WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Kajian Pustaka dalam Penelitian

Oleh Dade Mahzumi

Pendahuluan
Dalam penelitian kebudayaan, kajian pustaka atau studi pustaka merupakan salah satu tahap yang penting. Menelusuri literatur yang ada serta menelaahnya secara tekun merupakan kerja kepustakaan yang sangat diperlukan dalam mengerjakan penelitian. Suatu penelitian yang baik dan bermutu tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan kegiatan belajar terlebih dahulu tentang masalah terkait lewat bacaan-bacaan yang ditulis oleh para ahli. Dengan membaca terlebih dahulu tentang masalah terkait, peneliti dapat mendeteksi masalah yang kira-kira penting untuk diteliti lebih lanjut. Literatur yang memadai juga akan memberi kepada peneliti gambaran akan hal-hal apa yang kurang dalam penelitian terdahulu sehingga dapat memberi pengarahan pada penelitiannya (Kuntjara, 2006:11).

Dengan melakukan studi pustaka, peneliti juga dapat menggali teori-teori yang berkembang dalam bidang ilmu yang bersangkutan, memperoleh metode-metode serta teknik penelitian yang pernah digunakan peneliti-peneliti terdahulu, memperoleh orientasi yang lebih luas dalam permasalahan yang dipilih, serta menghindari terjadinya duplikasiduplikasi atau plagiasi yang tidak diinginkan. Studi pustaka atau studi literatur, selain dari mencari sumber data skunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang. Dengan melakukan studi pustaka, peneliti juga dapat belajar secara sistematis lagi tentang cara-cara menulis karya ilmiah, cara mengungkapkan ide atau pikiran yang lebih kritis dan analitis dalam mengerjakan penelitiannya sendiri (Nazir, 1988:111). Menurut Creswell (1994:20), dengan melakukan kajian pustaka memberikan kerangka untuk menentukan signifikansi penelitian, dan juga sebagai acuan untuk membandingkan hasil suatu penelitian dengan temuan-temuan lain.

Idealnya, sebuah penelitian profesional menggunakan kombinasi kajian pustaka dan lapangan. Namun demikian, sejumlah ilmuwan seperti dari disiplin ilmu sejarah, sastra, dan studi agama, tidak selamanya tergantung dengan data primer dari lapangan. Seringkali mereka membatasi penelitian pada studi pustaka saja, dengan alasan: pertama, karena masalah penelitian tersebut hanya bisa dijawab lewat penelitian pustaka dan tidak mungkin mengharapkan datanya dari riset lapangan; kedua, studi pustaka diperlukan sebagai salah satu tahap tersendiri, yaitu studi pendahuluan untuk memahami lebih dalam gejala baru yang tengah berkembang di masyarakat. Para pakar Islam misalnya, terdorong mempelajari kembali gejala ideologi-ideologi dalam agama Islam di masa lalu untuk mengkaji maraknya aliran-aliran Islam "sempalan" dewasa ini. Alasan ketiga, data pustaka tetap andal untuk menjawab masalah penelitian. Perpustakaan merupakan tambang emas yang sangat kaya untuk riset ilmiah. Lagi pula informasi atau data empirik yang telah dikumpulkan orang lain, baik berupa laporan hasil penelitian atau laporan resmi, serta buku-buku yang tersimpan di perpustakaan tetap dapat dipergunakan oleh peneliti perpustakaan. Dalam kasus tertentu, data lapangan diperkirakan tidak cukup signifikan untuk menjawab masalah penelitian yang akan dilakukan (Zed, 2004:2).

Studi pustaka tentu saja tidak hanya sekedar urusan membaca dan mencatat literatur atau buku-buku sebagaimana yang dipahami banyak orang selama ini. Studi pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Makalah ini tidak bermaksud untuk mengajarkan seseorang menjadi ahli perpustakaan, melainkan untuk memperkenalkan studi atau penelitian kepustakaan secara garis besarnya saja.

