Cianjur, banyak yang dapat digali dan dicatat seperti nama asal-usul kampung atau asal-usul tempat, asal-usul makanan, dan lainnya.

Ketua Panitia Sosialisasi Pencatatan WBTB, BPNB Bandung, Rosyadi, menge-mukakan, sosialisasi bertujuan mensinergikan program penanganan WBTB antara pemerintah pusat, BPNB Bandung, dan instansi di lingkungan pemerintah daerah yang menangani bidang kebudayaan.

Perlu diketahui, pencatatan WBTB ini, merupakan salah satu kegiatan dalam pendaftaran dan pencatatan unsur budaya menjadi warisan budaya masyarakat, yang kemudian dilakukan penetapan sebagai upaya perlindungannya.

Hal ini, merupakan bagian dari upaya pelestarian WBTB agar dapat memantapkan jati diri bangsa dan memperjelas asal usul unsur budaya yang terdapat di wilayah Indonesia. Pencatatan WBTB Indonesia ini, diharapkan memberikan manfaat dan keuntungan bagi masyarakat Indonesia.

Pencatatan WBTB Indonesia, bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan juga menjadi tanggung jawab seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) seperti komunitas pendukungnya dan masyarakat Indonesia secara umum.

Pencatatan menyeluruh tentang WBTB dimulai sejak tahun 1976 melalui proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah hingga pada tahun 2009-2011 kegiatan pencatatan dilakukan Direktorat Tradisi, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film telah mencatat 2.108 karya budaya Indonesia. (K6)

Banten Daftarkan 46 Budaya Tak Benda ke BPNB

Jakarta Sebagai upaya untuk melindungi dan melestarikan berbagai budaya Banten, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten, pada kamis (11/6/2015) mendaftarkan 46 budaya tak benda milik Banten ke Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung.

Selain itu, pencatatan ini juga dilakukan agar para penggiat kebudayaan Indonesia tak lagi belajar dan melakukan penelitian ke luar negeri. “Kalau kita sudah memiliki semua data (kebudayaan tak benda), maka kita tak perlu lagi itu ke Belanda untuk belajar atau mencari data,” kata Mahendra, Kepala BPNB Bandung.

Mahendra juga menambahkan, secara nasional warisan budaya tak benda Indonesia baru tercatat 4.854 dari 11 BNPB. Dari data tersebut, ada kemungkinan satu kebudayaan bisa dimiliki secara bersama oleh dua atau lebih wilayah. Berbagai kebudayaan yang didaftarkan oleh pemerintah Banten antara lain kuliner khas Banten, Ubruk (Teater Rakyat), Silat Bandrong, hingga Silat Beksi yang juga dimiliki oleh masyarakat Jakarta.

Dalam kesempatan tersebut Ali Fadillah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten mewanti-wanti tentang pentingnya pendaftaran dan pengakuan berbagai kebudayaan tersebut, “Harus kita catat dan patenkan sebagai warisan tak benda dari Banten. Jangan sampai seperti kunyit yang dipatenkan oleh Jepang.” (Yan/Ibo)

Serat Menak (Yogyakarta)

JudulSerat Menak (Yogyakarta)
PengarangTashadi, A. Sudewa, Endah Susilantini, S. Ilmi Albiladiyah, dan I.W. Pantja Sunjata
PenerbitBagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1992/1993
Tebalxi + 473 halaman
Desain SampulLestari

Pengungkapan Latar Belakang dan Kajian Isi Naskah Kuno Hikayat Seukreuet Mawot dan Hikayat Putroe Bulukeih

JudulPengungkapan Latar Belakang dan Kajian Isi Naskah Kuno Hikayat Seukreuet Mawot dan Hikayat Putroe Bulukeih
PengarangM. Alamsjah B, Husni Hasan, Nurdin, Darwis
PenerbitBagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1993
Tebalvii + 109 halaman
Desain SampulLestari

Pengungkapan Nilai Budaya dari Naskah Surakarta (Musthikaning Kidung)

