Cimahi - Pemerintah daerah dan masyarakat pemilik Warisan Budaya Tak Benda (WBTB), dinilai masih lemah dalam mencatat dan mendokumentasikan WBTB daerahnya. Itulah yang menjadi penyebab banyaknya WBTB ditangguhkan saat didaftarkan ke Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Toto Sucipto mengatakan, sebetulnya Negara Indonesia memiliki banyak karya budaya, namun kurang promosi dan kurang dikenal, ditambah lagi saat ini budaya luar dengan mudah masuk ke Indonesia. Sehinga negara lain dengan mudah mengklaim budaya yang sebetulnya berasal dari Indonesia.
“Contohnya, ketika Hui Cilembu sudah di kalim oleh Jepang, baru kita mulai ramai membicarakannya. Padahal hal seperti itu seharunya diperhatikan dari awal. Agar budaya kita tidak mudah diklaim oleh negara lain,” kata Toto usai kegiatan Silaturahmi dan Dialog Forum Wartawan Budaya Bandung Dengan BPNB Jabar di Cimahi, Sabtu (12/11/2016).
Dia melanjutkan, untuk mengenalkan dan melestarikan budaya Indonesia harus menjadi tugas bersama, bukan hanya menuntut kepada pemerintah saja, tapi harus didukung dengan peran masyarakat dalam melestarikan budayanya sendiri.
“Jadi, untuk mempertahankan budaya asli Indonesia, bisa terwujud kalau ada keterlibatan dari semua pihak. Intinya kita harus peduli dengan kebudayaan kita sendiri,” tuturnya. (Gatot Poedji Utomo/Yun)
Sumber: http://fokusjabar.com