Mengenal Perpustakaan
Banyak orang yang menganggap bahwa studi pustaka identik dengan mempelajari buku-buku. Hal ini dikarenakan perpustakaan selama ini selalu diasosiasikan dengan gedung tempat menyimpan buku-buku. Akan tetapi sebenarnya, sejak lama perpustakaan standar selain menyimpan berbagai jenis bahan informasi media cetak, seperti buku, jurnal, majalah, koran, berbagai jenis laporan dan dokumen (yang belum maupun sudah diterbitkan) juga menyimpan karya non-cetak seperti hasil rekaman audio (misalnya kaset), video film (mikrofilm, disket) yang berhubungan dengan teknologi kompuer. Jenis koleksi perpustakaan semacam ini sudah lazim dikenal di perpustakaan-perpustakaan besar, seperti di Perpustakaan Nasional, juga di sebagian perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia.

Berbagai jenis koleksi perpustakaan yang disebutkan di atas, disimpan atau dipajang dalam sistem klasifikasi tertentu. Salah satu sistem klasifikasi koleksi perpustakaan yang paling umum digunakan adalah sistem Dewey Desimal (DD). Sistem ini membagi koleksi perpustakaan (cabang ilmu pengetahuan) ke dalam 9 kelompok ditambah dengan 1 kelompok yang bersifat umum sehingga mencakup bidang ilmu yang lain. Kesepuluh kelompok utama itu adalah sebagai berikut:

000 Karya Umum
100 Filsafat
200 Agama
300 Pengetahuan Sosial
400 Bahasa
500 Pengetahuan Alam
600 Pengetahuan Praktis/Teknologi
700 Kesenian
800 Kesuusastraan
900 Sejarah, Geografi, dan Biografi

Kesepuluh kelompok utama tersebut (000 s.d 900) selanjutnya dirinci lagi ke dalam bidang-bidang tertentu. Jadi jika diinginkan suatu buku mengenai pengetahuan alam, maka kodenya pada digit pertama adalah 5 (kode 500), untuk ilmu sosial, digit pertamanya adalah 3 (kode 300), dan seterusnya. Contoh beberapa kode untuk ilmu sosial:

300 Ilmu Sosial
301 Sosiologi
306 Kebudayaan
321 Bentuk Negara
321.1 Keluarga
321.2 Tribal
321.3 Feodalisme
330 Ilmu Ekonomi
340 Ilmu Hukum

Meskipun ke sepuluh kelompok utama Sistem DD tersebut sampai saat ini tetap dipertahankan secara permanen, tetapi rincian dari masing-masing itemnya terus menerus mengalami perubahan. Oleh karena itu, peneliti yang ingin tahu lebih jauh edisi yang dipergunakan di perpustakaan tertentu, dapat menceknya sendiri dalam buku katalog atau mengkonsultasikannya kepada petugas perpustakaan.

Selain Sistem DD, dikenal juga sistem Library of Congress (LC) yang mana klasifikasi utama dinyatakan dengan huruf. Dalam sistem klasifikasi ini, ilmu pengetahuan dibagi atas 20 kelompok utama yang simbolnya dinyatakan dengan huruf. Kemudian setiap kelompok utama ini dibagi atas kelompok lagi dan dinyatakan dengan sebuah huruf lagi. Pembagian selanjutnya dinyatakan dengan angka. Dengan demikian, angka kode pada buku terdiri dari huruf dan angka. Kode-kode dan angka tersebut dimuat dalam kartu katalog yang terdapat pada perpustakaan. Kelompok utama dari sistem LC adalah sebagai berikut:

A Umum
B Filsafat, Agama
C Sejarah
D Topografi
E-F Amerika
G Ilmu Bumi, Antropologi
H Ilmu Sosial
I Ilmu Politik
K Ilmu Hukum
L Pendidikan
M Musik
N Seni Murni
P Bahasa
Q Ilmu Alam
R Obat-obatan
S Pertanian, Tanaman, Obat
T Teknologi
U Kewiraan
V Ilmu Laut
Z Bibliografi, Ilmu Pustaka

Contoh klasifikasi sistem LC:
Q Ilmu Alam
QC Fisika
QL Zoologi
QL.460 Insekta

Pada umumnya sistem LC digunakan di perpustakaan-perpustakaan yang memiliki koleksi pustaka yang sangat besar.

