Oleh Miftahul Falah
Abstrak
Tulisan ini menggambarkan Sejarah Sosial-Ekonomi Kabupaten Majalengka pada masa Pemerintahan Hindia Belanda yang mencakup aspek demografis, pertanian, perkebunan, perdagangan, industri, dan prasarana transportasi. Untuk merekonstruksi itu digunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk kabupaten Majalengka mengalami penurunan yakni dari 2,29% per tahun pada akhir abad ke-19 menjadi 1,68% pada awal abad ke-20. Meskipun demikian, kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya tumbuh cukup dinamis. Pertanian merupakan sektor perekonomian terpenting di Kabupaten Majalengka. Persawahan hampir dikenal di setiap wilayah di Kabupaten Majalengka. Sektor perkebunan juga tumbuh cukup dinamis sehingga Kabupaten Majalengka menjadi penghasil kopi terbesar di Keresidenan Ciebon. Sektor industri pun cukup berkembang yang ditandai dengan adanya upaya peningkatan produksi gula dengan membangun pabrik gula di Kadipaten serta perluasan areal penanaman tebu di wilayah Jatiwangi.
Kata Kunci: Majalengka, Penduduk, Pertanian, Perkebunan, Industri.
This paper describes a socio-economical history of Kabupaten (regency) Majalengka in Dutch colonial era, covering issues on demography, agriculture, plantation, commerce, industry and transportation infrastructure. In reconstructing such kinds of issues the author applied methods that are used in history: heuristic, critique, interpretation, and historiography. The result shows that in the end of 19th century there was a decrease in population in Kabupaten Majalengka from 2.29% to 1.68% in the beginning of 20th century. Socio-economically, however, the people faced a dynamic growth. The most important economical sector then was agriculture. On the other hand, plantations also grew dynamically, making Kabupaten Majalengka the biggest coffee producer in Karesidenan Cirebon. Not to mention industrial sector, marked by the efforts to increase sugar production by building a sugar factory in Kadipaten as well as expanding sugarcane plantation di Jatiwangi.
Keywords: Majalengka, population, agriculture, plantation, industry
Diterbitkan dalam Patanjala, Vol. 3 No. 2 Juni 2011