WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Telisik Sejarah Kerajaan Sumedang yang Jadi Salah Satu Kerajaan Terbesar di Jawa Barat

Baru-baru ini Sumedang sempat heboh mengenai hilangnya salah satu warga Sumedang bernama Yana di Cadas Pangeran. Berita yang menggemparkan seluruh masyarakat Indonesia dan dunia maya ini akhirnya mendapat titik terang setelah Yana ditemukan di Cirebon.

Berbagai komentar hingga meme lucu mengenai Yana pun dibuat netizen beramai-ramai.
Sejarah Kerajaan Sumedang Larang

Berbicara mengenai Sumedang, Kerajaan Sumedang Larang menjadi salah satu kerjaan di Jawa Barat yang masih melekat hingga saat ini. Kerajaan Sumedang Larang didirikan pada tahun 613 Masehi, kerjaan ini merupakan pecahan Kerajaan Sunda Galuh yang didirikan oleh Wretikandayun.

Berawal dari Kerajaan yang didirikan Prabu Guru Aji Putih yaitu Kerajaan Tembong Agung. Ia merupakan putra dari Aria Bima Raksa anak dari Wretikandayun. Aria Bima Raksa dikenal dengan nama Ki Balangantrang atau Resi Agung, Senapati Galuh.

Dusun-dusun yang dibangun oleh Aria Bima Raksa dipinggiran sungai Cimanuk dipersatukan oleh Prabu Guru Aji Putih sehingga menjadi Kerajaan Tembong Agung. Hal tersebut diungkapkan dalam Jurnal Patanjala Vol.3 No.1, Maret 2011 154-168; Sejarah Kerajaan Sumedang Larang oleh Euis Thresnawaty S.

Awalnya Kerajaan Tembong Agung terletak di Citembong Girang, Ganeas Sumedang. Kemudian pindah ke Kampung Muhara, Leuwihideung yang merupakan Kecamatan Darmaraja.

Prabu Guru Aji Putih yang menikah dengan Dewi Nawangwulan dikaruniai empat orang putra, diantaranya Prabu Tajimalela, Aji Saka, Haris Darma, dan Langlang Buana.

Kemudian Kerajaan Tembong Agung pun menjadi kerajaan paling berpengaruh. Selain masuk dalam kerajaan terbesar di tatar Sunda, kerajaan ini juga mampu menyatukan dusun-dusun di kaki gunung sekitaran Sumedang, bahkan sebagian di Majalengka dan Kuningan.

Selepas Prabu Guru Aji Putih wafat, estafet kerajaan diwariskan pada putra sulungnya yaitu Prabu Tajimalela atau dikenal dengan nama Batara Tunggang Buana. Di tangan Batara Tunggang Buana inilah Kerajaan Tembong Agung berubah nama menjadi Kerajaan Sumedang Larang.

Batara Tunggang Buana kemudian melakukan perjalanan ke beberapa tempat, hingga ia memutuskan untuk berhenti di Gunung Mandalasakti, sekitar Situraja. Konon di sanalah ia mendapatkan Ilmu Kasumedangan.

Sepulangnya dari sana, ia ingin kerajaannya berganti nama menjadi Sumedang Larang dan mengganti namanya menjadi Prabu Tajimalela. Dalam Jurnal Pantanjala disebutkan bahwa Sumedang berasal dari kalimat insun medal, insul madangan. Kalimat ini terucap pada saat Prabu Tajimalela menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada anak keduanya Gajah Agung.

Pada saat itu, langit diterangi oleh cahaya, karena melihat hal tersebut Prabu Tajimalela mengucapkan kalimat "ingsun medal, ingsun madangan, kaula bijil, kaula nyaangan" yang artinya "aku terlahir, aku memberi penerangan". Maka, terlahirlah kata "Sumedang".

Secara etimologis, Sumedang berasal dari kata Su artinya bagus, Medang artinya luas, dan Larang artinya jarang bandingannya. Sehingga Sumedang bisa diartikan, tanah bagus dan luas, serta jarang ada pembandingnya.

Sumber: https://www.beautynesia.id/life/telisik-sejarah-kerajaan-sumedang-yang-jadi-salah-satu-kerajaan-terbesar-di-jawa-barat/b-242590

Popular Posts