WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Teka-Teki Mbah Tisna dan Jurus Andalan Pendekar Satria Kencana


Tangan kekar menerjang dengan cepat, kanan dan kiri silih berganti seolah menangkis serangan lawan di depannya. Di bawah lembayung senja dan angin yang berhembus dari barat ke timur, para pendekar tampak sedang berlatih.

Layaknya seorang Magalah yang setia menjaga istana dengan senjata tombak, mereka memasang kuda-kudanya untuk melancarkan jurus andalan yang sudah diturunkan dari gurunya terdahulu.

Padepokan Pencak Silat Satria Kencana berada dalam naungan Paguyuban Tali Wargi.

Amang Warno, begitulah dirinya akrab dipanggil. Sambil duduk bersila, ia menjelaskan apa itu Tali Wargi Satria Kencana.


“Perguruan Satria Kencana berdiri sejak tahun 2011 dan sampai sekarang anak didik kami sudah melewati tiga periode,” kata Amang Warno, mengenakan pakaian pangsi.

Amang Warno sibuk dengan kesehariannya menjadi guru bagi 25 orang anak yang ingin belajar kesenian Pencak Silat. Ia menjalani takdirnya sebagai penerus salah satu warisan Indonesia yang sudah ada sejak zaman dulu, dan kini telah diakui oleh dunia.

Di belakangnya para pendekar cilik sedang melakukan latihan dari beberapa jurus yang telah dipelajari selama di padepokan ini. Kang Warnotak segan mengutarakan apa jurus andalan yang dimiliki oleh perguruannya.

“Jurus andalan kita yang sudah turun temurun dari guru kita itu ‘Cilalawi Pleredan’. Dasarnya, setiap perguruan Tali Wargi punya ciri khas masing-masing yang dikembangkan,” kata Amang Warno, menengadah sambil mengisap sebatang tembakau.

Kendang Pencak yang dimiliki oleh Satira Kencana tampak jelas dari ciri khas ibingan yang lebih kreatif dan bergerak tidak pada satu jalur.

Nama dari Tali Wargi Satria Kencana, menurut Amang Warno, memang sudah melalangbuana dalam dunia persilatan. Mereka bahkan telah melahirkan para pendekar silat yang handal dan menjunjung tinggi tata krama dan kehormatan.

“Tata krama itu sebagai modal dasar yang harus ditanam dalam setiap anak didik yang belajar pencak silat di kami, karena itu akan menjadi modal utama untuk hidup mereka,” kata dia.

Kebanyakan para anak didiknya masih duduk di bangku SD dan SMP. Lekukan badan dan gerakan mereka begitu elok dan sangat lincah.

Perjuangan Amang Warno melestrikan warisan gurunya sudah terbukti hingga sekarang. Apa yang sudah ia dapat, lantas diberikan kepada muridnya sebagai bentuk pertahanan diri.

“Dulu ada yang namanya Mbah Tisna. Dia hijrah ke Plered (Purwakarta) pada tahun 1892 dan mendirikan perguruan Pencak Silat yang sampaise karang diteruskan oleh anak cucunya dan juga kita,” kata Amang Warno.

Sejauh ini Paguyuban Tali Wargi memiliki 13 padepokan silat yang tersebar di berbagai titik dan beberapa wilayah di Jawa Barat.

“Sudah ada 13 yang terdata dan bisa lebih lagi, karena sudah tersebar di beberapa wilayah Jawa Barat,” kata dia.

Seolah mengingat asal muasal tempatnya berlatih, Amang Warno memejamkan mata untuk memutar memori dan mengingat awalnya terbentuk Tali Wargi.

Seorang bernama Abah Duyeh yang tak lain keturunan dari Mbah Tisna mengembangkan perguruannya sehingga lahir dengan nama Tali Wargi Muda. Perguruan ini lalu diisi oleh Abah Hasan, Abah Komay, Abah Wowong, dan Abah Adam. Seiring waktu, Tali Wargi Muda semakin berkembang pesat dan hidup hingga kini.

“Mbah Tisna itu setahu saya hijrah ke Plered. Mengenai asal-usulnya kami belum tahu. Orang-orang dulu kan dikenal punya nama lebih dari satu. Kebetulan kami sudah pernah cari tahu tentang Mbah Tisna,” kata dia sambil tersenyum bangga atas jasa guru-gurunya.

“Saya punya amanah dari orang tua saya untuk menjaga danmelestarikan Pencak Silat ini,” kata Amang Warno melanjutkan.

Warisan Indonesia melalui Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Jawa Barat selalu membuka lebar untuk menjaga nilai-nilai yang sudah semestinya dijaga dan diteruskan oleh anak cucu di masa depan. (MSN)

Sumber: https://beritainspira.com/teka-teki-mbah-tisna-dan-jurus-andalan-pendekar-satria-kencana/

Popular Posts