Oleh Suwardi Alamsyah P.
Abstrak
Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun atas prakarsa Sunan Gunung Jati, sekira tahun 1498-1500 Masehi yang pembangunannya dipimpin oleh Sunan Kalijaga dengan seorang arsitek bernama Pangeran Sepat dari Majapahit bersama pembantunya dari Demak dan Cirebon. Pembangunan masjid ini terlahir dari rasa dan kepercayaan untuk mengagungkan Sang Khalik dan untuk membangun rasa keagungan. Arsitektur bangunan masjid ini, dibangun dengan memadukan unsur-unsur budaya pra Islam, baik bentuk, struktur dan ragam hiasnya, walau tidak secara langsung, tetapi tetap mempertahankan tata nilai yang ada sepanjang perjalanan sejarahnya. Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan memahami peranan masyarakat di dalam mempertahankan arsitektur masjid serta fungsi simbol-simbol dalam kehidupan masyarakat serta hubungannya dengan arsitektur Masjid Sang Cipta Rasa. Metode penelitian ini didasarkan pendapat yang dikemukakan Winarno Surakhmad (1985:139), bahwa: suatu cara yang digunakan untuk menyelidiki dan memecahkan masalah yang tidak terbatas pada pengumpulan data, melainkan meliputi analisis dan interpretasi sampai pada kesimpulan yang didasarkan atas penelitian tersebut.
Kata kunci: Nilai Budaya, Arsitektur Masjid Sang Cipta Rasa.
Abstract
Between 1498-1500 Sunan Gunung Jati had a mosque built in Cirebon and he named it Masjid Agung (Great Mosque) Sang Cipta Rasa. The construction was led by Sunan Kalijaga, and the architect was Pangeran (Prince) Sepat of Majapahit with the help of his assistants from Demak and Cirebon. The architecture of the mosque is a mixture of pre-Islamic elements in terms of structure, form, and motifs of decoration. The research tried to dig a depth understanding about the role of the society in preserving the mosque archtecture and to study the function of symbols used in the society in accordance with the mosque architecture.
Keywords: Cultural Values, Masjid Sang Cipta Rasa Architecture.
Diterbitkan dalam Patanjala, Vol. 2 No. 2 Juni 2010