JudulPengungkapan Nilai Budaya dari Naskah Surakarta (Musthikaning Kidung)
PengarangEdi Sedyawati, Supriyanto Widodo, dan Dina Nawangningrum
PenerbitProyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1993
Tebalvii + 61 halaman
Desain SampulLestari

Naskah Sunda Lama di Kabupaten Sumedang

JudulNaskah Sunda Lama di Kabupaten Sumedang
PengarangAbdurachman, Edi S. Ekadjati, Oyong Sofyan Umsari, da Ruswandi Zarkasih
PenerbitPusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1986
Tebalxiv + 187 halaman
Desain SampulLestari

Menyibak Tirai Sejarah dan Budaya Aceh

JudulMenyibak Tirai Sejarah dan Budaya Aceh
(Sebuah Bibliografi)
PengarangRusdi Sufi dan Agus Budi Wibowo
PenerbitBalai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh
CetakanPertama, 1998
Tebalv + 147 halaman
Desain SampulMuhammad Umar (Emtas)

Sejarah Islam di Daerah Soppeng

JudulLaporan Penelitian Sejarah dan Nilai TradisionalSulawesi Selatan
Sejarah Islam di Daerah Soppeng
Perjanjian Bagi Hasil (Teseng) Menurut Hukum Adat di Kabupaten Maros
Nilai-nilai yang Terkandung dalam Upacara Patorani di Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
PengarangDarwas Rasyid, Abdul Hafid, dan Ansaar
PenerbitBalai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang
CetakanPertama, 1997/1998
Tebalvii + 137 halaman
Desain SampulLestari

Cangkriman

JudulCangkriman
PengarangH.J. Wibowo, Suratmin, Suhartinah, Endah Susilantini, Poliman, Supanto
PenerbitProyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1993
Tebalviii + 169 halaman
Desain SampulLestari

Sejarah Islam di Luwu

JudulSejarah Islam di Luwu
dan
Pengungkapan Nilai Budaya Naskah Kuno Bugis
Episode: Sawerigading Meminang We Cudai di Latanete Cina
(Laporan Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Sulawesi Selatan)
PengarangNawir dan Fauziah
PenerbitBalai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ujung Pandang, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1997
Tebal138 halaman
Desain SampulLestari

Identifikasi Naskah

JudulIdentifikasi Naskah
PengarangMawardi Sulaiman, Junaidah Hasnawati, Dasril Z, dan Nurdin AR
PenerbitProyek Pembinaan Permuseuman Daerah Istimewa Aceh, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 1995
Tebalvii + 72 halaman
Desain SampulLestari

Hikayat Banjar dan Kotaringin

JudulHikayat Banjar dan Kotaringin
PengarangRosyadi, Sri Mintosih, dan Soeloso
PenerbitProyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
CetakanPertama, 2012
Tebalx + 172 halaman
Desain SampulLestari

Pelajar Lampung Pelajari Budaya Maritim di Pangandaran

PARIGI - Sebanyak 150 siswa SMA/SMK/sederajat dari empat provinsi mendatangi Kampung Nelayan Babakan, di Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Sabtu (24/5/2014). Kedatangan mereka untuk mempelajari budaya maritim di Pangandaran.

Kegiatan tersebut digelar Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung (BPNB) Bandung, wilayah kerja Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan Lampung, menggelar

Jejak Tradisi Daerah, ke Kabupaten Pangandaran.

Pada kegiatan yang mengambil tema, Mengenal Budaya Maritim untuk memahami Keragaman Budaya itu, peserta berasal dari empat provinsi, yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Lampung. Seluruhnya siswa kelas satu dan dua.

Dikatakan Yuzar Purnama selaku Ketua Pelaksana kegiatan, para siswa tersebut adalah wakil dari setiap sekolah yang menjadi duta daerahnya.

"Peserta selain siswa juga ada guru dari masing-masing daerah sebagai pendamping," ujarnya, seperti dilansir pikiran-rakyat.com.

Tujuan jejak budaya tersebut adalah untuk mengenalkan budaya maritim khususnya di Pangandaran kepada siswa.

Yuzar menjelaskan, para peserta harus mengenal dan mempelajari kehidupan masyarakat nelayan. Serta kebudayaan yang ada di daerah maritim.

