Tasikmalaya, Kompas - Teori dan konsep tentang masyarakat dan kebudayaannya selama ini masih diajarkan di dalam kelas. Jarang pembelajaran tentang budaya dilakukan di lapangan dengan obyek studi kampung-kampung adat, misalnya. Padahal, langkah inilah yang dapat lebih memberikan kesan dan pengenalan terhadap kebudayaan bagi siswa.
Hal itu diungkapkam Kepala Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bandung Toto Sucipto, Minggu (16/9) di Tasikmalaya.
"Dengan melihat secara langsung lokasi yang bernilai budaya, seperti kampung adat, generasi muda akan terkesan. Inilah yang nantinya diharapkan bisa mewarnai perilaku mereka di tengah-tengah masyarakat," tutur Toto.
Upaya semacam itu diharapkan bisa mengikis etnosentrisme sempit dan meningkatkan pemahaman bahwa budaya yang tumbuh dan berkembang di masing-masing etnis merupakan jati diri etnis bersangkutan. Lawatan budaya bisa untuk memperkenalkan kearifan lokal masyarakat adat.
Undang Suheryawan, guru dari Garut, menjelaskan, kontak budaya yang semakin meningkat dan intensif menyebabkan perubahan dalam kehidupan masyarakat, terutama generasi muda.
Meyrisa Amelia, peserta lawatan budaya dari SMA 26 Bandung, mengatakan, terjun langsung ke lapangan lebih berkesan dan membekas dalam ingatan. (adh)
Sumber: Kompas, Senin, 17 September 2007
Hal itu diungkapkam Kepala Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bandung Toto Sucipto, Minggu (16/9) di Tasikmalaya.
"Dengan melihat secara langsung lokasi yang bernilai budaya, seperti kampung adat, generasi muda akan terkesan. Inilah yang nantinya diharapkan bisa mewarnai perilaku mereka di tengah-tengah masyarakat," tutur Toto.
Upaya semacam itu diharapkan bisa mengikis etnosentrisme sempit dan meningkatkan pemahaman bahwa budaya yang tumbuh dan berkembang di masing-masing etnis merupakan jati diri etnis bersangkutan. Lawatan budaya bisa untuk memperkenalkan kearifan lokal masyarakat adat.
Undang Suheryawan, guru dari Garut, menjelaskan, kontak budaya yang semakin meningkat dan intensif menyebabkan perubahan dalam kehidupan masyarakat, terutama generasi muda.
Meyrisa Amelia, peserta lawatan budaya dari SMA 26 Bandung, mengatakan, terjun langsung ke lapangan lebih berkesan dan membekas dalam ingatan. (adh)
Sumber: Kompas, Senin, 17 September 2007