WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Konsumtivisme Penghalang Utama Revitalisasi Budaya

ANTARAJAWABARAT.com,3/5 - Pakar kajian budaya Yasraf Amir Piliang menyatakan, konsumtivisme adalah penghalang utama upaya revitalisasi budaya di Indonesia guna membentuk generasi yang berkarakter.

Dalam seminar nasional "Potret Sukses Generasi Budaya" di Universitas Padjadjaran, Bandung, Kamis, Yasraf menilai masyarakat Indonesia, terutama kalangan muda, saat ini sudah terjebak dalam budaya konsumtif.

"Revitalisasi budaya itu suatu pekerjaan besar, tetapi kalau sudah terpengaruh oleh konsumtivisme percuma saja," ujarnya.

Menurut dia, budaya konsumtif menghasilkan generasi yang hanya menjadi pengikut dan peniru dari suatu trend yang tengah merebak namun hanya bersifat sementara.

Gaya hidup konsumtif itu telah mendorong manusia menggunakan obyek atau suatu benda yang beredar di pasaran untuk mendefinisikan diri dan posisi.

"Anak-anak muda yang rentan menjadi pengikut, peniru, bahkan cara berpikir yang salah pun ditiru," ujarnya.

Revitalisasi budaya, menurut Yasraf, karena itu bukan sekedar kegiatan menggali-gali peninggalan tradisi untuk diagung-agungkan semata. Melainkan, kearifan lokal yang tersimpan dalam warisan budaya Indonesia digunakan sebagai pencerah dalam mengubah karakter masyarakat konsumtif.

"Perubahan hanya bisa melalui perubahan yang konkret, bukan wacana," ujarnya.

Revitalisasi budaya, kata pengajar di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, seharusnya bisa mengubah perilaku konsumtif menjadi produktif, peniru menjadi pencipta, dan pengikut menjadi kreatif.

Ia pun menyayangkan pendidikan tingkat dasar sampai tinggi tidak memuat pelajaran tentang etos kerja, kreativitas, serta nilai-nilai budaya yang bisa membangun karakter manusia.

Sementara pembicara lain dalam seminar itu, Indra J Piliang, menyatakan pemerintah sama sekali tidak memiliki strategi kebudayaan untuk memunculkan berbagai kearifan lokal yang tersimpan dalam banyak peninggalan tradisi Indonesia.

Kehidupan politik di tingkat pusat yang dikuasai oleh "kepikunan sejarah", lanjut Indra, sebaliknya justru disebarkan secara cepat ke seluruh daerah Indonesia.

Untuk itu ia mengusulkan agar dibentuk pusat-pusat budaya di setiap daerah dengan karakteristik masing-masing yang unik agar berfungsi sebagai penangkal nilai-nilai negatif yang menyebar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam seminar yang sama, Kepala Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bandung Toto Sucipto menyatakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menargetkan Indonesia telah memiliki generasi berkarakter kuat pada 2045.

"Jadi setelah 100 tahun Indonesia merdeka sudah tercipta generasi yang sangat kuat berkarakter," ujarnya.

Langkah yang ditempuh oleh Kemendikbud untuk mencapai target itu, menurut Toto, di antaranya adalah menggali dan mengangkat serta mengembangkan nilai-nilai budaya yang masih relevan dengan situasi saat ini lalu mengaktualisasikannya agar menghasilkan perilaku yang baik. ***3***
Diah

Popular Posts