WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Kesultanan Cirebon Abad 15-18

Oleh Herry Wiryono

Abstrak
Penulisan sejarah keraton Cirebon ini bertujuan memberi interpretasi bagaimana Kesultanan Cirebon memelihara stabilitas dan kedaulatan dalam periode abad 15-18. Disamping itu, tulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi tambahan mengenai sejarah Cirebon. Metode yang digunakan dalam pengungkapan sejarah Kesultanan Cirebon ini menggunakan metode sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Memasuki abad ke-17 hingga abad ke-18, masa kejayaan dan kewibawaan Kesultanan Cirebon yang dibangun oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati sejak abad 15 menjadi pudar dan mengalami degradasi hingga terpecah-pecah menjadi dalam beberapa pusat kekuasaan. Perpecahan terjadi akibat masing-masing keturunan saling berebut kepentingan. Keterpurukan Kesultanan Cirebon semakin nyata, setelah tiga kekuatan besar yaitu Mataram, Banten dan VOC ingin menjadikan Cirebon berada di bawah kuasaannya. Sejak awal abad ke-19, Kesultanan Cirebon sudah tidak ada lagi. Wilayah Cirebon sudah menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Belanda, serta para sultannya dijadikan pegawai pemerintah kolonial Belanda.

Kata kunci: kesultanan, Cirebon, konflik.

Abstract
This paper tries to interpret how the Sultanate of Cirebon maintained its stability and independency during the 15th–18th centuries. Hopefully, this study can be an additional information concerning the history of Cirebon. History methods such as heuristics, critique, interpretation and historiography were conducted for this study. By the 17th-18th centuries the Cirebon Sultanate that was built by Sunan Gunung Jati in 15th century, almost had lost its glory and fell into pieces due to conflict of interest amongst the aristocrats. It was even worse when three great powers (Mataram, Banten, and VOC) made Cirebon their vassal. The Sultanate of Cirebon finally disappeared in the 19th century. Cirebon had become part of the Dutch and the sultans became servants to the Dutch colonial government.

Keywords: sultanate, Cirebon, conflict.

Diterbitkan dalam Patanjala, Vol. 3 No. 1 Maret 2011

Popular Posts