Kunto Sofianto, Widyo Nugrahanto, Agusmanon Yuniadi, Miftahul Falah
ABSTRACT
Artikel ini membincangkan pembauran antara kaum bumiputra, terutama masyarakat Sunda dan etnis Cina di Kota Garut, Jawa Barat sejak zaman kolonial Belanda hingga post kemerdekaan Republik Indonesia (RI) 1945. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri empat tahap, yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Untuk membantu eksplanasi tentang pembauran itu, penulis menggunakan pendekatan sosiologi, antropologi, psikologi, dan ilmu politik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua faktor yang menyulitkan terjadinya pembauran antara kaum bumiputra dan kelompok etnis Cina. Faktor pertama, yaitu akar sejarah yakni status kelompok etnis Cina lebih tinggi daripada golongan bumiputra. Faktor kedua, perasaan Chinese Culturalism yang masih tertanam kuat di kalangan kelompok etnis Cina. Akibatnya, perasaan itu mengarahkan mereka kepada sikap untuk senantiasa berorientasi kepada budaya leluhurnya yang memang sudah tua. Kedua faktor tersebut menyebabkan eksistensi masyarakat etnis Cina di Kota Garut, baik sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia.
This article discusses integration between indigenous, especially Sundanese people and group of Chinese ethnic in Garut City, West Java since the Dutch colonial era until the post independence of the Republic of Indonesia (RI) 1945. Method used in this research is historical method consisting of four steps, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. To assist the explanation of the assimilation, the author uses social sciences, especially sociology, anthropology, psychology, and political science. The conclusion of this research appears to be two factors causing the difficulty of asimilation between Sundanese people and ethnic Chinese group. The first factor, the historical roots in which the Dutch Colonial Government classified Chinese ethnic group into higher position of legal and social than Sundanese people. The second factor, a strong sense of Chinese Culturalism that is still embedded in Chinese ethnic groups, namely a sense that always glorifies the culture of its ancestors. As a result, that a sense leads them to the attitude of always being oriented to the ancient culture of their ancestors. Both factors led to the existence of Chinese ethnic communities in Garut City, increasing prominently, both before and after Indonesian independence.
KEYWORDS
Chinese, Garut, education, language, marriage, religion, and housing
FULL TEXT:PDF
REFERENCES
DAFTAR SUMBER
Jurnal, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian
Hidayat, Asep Achmad. 2014. Kerusuh-an Anti-Cina di Kota Garut Tahun 1963. Disertasi. Jakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.
Hudaya, Bambang. 1998. “Pembauran Identitas Etnik di Kalangan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada” dalam Jurnal Humaniora. Nomor 9. November-Desember 1998. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Kartika, N. 2000. “Etnis Tionghoa dan Peranannya dalam Pembangunan Jakarta Tahun 1966-1977”, dalam Jurnal Sastra, Volume 8 No. 5 Juli 2000.
Rochmawati. 2004. “Pembauran yang Tidak Pernah Selesai”, dalam Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 6 No. 2 Tahun 2004.
Suratminto, Lilie. 2004. “Pembantaian Etnis Cina di Batavia 1740 Dampak Konflik Golongan “Prinsgezinden” dan “Staatsgezinden” di Belanda ?”, dalam Jurnal Wacana Vol 6, No. 1, April 2004.
Wang, Gung-Wu. 1994. “Sojourning: The Chinese Experience in Southeast Asia” in Asian Culture. No. 18. Kualalumpur.
Buku
Al-Qurtuby, Sumanto. 2003. Arus Cina Islam Jawa. Cet. K-2. Yogya-karta: Ahimskarya Press.
Antariksa. 2016. Teori & Metode Pelestarian Kawasan Pecinan. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.
Blekker P. 1869. “Nieuwe Bijdragen tot de Kennis der Bevolking-statistiek van Java” dalam Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 16de Deel, 4deAfl., [3e Volgreeks, 4e Deel]. Batavia. Hlm. 482-483.
Die, Ong Eng. 1981. “Peranan Orang Tionghoa dalam Perdagangan”, dalam Mely G. Tan (ed.). Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia: Suatu Masalah Pem-binaan Kesatuan Bangsa. Jakarta: Gramedia.
Djie, Ting Liat. “De Economische Positie de Chineezen op Java” dalam Lim Twan Djie. 1995. Perdagangan Perantara Distribusi Orang-Orang Cina di Jawa; Suatu Studi Ekonomi. Jakarta: Gramedia.
