WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Ribuan Pengunjung Memadati Alun-alun Sumedang

Sumedang - Ribuan warga Kabupaten Sumedang antusias menghadiri Festival Prabu Geusan Ulun yang dipusatkan di Alun-alun Kota Sumedang Sabtu (23/11/2013).

Kegiatan tersebut, hasil kerja sama antara Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora) Kabupaten Sumedang dan Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung, Kementerian Pendidikan dan Kebudyaaan (Kemendikbud).

Pantauan “KP” di lapangan, pertunjukan dan pameran seni budaya itu, nampak mampu menghipotis pengunjung karena acara tersebut turut menampilkan berbagai hasil karya putra daerah dalam menopang pembangunan.

Bahkan, penonton nampak larut dalam gelak dan tawa karena penyelenggara menyuguhkan aneka permainan serta hiburan rakyat.

Kepala dinas kebudayaan pariwisata pemuda dan olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Sumedang, Herman Suryatman mengaktakan, kegiatan tersebut digelar sebagai upaya melestarikan seni dan budaya sekaligus menghibur warga Sumedang.

“Acara ini bertemakan Gilig Ngawujudkeun Sumedang Nyunda yang akan berlangsung selama empat hari dimulai Sabtu (23/11/2013) hingga Rabu (27/11/2013).” Kata Herman kepada sejumlah wartawan di Alun-alun Sumedang, kemarin.

Tentu saja, kata dia, berbagai komponen masyarakat diantaranya pelajar, turut mempertunjukan hasil karya seni, budaya dan berbagai kreativitas penopang dan hasil pembangunan.

Yang pasti, ujarnya menambahkan, acara tersebut bukan hanya penampilan karya seni saja namun sebagai ajang pemahaman wawasan dan pendidikan.

Panitia pun menyuguhkan berbagai ranah pendidikan seperti drama tentang Prabu Geusan Ulun, kongres kebudayaan daerah, lomba melukis kesejarahan dan puisi.

“Bahkan, dalam kesemptan baik ini, kita pun meluncurkan buku biografi tetang guru kalbu (Een Sukaesih).” Ujarnya.

Pesertanya, kata dia, tak hanya dari Kabupaten Sume­dang saja. Namun, beberapa karya seni dari berbagai daerah lain di Jawa Barat pun turut ditampilkan. ìTak dipungkiri, pengaruh budaya dari negara asing berdampak negatif bagi generasi bangsa terlebih di era globalisasi seperti sekarag ini. Sehingga, hal tepat acara ini digelar dalam upaya kembali membangkitkan gairah sekaligus menumbuhkembangkan budaya lokal.” Ucap Herman.

Kegiatan itu pun, kata dia, salah satu momentum tepat da­lam meyukseskan pencanangan gerakan pembangunan Sume­dang Nyunda. Bahkan, acara itu dinilai seirama dengan kerangka visi Sumedang Sejahtera, Nyunda, Maju, Mandiri, Agamis (Senyum Manis). Bahkan, selaras dengan peraturan bupati (Perbup) tentang Sumedang Puseur Budaya Sunda (SPBS).

Diharapkan, kata dia, masyarakat mengambil hikmah terbesar dalam pelaksanaan ke­giatan itu. “Semoga, masyarakat menjadi lebih aktif dalam mengapresiasikan kesenian sekaligus selalu menjaga nilai karya budaya sunda sekaligus meniru sepak terjang dan semangat Prabu Geusan Ulun dalam mejaga keutuhan NKRI,” ujarnya.

Bahkan, katanya, Pemkab Sumedang pun kini mencanangkan program gerakan pembangunan Sumedang Nyun­da. “Implementasinya, bahwa setiap hari Rabu dan Jumat, maka pelaksana pemerintahan dan pendidikan di Pemkab Sume­dang wajib menggunakan bahasa Sunda,” kata Herman.

Sementara itu ujarnya, pada hari Kamis dan Jumat, mereka pun wajib mengenakan pakaian batik kasumedangan dan pakaian adat Sunda Salontreng.

“Tak itu saja, konsumsi (hidangan) yang disuguhkan pada setiap acara pemerintahan pun wajib menyuguhkan aneka penganan khas Sumedang,” ujar Kadisbudparpora.

Pantauan “KP, ribuan warga Sumedang turut menghadiri acara yang dipusatkan diseputaran Alun-alun Kota Sume­dang. Warga pun menilai kegia­tan tersebut positif, namun sebagian pengunjung menyesalkan lokasi penyelenggaraan yang dinilainya kurang representatif karena harus berdesakan. E-42***

Popular Posts