Angklung Khatulistiwa, Konsistensi BPK Wilayah IX Menjaga Identitas Bangsa
Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IX Jabar menunjukkan konsistensinya dalam menjaga kelestarian angklung. Terbaru, BPK Wilayah IX menggelar pertunjukan Angklung Khatulistiwa (AKHU) bertema "The Sound of Indonesia".
Pagelaran dalam momentum Hari Angklung Dunia yang diperingati pada 16 November setiap tahunnya tersebut diselenggarakan di Teater Tertutup Dago Tea House, Kota Bandung, Jumat (18/11) malam.
Pada pagelaran tersebut, angklung yang merupakan alat musik tradisi dikolaborasikan dengan instrumen modern. Selain itu, terdapat tari-tarian tradisional hingga sejumlah penampilan akrobatik.
Kepala BPK Wilayah IX Jabar, Jumhari mengatakan, BPK sebagai lembaga pemerintah dalam bidang pelestarian dan pengembangan nilai budaya secara konsisten mewujudkan berbagai bentuk aktivitas pelestarian seni angklung di Indonesia khususnya Jawa Barat.
"Pertunjukan Angklung Khatulistiwa merupakan bukti nyata dalam merealisasikan pengembangan kesenian angklung di Indonesia," ujar Jumhari di sela acara.
Seiring pengakuan UNESCO yang menetapkan angklung sebagai warisan budaya takbenda sejak 22 tahun silam, BPK memiliki tanggung jawab dalam merawat dan mengangkat angklung, yang tentunya disesuaikan dengan perkembangan zaman.
"Ini ikhtiar menjadikan angklung sebagai identitas budaya bangsa agar menjadi inspirasi, terutama bagi generasi muda untuk berkreasi sesuai zamannya," tuturnya.
Di tempat sama, Konseptor Angklung Khatulistiwa, Yadi Mulyadi menerangkan, pihaknya mencoba satu konsep baru pertunjukan angklung dengan mempresentasikan musik daerah dari seluruh Nusantara yang menjadi cerminan identitas Bangsa Indonesia.
"Angklung Khatulistiwa karena kita ingin mengangkat musik tradisi Indonesia dari Aceh hingga Papua. Kita memainkan medley lagu-lagu Nusantara," terang Yadi.
Lebih lanjut Yadi menjelaskan, materi musik merupakan karya-karya aransemen lagu-lagu daerah sebagai bentuk perlindungan yang dikemas rapi para arranger terpilih untuk dikolaborasikan dengan angklung.
"Kita tampilkan karya baru sebagai pengembangan karya musik yang merupakan kreativitas dari para komposer musik angklung dengan esensi nuansa musik Nusantara," bebernya.
Sebagai bangsa heterogenitas, Yadi berpandangan, angklung yang merupakan alat musik tradisi bisa dikolaborasikan dengan berbagai instrumen serta dapat menjadi media komunikasi untuk pemersatu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Konsep sekarang kita tidak hanya angklung, karena kalau hanya angklung boring. Kita berkolaborasi dengan beluk, sirkus, tari-tarian tradisional, DJ," tandasnya.
Dalam pertunjukan tersebut, terdapat enam sanggar angklung dari Bandung dan Sumedang yang turut berpartisipasi. Mereka bergantian memainkan lagu-lagu Nusantara nonstop selama dua jam secara medley.
Selain orkestra angklung yang dikolaborasikan dengan alat musik modern dibalut berbagai tari-tarian daerah hingga akrobatik, ada pula penampilan Maestro Beluk, Ayi yang membawakan pantun Sunda diiringi kecapi.
Sumber: https://www.rmoljabar.id/angklung-khatulistiwa-konsistensi-bpk-wilayah-ix-menjaga-identitas-bangsa