Selain kedua sistem klasifikasi yang disebutkan di atas, ada kalanya juga perpustakaan-perpustakaan kecil milik lembaga tertentu (yayasan, masjid, gereja, LSM, dsb) yang tersebar di Indonesia menggunakan sistemnya sendiri-sendiri. Oleh karena itu, peneliti dianjurkan agar berkomunikasi langsung dengan petugas perpustakaan yang bersangkutan.

Pengetahuan tentang sistem klasifikasi buku/literatur jelas dapat membantu peneliti untuk mengarahkan ke dalam kelompok mana saja bahan penelitian yang diperlukan/harus dicari. Dalam perpustakaan dengan sistem DD, jika mencari literatur sejarah, maka peneliti harus mencari koleksi pada kelompok no.900 dan seterusnya mencocokannya dengan nomor-nomor desimal yang lebih kecil berdasarkan budang-bidang yang lebih khusus. Misalnya berdasarkan kategori geografis (Asia, Asia Tenggara, Indonesia, dan seterusnya ke tingkat lokal atau regional). Mungkin juga berdasarkan bidang tertentu (agama, ekonomi, politik, kebudayaan, pendidikan, dsb). Kalau topik penelitiannya menggabungkan sejarah dan agama, ia tentu juga bisa masih lebih jauh ke pengelompokan bidang agama (200) dan dari sana meneruskannya ke nomor yang lebih kecil. Di samping itu, tidak berarti bahwa peneliti hanya perlu bergerak pada dua nomor kelompok koleksi di bidang sejarah dan agama saja (900 dan 200), ia juga sepatutnya melacak koleksi dari kelompok lain, entah itu ensiklopedia, jurnal ilmiah, dan lain-lain di mana informasi tentang bahan yang dicarinya diperkirakan dapat ditemukan.

Selanjutnya untuk lebih jauh ke dalam rak buku perpustakaan, masih diperlukan informasi katalog. Katalog perpustakaan merupakan alat bantu bibliografi berisi daftar koleksi perpustakaan yang dirujuk dengan nomor-nomor tertentu menurut susunan klasifikasi dan letaknya dalam perpustakaan. Katalog perpustakaan, baik yang tersedia dalam bentuk buku katalog maupun dalam bentuk kartu katalog akan menuntun pengunjung perpustakaan untuk mencari letak buku/literatur dan selanjutnya untuk membuat bibliografi kerja bagi penelitiannya. Tentu pada saat seseorang mulai menggunakan buku katalog atau kartu katalog koleksi perpustakaan, ia harus sudah mengetahui apa yang diinginkan dan tidak diinginkan. Di sini ada proses seleksi. Akan lebih baik lagi yang bersangkutan sudah mengetahui judul atau pengarangnya, sehingga lebih hemat waktu lagi.

Setiap kartu katalog berisi nama pengarang, judul publikasi, edisi, kota penerbit, nama penerbit, tahun, dan keterangan (tentang jumlah halaman, ilustrasi, tabel, dll), dan anotasi. Setiap buku atau literatur biasanya mempunyai buah kartu, yaitu kartu katalog menurut pengarang, kartu menurut isi/subjek, dan kartu menurut judul. Kartu menurut isi menyatakan isi dari suatu bahan bacaan.

Membaca dan Mencatat Bahan Bacaan
Setelah bahan bacaan ditemukan sesuai apa yang diharapkan, maka selanjutnya dilakukan kegiatan membaca dan mencatat untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Membaca dan mencatat informasi merupakan bagian yang penting dalam kajian pustaka. Kegiatan membaca untuk kepentingan penelitian biasanya berlangsung simultan dengan kegiatan mencatat.

