Oleh: Ria Intani T.
Ngarak Panjang Mulud merupakan tradisi perayaan keagamaan khas masyarakat Banten. Panjang Mulud adalah benda yang dihias dan diberi isi lalu dipertontonkan melalui arak-arakan pada saat memperingati kelahiran Nabi Muhammad Saw. Dulu, panjang yang dihias adalah kapal milik Kesultanan Banten. Saat ini, benda yang dihias berupa miniatur kapal, masjid, ka’bah, unta, dan menara, selain juga ada panjang dalam bentuk lainnya yang dihias dengan kertas warna warni ataupun hiasan lainnya.
Umumnya panjang berisi beragam bahan pokok. Lainnya ada yang berisi peralatan rumah tangga, sepeda, sepeda motor, uang, pakaian, kain, mebel, dan sebagainya. Tak boleh ketinggalan adalah telur rebus dalam bentuk pentul (telur dalam “tas kertas”) atau rancang (telur dalam bunga kertas dan ditusuk bambu).
Selain bentuk panjang tersebut, ada panjang berupa bakul yang berisi nasi, lengkap dengan lauk pauknya. Saat ini panjang bakul hanya masih ada di beberapa kampung, seperti di antaranya di Kampung Kepuren dan Kampung Majilawang Kecamatan Taktakan.
Membuat panjang konon sama dengan bersedekah karena nantinya isi panjang akan dibagi-bagikan pada banyak orang. Tidak heran ada yang membuat panjang hingga menghabiskan puluhan juta rupiah, selain adapula yang berhutang. Mereka percaya rezeki yang dikeluarkan akan kembali dengan jumlah lebih besar. Isi panjang kadangkala menggambarkan potensi wilayah penyelenggara. Contoh, daerah yang banyak penjual mebel maka isi panjangnya akan didominasi mebel.
Panjang dibuat oleh masing-masing keluarga, berikut dengan mengisi panjangnya. Panjang biasa dibuat pada malam hari. Tak heran malam menjelang Ngarak Panjang Mulud, suasana kampung ramai karena masing-masing penghuni rumah terjaga. Bersamaan dengan pembuatan panjang di rumah-rumah, di masjid utama yang ada di kampung, dilaksanakan pembacaan salawat. Panjang yang sudah selesai dibuat, diletakkan di teras atau di halaman rumah masing-masing.
Saat ini sudah ada penjual panjang. Sepanjang bulan Mulud, penjual bisa menerima pesanan sekitar 200 panjang. Harganya bergantung dari ukuran dan bentuknya. Bagi mereka yang membeli panjang, tinggal mengisi isi panjangnya.
Saat hari pelaksanaan, sekitar pukul 07.00 WIB, pezikir berkumpul di salah satu rumah tokoh masyarakat untuk makan bersama terlebih dulu. Usai itu, para pezikir menuju masjid untuk melaksanakan zikir Mulud dengan membacakan kitab barzanji. Saat zikir Mulud, kaum perempuan tidak diperkenankan ikut serta. Usai zikir Mulud, dilaksanakan ngarak panjang. Diawali dengan kelompok kesenian terbang gede yang berjalan sambil membaca salawat. Mereka mendatangi rumah ke rumah yang membuat panjang. Pembuat panjang akan menandai rumahnya dengan petasan yang digantungkan di pagar atau pohon.
Begitu kelompok kesenian terbang gede akan sampai ke suatu rumah, petasan dinyalakan. Selain sebagai penyambutan, juga untuk memeriahkan acara. Selanjutnya si empunya rumah akan memberikan uang sawer sebagai sedekah. Setelah sedekah diterima, petugas bersama-sama dengan pemilik panjang mengarak panjang ke masjid. Arak-arakan berakhir di tanah lapang di depan masjid. Selanjutnya panitia membagikan panjang untuk kampung per kampung melalui perwakilannya yang datang dan setelah itu isinya akan diperebutkan oleh kelompok ngeropok (sekelompok orang yang mencari berkat).
Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/ngarak-panjang-mulud-di-kabupaten-serang-banten/