Oleh Ria Intani T.
Abstrak
Zaman yang serba tek (baca: teknologi) membuat ruang gerak hal-hal yang berbau tradisional menjadi tidak leluasa. Bisa dikatakan nyaris semua sektor budaya terkena imbasnya. Termasuk juga permainan anak-anak. Fenomena itu menggerakkan dilakukannya penelitian terhadap permainan tradisional anak-anak. Tujuannya tidak lain untuk menggali permainan tradisional yang ada di suatu daerah, dalam hal ini Indramayu. Indramayu adalah kota kabupaten yang juga sudah tersentuh teknologi dengan Balongan sebagai ikonnya. Kenyataan menunjukkan bahwa dari sejumlah permainan yang pernah ada, tidak semuanya masih dilakukan. Ada permainan yang sudah tidak dilakukan tetapi masih dikenal namanya, ada pula yang sudah tidak dikenal sama sekali. Hal yang cukup menarik adalah dalam lingkup satu kabupaten terdapat permainan yang jenisnya sama namun namanya berbeda. Hal ini bisa dipahami terutama oleh karena adanya dua kultur di sana, pantai dan pertanian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Kata kunci: permainan, tradisional, anak-anak.
Abstract
During this era of modern technology, traditional things became fade away. The impacts are reflected on almost every cultural sectors, including children’s games. This phenomenon has made the author conduct a research on it, and the object was traditional children’s game in Indramayu. Indramayu has witnessed many modern technologies, and Balongan is the icon. The author finds that there are many traditional games that are not played any more, some are still played, and the rest are only names that left. The author also finds an interesting fact: in the same regency there are different kinds of games that have same name. It probably because Indramayu has two subcultures: maritime and agriculture. Descriptive method and qualitative approach were applied to the research.
Keywords: games, traditional, children.
Diterbitkan dalam Patanjala, Vol. 3 No. 1 Maret 2011