Hidup manusia bukan komedi suka dan duka
Tetapi suka dan duka menjalin suatu pelangi kehidupan
Sebuah nasehat yang sarat dengan makna tentang perjalanan kehidupan di atas tertulis di salah satu ruang dalam Situs cagar budaya Candra Naya di jalan Gajahmada Jakarta Barat. Situs Cagar budaya tersebut tepat berada di antara gedung Hotel Novotel dan ICBC. Sementara di belakangnya berdiri menjulang Superblock Grand Central City. Sebuah keunikan tersendiri mengingat jalan Gajah mada Jakarta dipenuhi oleh bangunan bertingkat dengan aktivitas perdagangan dan perkantoran yang sangat sibuk. Tengok ILTC yang berlokasi di depan Hotel Novotel merupakan salah satu referensi pusat perdagangan elektronik yang cukup diperhitungkan tidak hanya bagi warga jakarta dan sekitarnya tetapi juga warga atau konsumen di luar Jakarta. Siapa sangka sebuah cagar budaya berada terselip di tengah-tengah busines centre di Jakarta.
Situs Cagar budaya Candra Naya dibangun tahun 1807 oleh Khouw Tian Sek (Khouw Teng Sek). Sumber dari Wikipedia menyebutkan bahwa Situs Cagar budaya Candra Naya merupakan bekas kediaman Khouw Kim An, seorang mayor tionghoa terakhir di Batavia.
Sementara itu, sumber dari National Geographic mengatakan bahwa Bangunan bersejarah yang awalnya bernama Landhuis Kroekoet ini hingga tahun 1992 masih digunakan sebagai gedung sekolah dan mulai dipugar tahun 1993. Saat ini, berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 Klenteng Candra Naya telah dijadikan sebagai salah satu cagar budaya milik Provinsi DKI Jakarta.
Lalu apa keunikan lainnya? Tidak hanya lokasinya yang diapit oleh gedung bertingkat, keunikan lainnya bahwa bangunan di samping Situs cagar budaya digunakan untuk membuka kedai kopi Oey.
Jangan dilihat dari namanya yang terkesan berbau mandarin sehinga mengarahkan kita pada menu-menu yang melulu berasal dari negara tirai bambu. Cukup banyak variasi menu mengundang selera yang sama sekali bukan berasal dari negara tirai bambu, contohnya menu prata kari ajam dan Spagheti Toena Pedas.
Mungkin supaya menarik pengunjung untuk mendatangi salah satu destinasi wisata budaya di DKI Jakarta atau memang sebagai bagian dari tradisi tionghoa, banyak pernak pernik bernuansa merah dan kuning yang menghiasi seluruh bangunan Situs Cagar budaya sehingga memberi keunikan tersendiri. Selain itu, aroma bangunan bersejarah juga dapat dilihat dari dua buah foto Khouw Kim An, nasehat-nasehat di salah satu sisi gedung dan boneka naga yang bergantungan di bagian dalam gedung. Bagian yang lebih dalam lagi terdapat sebuah kolam yang dikelilingi patung-patung kodok yang sedang menggigit koin bertuliskan huruf mandarin. Dan, sebagaimana layaknya sebuah Situs Cagar budaya Tionghoa, sebuah Patung Budha dan Dewi Kwan In juga terpajang di salah satu ruangan Situs.
Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar