Sejarah Singkat Karya Budaya
Upacara Babarit merupakan salah satu tradisi yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Betawi yang tinggal di wilayah Kelurahan Setu, Kecamatan Cipayung, Kota Jakarta Timur atau warga masyarakat keturunan Kramat Aris. Upacara babarit adalah upacara selamatan bagi warga masyarakat agar hasil pertanian mereka tetap bagus dan meningkat, serta hasil ternak masyarakat juga tetap meningkat. Pada mulanya upacara babarit adalah upacara untuk menghormati roh halus atau roh nenek moyang sebagai pelindung kampung. Dalam perkembangannya, upacara tersebut merupakan sarana penyampaian ucapan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas berkah yang dilimpahkan, terutama menyangkut hasil pertanian atau hasil bumi.
Deskripsi Singkat Karya Budaya
Nama lain dari upacara babarit adalah upacara baritan. Kata babarit atau baritan sendiri berarti sedekah bumi. Karena upacara tersebut dilaksanakan pada bulan maulud, Pesta Mauludan juga merupakan nama lain dari upacara babarit. Karena tempat pelaksanaan upacara tersebut di lokasi Kramat Aris, Pesta Kramat Aris juga menjadi istilah lain dari upacara babarit atau upacara baritan.
Tujuan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan upacara babarit, yaitu: (1) menghormati roh halus atau roh nenek moyang sebagai pelindung kampung; (2) penolak bala atau permohonan perlindungan kepada Yang Maha Kuasa agar kampung tersebut berikut para penghuninya terhindar dari berbagai hal atau peristiwa yang tidak diharapkan terjadi, seperti musibah, penyakit, dan paceklik; (3) sarana penyampaian ucapan terima kasih dan syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkah yang dilimpahkan, terutama menyangkut hasil pertanian atau hasil bumi dan ternak; (4) mempererat tali silaturakhim antarwarga masyarakat Betawi keturunan Kramat Aris, baik yang menetap di dalam dan di luar wilayah Kelurahan Setu; (5) menghidupkan perekonomian warga setempat karena pada saat berlangsung upacara, warga masyarakat diizinkan berjualan di sepanjang Jalan Kramat Aris; (6) mengenang keberadaan Kramat Aris; dan (7) melestarikan budaya agar tidak punah.
Upacara babarit diselenggarakan setiap tahun, tepatnya pada bulan Maulud. Pemilihan tanggal pekalsanaan upacara tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan ada syaratnya. Yang pertama, upacara babarit harus diselenggarakan setelah pelaksanaan upacara Mauludan di Cirebon; yang kedua, hari pelaksanaan upacara babarit harus jatuh pada Jumat. Meskipun demikian, tidak ada ketentuan yang mengatur jaraknya hari pelaksanaan upacara babarit dari hari penyelenggaraan Mauludan di Cirebon. Yang pasti, waktunya masih tetap berada pada bulan Maulud dan harus jatuh pada hari Jumat.
Orang yang bertugas menentukan tanggal pelaksanaan upacara babarit biasanya juru kunci Kramat Aris. Kelebihan dia seagai juru kunci dipandang mampu menentukan hari baik untuk pelaksanaan upacara tersebut. Ketika tanggal yang didapat ternyata bukan jatuh pada hari Jumat, dapat dipastikan harus diundur ke tanggal lainnya yang bertepatan dengan Jumat.
Tempat pelaksanaan upacara babarit dipusatkan di Kramat Aris yang terletak di Jalan Kramat Aris, RT004/RW03, Kampung Setu, Kelurahan Setu, Kecamatan Cipayung, Kota Jakarta Timur. Selain itu, ada lokasi lain yang digunakan untuk kepentingan upacara tersebut, yakni sepanjang jalan Kramat Aris, Jalan Bambu Ulung, Jalan Raya Setu, dan jalan Hankam.
Melaksanakan upacara babarit setiap tahun merupakan pesan leluhur masyarakat Betawi di Kampung Setu, atau keturunan Aris Wisesa. Oleh karena itu, upacara tersebut merupakan salah satu tradisi masyarakat Betawi, khususnya keturunan Aris Wisesa, baik yang ada di dalam maupun di luar wilayah Kampung Setu. Dahulu memang seperti itu, tetapi sekarang banyak juga warga masyarakat di luar itu yang mengikuti upacara tersebut, di antaranya mereka yang biasa berziarah ke Kramat Aris meski bukan keturunan Kramat Aris.
