1. Latar Belakang
Penelitian ilmiah merupakan bagian dalam kegiatan yang mengacu pada inventarisasi dan pengkajian dari data sejarah dan budaya. Oleh karena itu, amat diperlukan persyaratan yang memenuhi standar keakuratan dan keobyektifan peneliti. Selain itu, instrumen yang dibawa peneliti saat berada di lapangan harus mengikuti standar baku sebagaimana penelitian ilmiah pada umumnya. Yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk tulisan atau laporan ilmiah. Penelitian biasanya digolongkan ke dalam jenis penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif pada dasarnya adalah penelitian yang mencakup setiap jenis penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata, ci kuadrat, dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau kuantitas. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975: 5) yang menyebut metodologi kualitatif, sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, secara holistik (utuh). Kemudian Kirk dan Miller (1986: 9) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Sementara itu berdasarkan tipe penelitian terbagi menjadi tiga yakni penelitian penjajakan (eksploratif), penelitian penjelasan (explanatory atau confirmatory research), dan penelitian deskriptif. Penelitian penjajakan bersifat terbuka, masih mencari-cari dan belum mempunyai hipotesa. Penelitian penjelasan menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Penelitian deskriptif biasanya mempunyai dua tujuan, yang pertama adalah untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi terjadinya suatu aspek fenomena sosial tertentu (misal jumlah radio, kendaraan roda dua, kendaraan roda empat, akseptor KB, banyaknya film yang diputar, dan lain-lain). Hasilnya dicantumkan dalam tabel-tabel frekuensi. Yang kedua adalah untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu, umpamanya interaksi sosial, sistem kekerabatan dan lain-lain. Penelitian seperti ini biasanya dilakukan tanpa hipotesa yang telah dirumuskan secara ketat. Adakalanya menggunakan hipotesa tetapi bukan untuk diuji secara statistik. Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, biasanya berawal pada minat untuk mengetahui fenomena tertentu dan selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori, konseptualisasi, pemilihan metode penelitian yang sesuai, dan seterusnya. Hasil akhirnya pada gilirannya melahirkan gagasan dan teori baru pula sehingga merupakan suatu proses yang tiada hentinya. Jadi hal yang penting bagi peneliti adalah adanya minat untuk mengetahui masalah sosial/budaya atau fenomena sosial/budaya tertentu.
Berapa metode penelitian antara lain penelitian eksperimen, sangat sesuai untuk pengujian hipotesa tertentu dan dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel intervensi atau variabel eksperimen efektif atau tidak. Pelaksanaannya memerlukan konsep dan variabel yang jelas dan pengukuran yang cermat. Penelitian evaluasi, penelitian yang bertujuan untuk mengetahui manfaat suatu program/kegiatan. Yang menjadi pertanyaan pokok dalam penelitian evaluasi adalah sampai seberapa jauh tujuan yang digariskan pada awal program/kegiatan tercapai atau mempunyai tanda-tanda akan tercapai. Penelitian evaluasi mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan praktis sebagai berikut: apa yang merupakan masalah pokok dari suatu masyarakat, apa program yang dapat dilaksanakan untuk mengatasi masalah-masalah itu, bagaimana program itu dapat dilaksanakan, apakah program dilaksanakan sebagaimana direncanakan dan apakah tujuannya tercapai. Oleh karena itu fokusnya terletak pada hal-hal yang praktis, penelitian evaluasi juga disebut action research atau penelitian terapan. Grounded Research, merupakan reaksi yang tajam dan sekaligus menjanjikan jalan keluar dari stagnasi teori dalam ilmu-ilmu sosial, dengan penitikberatan pada sosiologi. Penelitian tidak bertitik tolak dari data atau situasi sosial/budaya tersebut, tetapi dari konsep, hipotesa dan teori yang sudah mapan, yang mungkin sekali tidak relevan untuk situasi sosial/budaya yang khas dari masyarakat yang diteliti. Grounded Research menjanjikan suatu pendekatan yang baru, data merupakan sumber teori, teori berdasarkan data, dank arena itu dinamakan grounded. Kategori-kategori dan konsep-konsep dikembangkan di lapangan, data yang bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul di lapangan, yang terus menerus disempurnakan selama penelitian berlangsung. Analisa Data Sekunder, mungkin sekali untuk kepentingan pekerjaan ilmiah tertentu, sudah tersedia data yang dapat digunakan. Data tersebut mungkin hasil survey yang belum diperas dan analisa lanjutan dapat menghasilkan sesuatu yang amat berguna. Juga dapat berupa studi perbandingan dari studi-studi yang telah dilakukan. Keuntungan dari pemanfaatan data yang tersedia adalah peneliti tidak terlibat lagi dalam mengusahakan dana untuk penelitian lapangan, merekrut dan melatih peneliti, menentukan sampel dan mengumpulkan data lapangan yang banyak memakan enersi dan waktu.
