Oleh Tjetjep Rosmana
Abstrak
Sikap keramat dalam anggapan suatu masyarakat adalah tempat yang dikeramatkan karena tempat bersemayamnya arwah leluhur yang memiliki kekuatan gaib. Pada suatu waktu di tempat keramat dijadikan pusat kegiatan religius, yakni upacara persembahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam situs religius ini, setiap tingkah laku manusia dikeramatkan yang diiringi suasana hati dan motivasi yang ditimbulkan oleh simbol-simbol sakral (keramat) dalam diri manusia.
Situasi demikian itu terbentuk dalam kesadaran spiritual sebuah masyarakat. Sesungguhnya setiap individu memiliki persepsi yang berbeda terhadap tempat yang dikeramatkan. Hal ini sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Demikian pula terhadap makam keramat leluhur Sumedang yang kerap dikunjungi oleh banyak peziarah. Salah satunya makam keramat Pangeran Santri, Ratu Pucuk Umum, Pangeran Kornel, dan sebagainya.
Kata Kunci: Budaya spiritual, makam keramat, Sumedang.
Abstract
A sacred attitude on people live in a sacred place is the burial of an ancestors spirit and supernatural. Sometimes, it is made as a center of religiousness, for example a god worship through religious site. On this site everyones attitude is being sacred by feeling and motivation which showed sacred symbols self inside.
The situation formed in a spiritual awareness of society. Actually, everyone has different perception and motivtion about those places. Of course, it depends on each needs conditions. In such a case, the sacred burial of Sumedang often visited by visitors. Such as the sacred burial of Pangeran Santri, Ratu Pucuk Umum, Pangeran Kornel, etc.
Keywords: Spiritual culture, sacred burial, Sumedang.
Diterbitkan dalam Patanjala, Vol. 1 No. 3 September 2009