Hingga saat ini belum dapat diketahui secara pasti tentang asal mula keberadaan simping di Purwakarta. Utamanya di daerah kaum, kemungkinan disebabkan dekat dengan mesjid raya Purwakata dahulunya dapat disebut sebagai pusat keramaian sehingga banyak usaha simping berada di daerah tersebut.
Adapun proses pembuatan simping dapat dikatakan cukup mudah, dan bahan yang dibutuhkan juga mudah diperoleh. Bahan utama pembuatan simping terdiri dari campuran tepung terigu dan tapioka yang diberi berbagai macam rasa. Dahulu hanya ada satu rasa saja, yaitu rasa kencur, namun sekarang sudah ada banyak rasa di antaranya rasa pandan, nangka, cabai, bawang, udang, keju, kencur, pisang dan susu.
Kemasannya sangat sederhana saja yaitu plastik transparan. Sebelum dimasukkan ke dalam plastik, pinggiran simping tersebut diratakan dengan menggunakan mesin khusus. Setelah itu, baru dimasukkan per sepuluhan dengan jumlah tumpukan sebanyak lima tumpuk. Pada tahun 2010, simping di dijual dengan harga rata-rata Rp. 3.000 – 3.500 per bungkus. Saat ini harga simping mengalami kenaikan akibat dampak dari kenaikan harga bahan pokok pembuatan simping.
Simping dapat disajikan pada sebuah piring datar ataupun dalam toples bening ditambah dengan segelas teh manis atau kopi. Sajian ini dapat dihidangkan dalam segala suasana baik formal ataupun informal.
Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar