Gonjang ganjing dukungan dari berbagai pihak kepada salah satu capres cawapres menjelang pemilihan presiden 2014 saat ini santer dilakukan berbagai pihak. Tokoh yang dianggap berpotensi memiliki massa atau pengikut kerap didatangi oleh para tokoh dari masing-masing pendukung agar tertarik dan mengajak tokoh tersebut untuk mendukungnya.
Menjelang pilpres 2014, terlihat bahwa sebagian besar dari para tokoh yang didatangi oleh salah satu tim sukses tersebut berasal dari tokoh agama, organisasi masyarakat, purnawirawan, dan beberapa tokoh lainnya. Menarik untuk disimak bahwa sangat sedikit dari para tim sukses tersebut yang tertarik untuk meminta dukungan dari tokoh budaya atau budayawan agar tertarik dan mendukung kepada salah satu dari capres cawapres. Apakah kharisma dan massa pengikut dari tokoh budayawan tersebut sudah benar-benar memudar saat ini?
Terlepas dari sisi negatif atau positif dampak dari dukung mendukung salah satu capres cawapres menjelang pemilu presiden 2014, nampaknya kekuatan massa pendukung tokoh budaya atau budayawan sudah kurang dilirik lagi karena berbagai hal. Salah satunya mungkin disebabkan jumlah massa pendukung yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan massa dari tokoh agama ataupun tokoh organisasi masyarakat. Atau, tokoh budaya atau budayawan memang sudah tidak ada lagi yang bersuara atau memiliki kharisma. Mereka hanya berkutat dengan masalah budaya mereka sendiri dan tidak memikirkan atau berbicara perihal aspirasi tentang nilai-nilai luhur budaya mereka kepada salah satu capres cawapres. Perhatian terhadap kebudayaan dari para budayawan juga saat ini juga hanya terbatas dalam acara-acara resmi seperti seminar, lokakarya ataupun sarasehan namun tidak ada tindak lanjut untuk membentuk sebuah kekuatan yang menghidupkan kembali kearifan lokal dan nilai-nilai luhur dari kebudayaan yang dianutnya. Alhasil, saat ini individu yang terlahir sebagai orang sunda, jawa, makassar, aceh, papua, dan lain-lain tidak memiliki pedoman atau tokoh yang dipedomaninya untuk menjadi orang sunda yang baik, orang jawa yang baik, dan lain-lain. Masyarakat saat ini hanya menyandang gelar terlahir sebagai orang sunda, jawa, dan lain-lain, tetapi tidak mengetahui bahasa, kesenian, kuliner, kearifan lokal, nilai budi pekerti luhur dan lain-lain yang khas dari budayanya.
Pilpres 2014 saat ini dapat dikatakan menjadi salah satu bukti bahwa sisi budaya memang nyaris dikesampingkan karena sudah hampir tidak memiliki kekuatan lagi baik dari segi massa, tokoh budayanya, apalagi nilai dan karya budayanya. (admin kebudayaan BPNB Bandung)