Tahun ini, Disparbud Jabar Usulkan Tiga Karya Budaya sebagai WBTB

Sepanjang tahun 2014, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar berhasil mengusulkan dua karya budaya, yakni Pusaka Kujang dan Seni Topeng Jawa Barat sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) nasional.

Usulan ini disampaikan ke Kemetrian Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud RI) melalui Hak Kekayaan Intelektual Jawa Barat.

Pada tahun 2015 ini, Disparbud Jabar akan mengusulkan tiga karya budaya untuk diusulkan sebagai WBTB dan HKI dari Jawa Barat. Ketiganya yakni, Pencak Silat, Upacara Adat Ngarot dari Indramayu, dan Kelom Geulis dari Kota Tasikmalaya.

Kepala Disparbud Jabar, Nunung Sobari mengatakan, keputusan ini diambil setelah tim Penilai Gugus HKI Jawa Barat yang terdiri dari Dr. Buky Wikagoe (Ketua), Miranda Risang Ayu, S.H., LLM., P.Hd (Sekretaris), serta Dr. Indra Perwira, S.H., M.H dan Yesmil Anwar, S.H., M.Si (Anggota) melakukan inventarisasi karya budaya di Jawa Barat dan melakukan penilaian terhadap karya budaya yang akan diusulkan.

"Disamping itu, tim Gugus HKI Jawa Barat dan Disparbud Prov. Jabar juga melakukan koordinasi dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung," katanya pada galamedianews.com, Selasa (24/3/2015).

Proses Pengusulan Karya Budaya ini lanjut Nunung, akan menggunakan metode Focus Group Discussion yang melibatkan banyak pakar dan praktisi yang menguasai persoalan karya-karya budaya yang akan diusulkan.

Sedangkan para pakar dan praktisi yang jadi narasumber utama untuk mengisi dan melengkapi dokumen pencatatan WBTB dari Kemdikbud dengan didampingi oleh pakar hukum di bidang WBTB dan HKI, yaitu R. Rizky Adiwilaga, S.H dan Achmad Gusman Siswandi, S.H., LL.M., Ph.D.

Untuk mengawali kegiatan Pengusulan Penetapan WBTB & HKI Jawa Barat Tahun 2015 ini, Disparbud Jabar Sosialisasi Pencatatan dan Penetapan Warisan Budaya takBenda & Hak Kekayaan Intelektual Jabar, pada Selasa - Rabu (24 - 25 Maret 2015), di Ruang Sidang Lt. III Kantor Disparbud Jabar.

Menurut Kabid Kebudayaan, Wahyu Iskandar, kegiatan ini bukan sekedar untuk menyosialisasikan kegiatan pengusulan penetapan WBTB dan HKI saja, namun lebih dari itu, sosialisasi yang akan mengundang peserta perwakilan dinas terkait dari 27 Kab/ Kota ini juga bertujuan untuk menjaring data karya budaya dari dari seluruh Jawa Barat yang akan menjadi bahan untuk diusulkan pada tahun berikutnya.

"Melalui sosialisasi ini diharapkan masing-masing Kabupaten/ Kota dapat melaksanakan kegiatan serupa, sehingga semakin banyak karya budaya dari Jawa Barat yang berpeluang untuk diusulkan sebagai WBTB dan HKI," tambahnya.

Sosialisasi ini mengundang lima pembicara, yaitu Ahmad Mahendra (Kepala Sub Direktorat Program dan Evaluasi, Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Kemdikdasmen), Prof. Dr. Ahmad M. Ramli, S.H., M.H., FCBArb (Direktur Jenderal HKI, Ditjen HKI, KemkumHAM), Dr. Yophie Septiady, ST., M.Si (Antropolog UI)., Dr. Buky Wikagoe (Ketua Tim Gugus HKI Jawa Barat), dan Drs. Toto Sucipto (Ketua BPNB Bandung), dan akan dibagi ke dalam dua sesi panel.