Penelitian merupakan aktivitas intelektual yang tinggi kedudukannya di kalangan akademisi/peneliti. Intelektualitas ditandai dengan kekritisan mempertanyakan sesuatu yang dianggap sebagai masalah dan kemudian memberi jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan. Diperlukan tatatulis ilmiah agar terjadi komunikasi yang efektif-efisien. Hasil penelitian harus dipublikasikan agar bermanfaat bagi masyarakat. Seperti kita ketahui ada beberapa jenis tulisan ilmiah yakni berupa laporan penelitian. artikel, dan makalah. Laporan penelitian merupakan pertanggungjawaban dari tugas penelitian. didahului dengan penelitian pustaka atau penelitian lapangan. Penulisan atau penyusunnya harus didasarkan kajian ilmiah. Mempunyai kedudukan strategis, terlebih bila untuk menentukan kebijakan. Laporan penelitian, fakta yang disajikan harus bisa menimbulkan kepercayaan, terutama bila untuk mengambil kebijakan. Harus lebih lengkap dari segi substansi dibandingkan dengan makalah/artikel sehingga jumlah halamannya juga lebih banyak. Penyajiannya harus ditulis dengan bahasa yang baik dan jelas. Artikel, suatu karangan faktual tentang suatu soal secara lengkap (seni, budaya atau pariwisata). Fakta merupakan bahan pokok dalam penulisan artikel. Biasanya lebih singkat tetapi padat dan lengkap. Jumlah halaman lebih sedikit daripada laporan penelitian. ditulis dalam jurnal, majalah, surat kabar, atau buku. Penulisan ilmiah, bentuk dan cara penulisan beragam, tergantung pada: masalah apa yang sedang dikaji, siapa yang membaca tulisan itu, dalam kegiatan apa karya ilmiah itu disampaikan. Penulisan ilmiah pada dasarnya merupakan argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan. Ciri penulisan ilmiah, harus jelas dan tepat agar proses penyampaian objek yang dikomunikasikan betul-betul dipahami oleh penerima pesan. Pikiran yang semrawut menghasilkan tulisan yang semrawut. Menggunakan bahasa yang baik dan benar karena bahasa yang baik merupakan ekspresi logika berpikir. Sarana berpikir ilmiah, membantu kegiatan ilmiah. Kegiatan berpikir ilmiah memerlukan sarana, bahasa, logika, matematika, dan statistika. Tujuan penulisan, mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada pembaca.
Beranjak dari hal tersebut BPSNT Bandung memandang perlu untuk mengadakan kegiatan yang mengarah pada peningkatan kualitas peneliti melalui bimbingan teknis penelitian.
2. Tujuan
Tujuan kegiatan bimbingan teknis penelitian adalah untuk:
a. Meningkatkan kualitas peneliti dalam upaya inventarisasi dan pengkajian data sejarah dan kebudayaan.
b. Menyempurnakan persiapan, pelaksanaan, penganalisisan dan pelaporan penelitian,
c. Memudahkan peneliti saat mengumpulkan data dan penyusunan laporan.
3. Ruang Lingkup
Kegiatan ini dilakukan melalui cara bimbingan/diklat dengan materi terkait bidang inventarisasi dan pengkajian data sejarah dan kebudayaan.
4. Target (Output)
Terlaksananya 1 kegiatan bimbingan teknis penelitian di wilayah kerja BPSNT Bandung yang melibatkan 150 peserta; dan tersusunnya 1 naskah/laporan pelaksanaan kegiatan bimbingan teknis penelitian.
5. Peserta
Peserta terdiri dari peneliti BPSNT Bandung, sejarawan, budayawan, dosen, guru, mahasiswa, dan para peneliti dari berbagai lembaga penelitian,
6. Lokasi
Pelaksanaan kegiatan bertempat di aula BPSNT Bandung. Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung, Bandung 42094 (Email: bpsntbandung@ymail.com Telp./Fax (022) 7804942
7. Pembicara
Kegiatan dilaksanakan pada bulan Maret 2010, dengan mengundang pembicara diantaranya Prof. DR. A. Sobana Hardjasaputra, S.S., M.A. (UNPAD); Ade Makmur Kartawinata, M.Phil., PhD (UNPAD) yang memaparkan tentang "Teknik Penelitian Kebudayaan"; Prof. Rusdi Muchtar, MA, APU (LIPI).
