Oleh: Ria Andayani Somantri
Karembong dapat dikatagorikan sebagai pakaian dalam wanita Baduy di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Ada perbedaan antara karembong yang digunakan oleh wanita Baduy di Tangtu dan di Panamping, khususnya terkait bahan yang digunakan. Karembong yang digunakan oleh wanita Baduy di Tangtu dibuat dari kain tenun, berwarna hitam, panjangnya kira-kira 2 meter, dan lebarnya sekitar 30 cm. Di Baduy Panamping/Baduy Luar, karembong dibuat dari merong ‘kain berwarna biru dengan motif batik khas Baduy, dengan ukuran panjang dan lebar yang hampir sama dengan karembong yang digunakan di Tangtu.
Karembong digunakan sebagai pakaian dalam bagian atas yang wajib dimiliki oleh kaum wanita Baduy. Akan tetapi, hal itu tidak berlaku untuk semua umur. Karembong digunakan pada saat seorang wanita memasuki usia remaja, yang salah satunya ditandai dengan pertumbuhan organ kewanitaan di bagian dada yang mulai membesar. Pada saat seperti itu, dia harus sudah mulai memakai karembong untuk menutupi bagian dadanya. Kalau pun ada anak kecil yang menggunakan karembong, dipastikan akan melorot. Dengan demikian, karembong berfungsi untuk menutupi organ penting bagi mereka, yakni dari dada sampai dengan pinggang. Bagi wanita Baduy Tangtu, karembong beserta kelengkapan lainnya (baju atasan luar dan bawahan) digunakan sebagai pakaian sehari-hari mereka. Adapun bagi wanita Baduy Panamping, karembong berikut kelengkapan lainnya yang hampir sama digunakan saat mereka mengikuti kegiatan upacara adat.
Cara menggunakan karembong cukup sederhana, yakni dengan melilitkan karembong sebanyak dua kali putaran pada bagian dada. Agar karembong dapat menempel dengan kuat di bagian dada, kedua ujung karembong disimpul mati. Jika akan menghadiri acara hajatan, simpul tersebut biasanya direunceum-reunceum ‘diberi hiasan untaian mute-mute’.