Pelaksanaan upacara babarit dipimpin oleh seorang juru kunci Kramat Aris. Hal itu berlaku dari dahulu hingga saat ini. Juru kunci adalah orang yang diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk menjaga area Kramat Aris dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Kramat Aris. Selain merupakan keturunan Aris Wisesa, juru kunci juga merupakan keturunan dari para juru kunci sebelumnya.
Persiapan upacara dilakukan dua minggu sebelum Maulud, diantaranya dengan mengadakan rapat pertemuan antara juru kunci, tokoh masyarakat, ketua RT, dan Ketua RW untuk membahas berbagai hal berhubungan dengan pelaksanaan upacara babarit. Beberapa hal penting di antaranya adalah tentang waktu, dana, acara, juga tentunya tentang pembentukan kepanitian yang akan bertanggng jawab terhadap pelaksanaan upacara babarit. Satu hal yang paling penting adalah segala sesuatunya dilakukan secara gotong royong, termasuk untuk pendanaan kegiatan tersebut.
Upacara babarit dilaksanakan selama dua hari. Hari pertama disebut dengan istilah mangkatan, yaitu ritual awal yang dilakukan dalam rangkaian kegiatan upacara babarit. Ritual tersebut diisi dengan acara Maulud Nabi yang diisi dengan acara doa bersama dan tahlilan. Setelah itu, dilanjutkan pada acara budaya berupa pertunjukan kesenian tradisional masyarakat Betawi. Waktunya dimulai dari Magrib sampai dengan larut malam.
Hari kedua, kira-kira pukul 07.00 WIB, dilakukan penyembelihan seekor kambing yang harus berkalamin jantan dan berukur kira-kira satu tahun. Selain itu, juga dilakukan pemotongan ayam jantan. Jumlahnya tidak terbatas satu saja, bisa juga lebih dari satu. Hal itu sangat bergantung pada dana yang tersedia.
Sekitar pukul 15.00 WIB, semua peserta arak-arakan dengan segala perlengkapannya sudah siap memulai perjalanan arak-arakan dengan rute jalan meliputi Jalan Kramat Aris, Jalan Bambu Ulung, Jalan Raya Setu, dan Jalan Hankam. Namun sebelum hal itu dilakukan, ada pembukaan secara resmi. Diawali dengan sambutan dari juru kunci dan perwakilan dari instansi pemerintah; lalu doa bersama dipimpin oleh tokoh agama setempat; dan diakhiri dengan memecahkan kendi yang dilakukan oleh tokoh dari pemerintahan setempat serta dimeriahkan dengan bunyi petasan dan irama musik dari kesenian barongan. Hal itu sebagai tanda acara arak-akaran secara resmi dapat segera dilaksanakan.
Perjalanan arak-arakan dilanjutkan kembali menyusuri Jalan mabes Hankam hingga ke perbatasan antara jalan tersebut dengan Jalan Kramat Aris. Di ujung jalan tersebut, sesepuh meletakkan ancak dan sebutir kelapa muda. Rute terakhir pun ditelusuri oleh rombongan arak-arakan, yakni menyusuri Jalan Keramat Aris. Selanjutnya, mereka berhenti di belokan yang mempertemukan Jalan Kramat Aris dan Gg. Rawa. Ancak yang terakhir dipasang di tempat tersebut.
Semua ancak yang dibawa dalam perjalanan arak-arakan sudah habis disimpan sesuai dengan tempat peruntukannya. Ancak yang dipasang pada keempat tadi, ada yang sama dan ada pula yang berbeda. Perbedaan tersebut semata-amata untuk menghargai dan menghormati entitas supernatural yang begitu erat kaitannya dengan kehidupan keturunan Kramat Aris. Hal itu diwujudkan dengan cara menyajikan apa yang disukai oleh entitas supernatural.
Perjalanan rombongan arak-arakan menuju ke tempat-tempat penyimpanan ancak menghabiskan waktu sedikitnya 1,5 jam. Setelah itu, rombongan kembali ke tempat semula, yakni ke arah Kramat Aris. Suasana di tempat tersebut masih ramai karena panggung hiburan akan diisi dengan acara pertunjukan berbagai kesenian tradisional khas Betawi hingga larut malam. Sementara itu, arena bazar akan kembali ramai pada sore hingga larut malam bersamaan dengan berakhirnya acara hiburan pertunjukan kesenian.