Encyclopedie van Nederlandsche-Indie. 1917. Tweede Druk Eerste Deel. Leiden: s-Gravenhage Martinus Nijhoff.
Garoet, 1909. Collectie Kaarten van Nederlandsch Koloniaal. Inv. Nr. KIT 542201. Leiden: UBL.
Groeneveldt, W. P. 1960. Historical Notes on Indonesia & Malaya Compiled from Chinese Sources. Jakarta: Bhratara
Hidayat Z. M. 1993. Masyarakat dan Kebudayaan Cina di Indonesia. Bandung: Tarsito.
Husodo, Siswono Yudo. 1985. Warga Baru (Kasus Cina di Indone-sia), Jakarta: Lembaga Penerbitan Yayasan Padamu Negeri.
Kantor Statistik BPS Kabupapaten Garut. 2002. Kecamatan Garut Kota dalam Angka Tahun 2002. Garut: Kantor Statistik BPS Kabupaten Garut.
Laporan Vikariat di Gereja Kristen Pasundan Jemaat Garut. Garut: 1992
Lohanda. “Masalah Cina dalam Perjalanan Sejarah Cina di Indonesia”, dalam Pardede, dkk. 2002. Antara Prasangka dan Realita. Jakarta: Pustaka Inspirasi.
Notosusanto, Nugroho. 1978. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman). Jakarta: Yayasan Idayu.
Onghokham. 2017. Migrasi Cina, Kapitalisme Cina dan Anti Cina. Cetakan ke-2. Depok: Komunitas Bambu.
Panglaykim, J. dan I. Palmer. 1981. “Studi Mengenai Kewiraswasta-an di Negara-negara: Kisah Sebuah Perusahaan Tionghoa di Indonesia”, dalam Mely G. Tan (ed.). Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia: Suatu Masalah Pembinaan Kesatuan Bangsa. Jakarta: Gramedia.
Poerwanto, Hari. 2005. Orang Cina Khek dari Singkawang. Depok: Komunitas Bambu.
Purcell, Victor. 1981. Chinese in Southeast Asia. 2nd Edition. Kualalumpur: Oxford University Press.
Ricklefs, M.C. 1990. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Rochmawati. “Pembauran yang tak Pernah Selesai” dalam jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 6 No. 2, Tahun 2004.
Skinner, G. William. 1981. "Golongan Minoritas Tonghoa", dalam Mely G. Tan (ed.). Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia: Suatu Masalah Pembinaan Kesatuan Bangsa. Jakarta: Gramedia.
Sofianto, Kunto. 2001. Garoet Kota Intan Sejarah Lokal Kota Garut Sejak Zaman Kolonial Belanda Hingga Masa Kemerdekaan. Jatinangor: Alqaprint Jatinangor.
Staatsblad van Nederlandsch-Indie no. 204, tahun 1907.
Suryadinata, Leo. 1984. Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta: PT. Grafiti Pers.
Suryadinata, Leo. 2003. Jurnal Antropologi Indonesia 71.
Tan, Mely G. 1981. "Kata Pengantar", dalam Mely G. Tan (ed.). Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia: Suatu Masalah Pembinaan Kesatuan Bangsa. Jakarta: PT Gramedia.
Vasanty, Puspa. 1984. "Kebudayaan Orang Tionghoa di Indonesia", dalam Koentjaraningrat, ed. Manusia dan Kebu¬dayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Wertheim, W. F. 1959. Indonesian Society in Transition. The Hague-Bandung: Van Hoeve.
Winkelstraat, 1895. Collectie KITLV. Inv. Nr. 103366. Leiden: UBL.
Internet
Sebutan dan Tipe Keturunan Tionghoa di Indonesia. Diakses dari https://www.kaskus.co.id/thread/5742e4ecddd770a7518b456a/9-sebutan-dan-tipe-keturunan-tionghoa-di-indonesia/. Tanggal 20 Maret 2018. Pukul 12.52 WIB.
Apa itu Apartheid di Afrika Selatan? Diakses dari http://www.afri-can-union.org/apa-itu-apartheid-di-afrika-selatan/.Tanggal 20 Ma-ret 2018. Pukul 12.45 WIB.
Tjan Tian Soe. Diakses dari https:// naratasgaroet.net/2016/02/15/tjan-tian-soe/. Tanggal 20 Maret 2018. Pukul 11.41 WIB.
Majalah Sin Po, Desember 1937. Diakses dari http://majalah-sinpo.blogspot.co.id/2013/03/. Tanggal 21 Maret 2018. Pukul 13.27 WIB.