WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Festival Permainan Anak-Anak, Kuningan 24 September 2011

A. Latar Belakang
Permainan anak-anak (Sunda=kaulinan barudak) diartikan sebagai permainan anak yang khas dilakukan oleh anak-anak pada masyarakat Sunda. Sebenarnya kata “anak” adalah relatif karena dapat saja permainan anak ini dilakukan oleh orang dewasa, layang-layang adalah salah satu contohnya.

Sangat beragam jenis permainan anak-anak di kalangan masyarakat Sunda. Dan, keseluruhannya tidak ada yang dapat dilakukan seorang diri. Minimal 2 orang atau lebih untuk menjalankan permainan ini. Riang, ceria, serta olah tubuh tampak jelas dalam setiap tahap permainan. Tidak luput dalam diri pemain adalah strategi untuk memenangkan permainan. Unsur kreativitas juga terdapat dalam bentuk “kaulinan barudak” karena terkadang pada beberapa jenis “kaulinan” membutuhkan alat bermain yang haris dibuat sendiri. Dengan demikian, setiap anak akan saling bersaing untuk membuat alat permainan sebagus mungkin. Mencermati uraian tersebut, tampak bahwa fungsi permainan anak-anak antara lain merupakan bagian dari upaya pembekalananak menuju proses pendewasaan yang ceria, kreatif, sehat jasmani didampingi jiwa yang sportif dan strategi yang matang untuk mencapai tujuan.

Mungkin, anggapan bahwa terjadi adanya pembodohan anak saat bermain, dilihat dari kondisi kekinian tatkala melihat anak asyik bermain sehingga lupa makan, ibadah, dan belajar. Padahal jenis “kaulinan barudak” biasanya dilakukan pada waktu yang telah ditentukan, yang biasanya tidak lebih hingga waktu makan (pagi, siang, sore/petang). Mereka akan segera pulang dengan sendirinya tatkala waktu-waktu tersebut telah tiba. Dengan demikian, waktu belajar, ibadah, dan makan tidak akan terganggu.

B. Pokok Permasalahan
Saat ini, bentuk “kaulinan barudak” sudah jarang terlihat terutama di perkotaan. Faktor lahan bermain tampaknya menjadi pemicu utama hilangnya bentuk “kaulinan barudak” yang memang sangat membutuhkan cukup ruang untuk bermain. Di samping itu, proses sosialisasi kurang berjalan dengan lancar pada diri setiap anak sehingga mereka memilih jenis permainan individual seperti video game ataupun game online yang memang bisa dilakukan tanpa proses sosialisasi terlebih dahulu. Alat permainan modern ini tidak mengenal batas waktu untuk bermain sehingga seorang anak bebas memainkannya setiap waktu sehingga adakalanya mereka lupa makan, belajar, dan ibadah.

Di pedesaan memang masih ada jenis-jenis “kaulinan barudak” namun pamornya sudah mulai memudar karena bentuk permainan modern sudah mulai merambah ke pedesaan. Alhasil mereka sedikit demi sedikit mulai beralih ke jenis permainan modern.

Kata “modern” seakan menjadi sebuah kata sakral dan mengharuskan setiap individu untuk ikut terjun di dalamnya. Sementara yang tidak ikut dianggap “kuno”. Memang demikian adanya karena lawan kata modern adalah kuno. Dengan demikian istilah “tradisional” pada akhirnya disamakan dengan kata “kuno” atau ketinggalan zaman. Hal seperti ini tapaknya sudah mulai menghinggapi berbagai bentuk aktivitas tradisional termasuk di dalamnya adalah “kaulinan barudak”. Memang “kaulinan barudak” sudah dilakukan anak-anak sejak dulu namun bukan berarti dianggap kuno karena kata bermain sebenarnya tidak ada istilah “kuno”. Sepak bola contohnya, adalah sebuah jenis permainan yang telah dimainkan sejak lama tapi tidak dianggap sebagai sebuah permainan kuno. Jadi, “kaulinan barudak” bukanlah sebuah permainan yang kuno. Bedanya, bahwa sepak bola bukanlah khas masyarakat Indonesia, sementara “kaulinan barudak” adalah bentuk permainan yang khas pada masyarakat Sunda.

C. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Menemukenali permainan tradisional anak-anak.
2. Menumbuhkembangkan cinta terhadap budaya sendiri, terutama bagi anak-anak.
3. Mengungkap nilai-nilai budaya yang terkandung dalam permainan anak-anak.
4. Menanamkan nilai-nilai budaya, norma-norma sosial, serta pandangan hidup, terutama kepada anak-anak dalam upaya membangun karakter bangsa.
5. Melestarikan warisan budaya lokal dalam upaya memperkokoh jati diri.

D. Tema
Tema kegiatan Festival Permainan Anak-anak adalah Membangun Kreativitas dan Sportifitas melalui Revitalisasi Nilai Budaya pada Permainan Anak.

E. Bentuk Kegiatan
Kegiatan Festival Permainan Anak-anak dilakukan dalam bentuk peragaan/visualisasi beberapa jenis permainan dari beberapa kelompok bermain di Kabupaten Kuningan, diiringi dengan paparan/deskripsi permainan yang bersangkutan agar lebih mudah untuk dicermati/dikenal.

F. Pelaksanaan
Festival Permainan Anak-anak dilaksanakan di Pendapa Paramarta Kompleks Stadion Olah Raga Mashud Kabupaten Kuningan. Waktu pelaksanaan pada hari Sabtu, 24 September 2011, pukul 09.00 WIB s.d selesai.

G. Materi
Lingkup permainan anak dalam kegiatan ini lebih menitikberatkan pada bentuk pengemasannya. Artinya, berbagai permainan anak dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tontonan. Adapun permainan anak yang akan diperagakan antara lain sebagai berikut:
1. Sorodot Gaplok
2. Gatrik
3. Egrang
4. Perepet Jengkol
5. Kelom Batok
6. Rorodaan
7. Bedil jepret
8. Sumpitan
9. Engklek
10. Panggal

Popular Posts