Penelitian ilmiah merupakan bagian dalam kegiatan yang mengacu pada inventarisasi dan pengkajian dari data sejarah dan budaya. Oleh karena itu, amat diperlukan persyaratan yang memenuhi standar keakuratan dan keobyektifan peneliti. Selain itu, instrumen yang dibawa peneliti saat berada di lapangan harus mengikuti standar baku sebagaimana penelitian ilmiah pada umumnya. Yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk tulisan atau laporan ilmiah. Penelitian biasanya digolongkan ke dalam jenis penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif pada dasarnya adalah penelitian yang mencakup setiap jenis penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata, ci kuadrat, dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau kuantitas. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975: 5) yang menyebut metodologi kualitatif, sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, secara holistik (utuh). Kemudian Kirk dan Miller (1986: 9) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Sementara itu berdasarkan tipe penelitian terbagi menjadi tiga yakni penelitian penjajakan (eksploratif), penelitian penjelasan (explanatory atau confirmatory research), dan penelitian deskriptif. Penelitian penjajakan bersifat terbuka, masih mencari-cari dan belum mempunyai hipotesa. Penelitian penjelasan menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Penelitian deskriptif biasanya mempunyai dua tujuan, yang pertama adalah untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi terjadinya suatu aspek fenomena sosial tertentu (misal jumlah radio, kendaraan roda dua, kendaraan roda empat, akseptor KB, banyaknya film yang diputar, dan lain-lain). Hasilnya dicantumkan dalam tabel-tabel frekuensi. Yang kedua adalah untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu, umpamanya interaksi sosial, sistem kekerabatan dan lain-lain. Penelitian seperti ini biasanya dilakukan tanpa hipotesa yang telah dirumuskan secara ketat. Adakalanya menggunakan hipotesa tetapi bukan untuk diuji secara statistik. Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, biasanya berawal pada minat untuk mengetahui fenomena tertentu dan selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori, konseptualisasi, pemilihan metode penelitian yang sesuai, dan seterusnya. Hasil akhirnya pada gilirannya melahirkan gagasan dan teori baru pula sehingga merupakan suatu proses yang tiada hentinya. Jadi hal yang penting bagi peneliti adalah adanya minat untuk mengetahui masalah sosial/budaya atau fenomena sosial/budaya tertentu.
Berapa metode penelitian antara lain penelitian eksperimen, sangat sesuai untuk pengujian hipotesa tertentu dan dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel intervensi atau variabel eksperimen efektif atau tidak. Pelaksanaannya memerlukan konsep dan variabel yang jelas dan pengukuran yang cermat. Penelitian evaluasi, penelitian yang bertujuan untuk mengetahui manfaat suatu program/kegiatan. Yang menjadi pertanyaan pokok dalam penelitian evaluasi adalah sampai seberapa jauh tujuan yang digariskan pada awal program/kegiatan tercapai atau mempunyai tanda-tanda akan tercapai. Penelitian evaluasi mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan praktis sebagai berikut: apa yang merupakan masalah pokok dari suatu masyarakat, apa program yang dapat dilaksanakan untuk mengatasi masalah-masalah itu, bagaimana program itu dapat dilaksanakan, apakah program dilaksanakan sebagaimana direncanakan dan apakah tujuannya tercapai. Oleh karena itu fokusnya terletak pada hal-hal yang praktis, penelitian evaluasi juga disebut action research atau penelitian terapan. Grounded Research, merupakan reaksi yang tajam dan sekaligus menjanjikan jalan keluar dari stagnasi teori dalam ilmu-ilmu sosial, dengan penitikberatan pada sosiologi. Penelitian tidak bertitik tolak dari data atau situasi sosial/budaya tersebut, tetapi dari konsep, hipotesa dan teori yang sudah mapan, yang mungkin sekali tidak relevan untuk situasi sosial/budaya yang khas dari masyarakat yang diteliti. Grounded Research menjanjikan suatu pendekatan yang baru, data merupakan sumber teori, teori berdasarkan data, dank arena itu dinamakan grounded. Kategori-kategori dan konsep-konsep dikembangkan di lapangan, data yang bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul di lapangan, yang terus menerus disempurnakan selama penelitian berlangsung. Analisa Data Sekunder, mungkin sekali untuk kepentingan pekerjaan ilmiah tertentu, sudah tersedia data yang dapat digunakan. Data tersebut mungkin hasil survey yang belum diperas dan analisa lanjutan dapat menghasilkan sesuatu yang amat berguna. Juga dapat berupa studi perbandingan dari studi-studi yang telah dilakukan. Keuntungan dari pemanfaatan data yang tersedia adalah peneliti tidak terlibat lagi dalam mengusahakan dana untuk penelitian lapangan, merekrut dan melatih peneliti, menentukan sampel dan mengumpulkan data lapangan yang banyak memakan enersi dan waktu.
