Penulis jurnal budaya berbahasan Sunda terus berkurang akibat minimnya minat menulis dikalangan generasi muda.
Karya tulisan budaya banyak diminati masyarakat luar negeri karena miliki data otentik lapangan.
“Memang sulit dipastikan apa yang menjadi penyebab utama terus berkurangnya penulis budaya berbahasa Sunda, khususnya untuk jurnal. Berkurangnya karya tulis berbahasa Sunda mengakibatkan bahan literasi jurnal tidak mengalami penambahan,” ujar Aquarini Priyatna Prabasmoro, staf pengajar di Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjajaran, Selasa 3 Desember 2019
Dia memberikan paparan tentang Jurnal Internasional pada Peningkatan Kualitas Kinerja Pegawai Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat di Ruang Pertemuan Balai Pelestarian Nilai Budaya, Jalan Cinambo, Kota Bandung.
Terhadap minimnya penulis dalam bahasa Sunda menurut Aquariani, lahan penulis berbahasa Sunda di jurnal nasional maupun internasional masih terbuka luas.
“Seharusnya ini menjadi pemicu bagi penulis senior maupun generasi muda, jangan sampai bahasa Sunda ahlinya ada di luar negeri seperti Doktor Mikihiro Moriyama di Jepang,” ujarAquariani.
Hal tersebut diakui oleh Rameli Agam salah seorang penulis yang juga jurnalis senior di Surat Kabar Bahasa Sunda Galura, bahwa kondisi saat ini sangat sulit untuk mendapatkan karya tulis berbahasa Sunda yang baik.
“Kalaupun ada penulisnya masih penulis senior dari kalangan jurjalis dan juga akademisi,” ujar Rameli Agam.
Karenanya menurut Rameli Agam, instansi dan lembaga terkait ditantang untuk dapat menghasilkan para penulis berbahasa Sunda yang mampu merangsang minat membaca dan menulis.
“Terutama tulisan budaya Sunda ataupun seni tradisional di wilayah Jawa Barat,” ujar Rameli Agam.
Sementara Kasubag TU BPNB Jawa Barat, Iim Imadudin menungkapkan bahwa kegiatan Peningkatan Kualitas Kinerja Pegawai Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat, khususnya dalam hal menulis di media dilingkungan BPNB Jabar menjadi kewajiban.
“Merupakan salah satu kewajiban bagi pegawai di lingkungan BNPB Jabar untuk mampu menulis budaya, dan diharapkan dapat dipublikasikan di media agar permasalahan budaya di Jabar dapat terus terinformasikan,” ujar Iim.
Kegiatan Peningkatan Kualitas Kinerja Pegawai Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat, menurut Iim diikuti oleh pegawai peneliti dilingkungan BPNB Jabar yang meliputi wilayah Lampung, Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat. Pemateri selain dari praktisi jurnalis dan penulis juga dari akademisi.(Retno Heriyanto)
Sumber: https://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-01324112/penulis-berbahasa-sunda-semakin-berkurang?page=2