Menurut Wilson Jf. (dalam Nazir, 1982: 123) ada dua tujuan utama membaca, yaitu untuk mencari apakan informasi-informasi mengenai penelitian ada dan tersedia, dan kedua, untuk memperoleh latar belakang yang cukup di dalam bidang penelitian yang dilakukan peneliti. Secara umum, kegunaan membaca adalah:
a. Untuk menghindari duplikasi (plagiasi) dengan melihat apakah masalah penelitian sudah pernah diuji ataukah masih diperlukan penelitian lebih lanjut tentang masalah tersebut.
b. Untuk memperoleh ide, keterangan-keterangan, metode-metode yang beguna dalam memecahkan masalah, ataupun dalam rangka memilih masalahnya sendiri.
c. Untuk menunjukkan data komparatif yang berguna dalam melakukan interpretasi hasil penelitian nantinya.
d. Untuk menambah pengetahuan umum si peneliti.

Sebagai petunjuk praktis berkaitan dengan membaca dan mencatat bahan bacaan, di bawah ini dikemukakan beberapa hal yang perlu dilakukan dan dipertanyakan oleh peneliti selama dan setelah membaca bahan bacaan, yaitu sebagai berikut:
a. Kenali siapa pengatang dan bagaimana pengarang melihat (mendekati) topik bukunya? Apakah dia seorang sarjana yang ahli di bidangnya, atau amatiran yang bekerja di bidang tertentu sebagai wartawan, politikus, agamawan, dsb?
b. Buka bahan bacaan, baca Pengantar, Daftar Isi, dan Pendahuluan atau melompat ke bagian simpulan. Ini akan membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan awal: apa kesan umum tentang tuliasn yang ada di tangan? Apa tujuan pengarang menulis buku/artikel?
c. Identifikasi tesis atau argumen utama pengarang. Tesis berbeda dengan topik suatu tulisan, sedangkan tesis adalah argumen utama yang dikemukakan dan dipertahankan dalam keseluruhan materi (topik). Contohnya dua buku sejarah Islam. Yang pertama ditulis oleh Hamka berjudul "Sejarah Umat Islam" dan kedua oleh Uka Tjandrasasmita tentang "Sejarah Islam di Indonesia". Keduanya sama-sama berbicara tentang topik yang sama yaitu sejarah Islam di Indonesia, tetapi dengan tesis berbeda. Tesis Hamka ialah spirit agama Islam khususnya dakwah Islam yang menjadi faktor utama penyebaran Islam. Sementara tesis Uka ialah materialistik, khususnya perdagangan yang menjadi faktor utama penyebaran Islam di Indonesia. Begitu pula dengan tesis James C. Scott dan Popkin tentang perilaku petani.
d. Apakah bahan bacaan tersebut relevan dengan topik atau materi penelitian atau bahan yang dicari? Sejauh mana relevansinya?
e. Apa pendekatan ataupun aliran pemikiran teoritis yang dilakukan oleh pengarang?
f. Jika peneliti pernah membaca literatur lain mengenai topik yang lebih kurang sama, bagaimana kesimpulan peneliti mengenai literatur yang sedang dibaca itu? Buatlah perbandingan singkat.
g. Jika literatur yang sedang dibaca memuat ilustrasi (seperti gambar, tabel, diagram, dsb) apakah ilustrasi tersebut membantu mempermudah pemahaman peneliti untuk mengikuti alur pemikiran pengarang.
h. Secara keseluruhan, apakah kekuatan utama buku ini, dan kemungkinan sumbangan terpenting darinya (dari segi informasi data atau fakta, teori atau metode atau pendekatannya).

Panduan umum dan daftar pertanyaan yang dikemukakan di atas, paling tidak, dapat menuntun dan merangsang berpikir kritis. Sejauh mana petunjuk ini bermanfaat atau berfungsi efektif, pada akhirnya pengalaman lah yang menentukan keberhasilan peneliti di dalam memahami suatu bahan bacaan.

Sumber:
Makalah disampaikan dalam Kegiatan Pembekalan Teknis Penelitian yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Jawa Barat, tanggal 25 Januari 2017.

Popular Posts