"Melalui penetapan WBTB dan HKI, potensi-potensi kebudayaan di Jawa Barat bisa dilindungi secara hukum, sehingga memperkecil kemungkinan untuk diklaim oleh pihak asing. Selain itu, akan mendorong minat masyarakat untuk lebih mengenal dan melestarikan karya budaya dari Jabar," tambahnya.

Pewarisan Budaya adalah Kunci Kemajuan Bangsa

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ciamis menggelar kegiatan pembinaan terhadap pengelola kebudayaan di hotel Tiara Selasa dan Rabu (21-22/04/2015).

Kegiatan ini diiikuti oleh pengelola kebudayaan, Kepala UPTD Pendidikan dan perwakilan Kepala Sekolah TK dan SD se-Kabupaten Ciamis.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ciamis Drs. H. Toto Marwoto dalam sambutan pembukaan acara ini mengingatkan, pendidikan dan kebudayaan bagaikan dua sisi mata uang koin yang saling berkaitan.

“Budaya itu harga diri suatu bangsa. Dan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budayanya,” paparnya.

Dia berharap setiap UPTD mempunyai CDtentang kebudayaan di wilayahnya masing-masing agar potensi budaya di daerah dapat terangkat juga bisa langsung diinformasikan kepada anak-anak didiknya.

“Dan pada akhirnya terjadi pewarisan budaya,”katanya.

Selain itu, dia juga berharap, seni budaya di masing-masing daerah dapat dikenal lebih luas.

Sementara itu Kabid Kebudayaan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ciamis Dudung Abdulah, juga mengingatkan, pengelola budaya bukan hanya Pemerintah tetapi masyarakatpun harus menjadi pengelola budaya.

“Pemerintah dan masyarakat harus bersinergi untuk mencintai dan melestarikan budaya serta harus bangga dengan budayanya sendiri,” katanya.

Dia berharap setiap guru di Ciamis memakai bahasa Sunda saat bertatap muka dengan anak didiknya agar transformasi budaya lebih efektif, mengingat anak didik merupakan generasi penerus bangsa.

Para pemateri dalam kegiatan tersebut, selain Kepala Dinas Kabupaten Ciamis, juga Dudung Abdulah, S.IP., M.Pd selaku Kabid Kebudayaan, Drs. H. Wahyu Iskandar, M.M.Pd selaku Kepala Bidang Kebudayaan Disparbud Provinsi Jawa Barat dan Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung Drs. Toto Sucipto.(Brata)

Pemerintah Dorong Inovasi dan Kreasi Wayang Golek Abah Asep Dipatenkan

Pemerintah melalui Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung memberi kesempatan kepada keluarga Asep Sunandar Sunarya untuk mematenkan inovasi dan kerasi Asep dalam seni wayang golek.

Kepala BPNB, Toto Sucipto mengatakan, kreasi dan inovasi wayang golek yang dilakukan almarhum Asep Sunandar Sunarya merupakan milik pribadi sehingga bisa diajukan untuk dipatenkan.

Sedangkan wayang golek milik komunal (Komunitas), sehingga negara berhak mengakuinya. Namun saat ini, wayang sudah diakui Unesco sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity oleh Unesco.

"Silahkan pihak keluarga mengajukan kreasi dan inovasi Abah Asep, seperti wayang bisa muntah, kepalanya pecah, memiliki kaki dan sebagainya ke dirjen HKI. Karena itu milik pribadi bukan komunal," ujar Toto.

Senada dengan Toto, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar, Drs. Nunung Sobari menyebutkan, keluarga berhak mengajukan iniovasi dan kreasi Abah Asep dalam memainkan wayang golek.

Namun sayang, inovasi dan kreasi Abah Asep Sunandar Sunarya dalam memainkan wayang kurang diikuti oleh para dalang muda.

"Saya berharap ada dalang muda yang mau mengembangkan apa yang telah dilakukan Abah Asep. Walaupun untuk melakukan hal tersebut terbilang sulit," ujarnya.

Saat ini, lanjut dia, perkembangan wayang, terutama wayang golek lebih pada inovasi di media digital maupun nayaga. "Sedangkan inovasi pada sosok wayang golek sangat jarang," tandasnya. (Kiki Kurnia)

Popular Posts