Penelitian merupakan aktivitas intelektual yang tinggi kedudukannya di kalangan akademisi/peneliti. Intelektualitas ditandai dengan kekritisan mempertanyakan sesuatu yang dianggap sebagai masalah dan kemudian memberi jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan. Diperlukan tatatulis ilmiah agar terjadi komunikasi yang efektif-efisien. Hasil penelitian harus dipublikasikan agar bermanfaat bagi masyarakat. Seperti kita ketahui ada beberapa jenis tulisan ilmiah yakni berupa laporan penelitian. artikel, dan makalah. Laporan penelitian merupakan pertanggungjawaban dari tugas penelitian. didahului dengan penelitian pustaka atau penelitian lapangan. Penulisan atau penyusunnya harus didasarkan kajian ilmiah. Mempunyai kedudukan strategis, terlebih bila untuk menentukan kebijakan. Laporan penelitian, fakta yang disajikan harus bisa menimbulkan kepercayaan, terutama bila untuk mengambil kebijakan. Harus lebih lengkap dari segi substansi dibandingkan dengan makalah/artikel sehingga jumlah halamannya juga lebih banyak. Penyajiannya harus ditulis dengan bahasa yang baik dan jelas. Artikel, suatu karangan faktual tentang suatu soal secara lengkap (seni, budaya atau pariwisata). Fakta merupakan bahan pokok dalam penulisan artikel. Biasanya lebih singkat tetapi padat dan lengkap. Jumlah halaman lebih sedikit daripada laporan penelitian. ditulis dalam jurnal, majalah, surat kabar, atau buku. Penulisan ilmiah, bentuk dan cara penulisan beragam, tergantung pada: masalah apa yang sedang dikaji, siapa yang membaca tulisan itu, dalam kegiatan apa karya ilmiah itu disampaikan. Penulisan ilmiah pada dasarnya merupakan argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan. Ciri penulisan ilmiah, harus jelas dan tepat agar proses penyampaian objek yang dikomunikasikan betul-betul dipahami oleh penerima pesan. Pikiran yang semrawut menghasilkan tulisan yang semrawut. Menggunakan bahasa yang baik dan benar karena bahasa yang baik merupakan ekspresi logika berpikir. Sarana berpikir ilmiah, membantu kegiatan ilmiah. Kegiatan berpikir ilmiah memerlukan sarana, bahasa, logika, matematika, dan statistika. Tujuan penulisan, mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada pembaca.
Beranjak dari hal tersebut BPSNT Bandung memandang perlu untuk mengadakan kegiatan yang mengarah pada peningkatan kualitas peneliti melalui bimbingan teknis penelitian.
2. Tujuan
Tujuan kegiatan bimbingan teknis penelitian adalah untuk:
a. Meningkatkan kualitas peneliti dalam upaya inventarisasi dan pengkajian data sejarah dan kebudayaan.
b. Menyempurnakan persiapan, pelaksanaan, penganalisisan dan pelaporan penelitian,
c. Memudahkan peneliti saat mengumpulkan data dan penyusunan laporan.
3. Ruang Lingkup
Kegiatan ini dilakukan melalui cara bimbingan/diklat dengan materi terkait bidang inventarisasi dan pengkajian data sejarah dan kebudayaan.
4. Target (Output)
Terlaksananya 1 kegiatan bimbingan teknis penelitian di wilayah kerja BPSNT Bandung yang melibatkan 150 peserta; dan tersusunnya 1 naskah/laporan pelaksanaan kegiatan bimbingan teknis penelitian.
5. Peserta
Peserta terdiri dari peneliti BPSNT Bandung, sejarawan, budayawan, dosen, guru, mahasiswa, dan para peneliti dari berbagai lembaga penelitian,
6. Lokasi
Pelaksanaan kegiatan bertempat di aula BPSNT Bandung. Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung, Bandung 42094 (Email: bpsntbandung@ymail.com Telp./Fax (022) 7804942
7. Pembicara
Kegiatan dilaksanakan pada bulan Maret 2010, dengan mengundang pembicara diantaranya Prof. DR. A. Sobana Hardjasaputra, S.S., M.A. (UNPAD); Ade Makmur Kartawinata, M.Phil., PhD (UNPAD) yang memaparkan tentang "Teknik Penelitian Kebudayaan"; Prof. Rusdi Muchtar, MA, APU (LIPI).