Irvan Setiawan
ABSTRACT
Kekayaan budaya Indonesia yang sangat beragam pada saat ini sedang menghadapi tantangan pelestarian akibat pengaruh budaya modern yang semakin mewabah pada sebagian besar generasi muda. Kesenian tradisional, salah satunya, merupakan unsur budaya yang sebenarnya dapat bertahan dengan cara mengkolaborasikan dengan gerak, tata panggung ataupun suara dari kesenian lainnya yang menjadi senjata cukup ampuh minimal untuk mempertahankan jumlah peminatnya. Lain halnya dengan kesenian tradisional yang masih erat dalam memegang teguh prosedur adat seperti halnya tari dibingi sebagai sebuah tari tradisional yang ada di Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung. Ketentuan untuk mengadakan tahapan baik sebelum dan setelah pergelaran, membuat seniman kesulitan untuk mempergelarkan tari dibingi. Penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif ini merupakan sebuah penggalian data awal sebagai salah satu upaya memperkenalkan kembali keberadaan tari dibingi di tengah masyarakat khususnya masyarakat di Kabupaten Pesisir Barat.
Indonesia's diverse cultural richness is currently facing the challenge of conservation due to the increasingly prevalent modern culture in most of the younger generation. Traditional art is one of them, which is an element of culture that can actually survive by collaborating with movements, stage performance, or the sound of other arts. It becomes a minimal powerful weapon to maintain the number of interested ones. It is different with the traditional arts that are still closely held to the traditional procedures, such as Dibingi Dance as a traditional dance in Pesisir Barat Regency, Lampung Province. The stages of rule to perform Dibingi Dance, both before and after, create difficulties for the artists. This qualitative descriptive research is an initial data extraction that attempts to reintroduce the existence of Dibingi Dance in the community, especially the people in Pesisir Barat Regency.
KEYWORDS
Tari dibingi, Pesisir Barat, Lampung.
FULL TEXT:PDF
REFERENCES
Makalah, Laporan Penelitian, Skripsi, Tesis, dan Jurnal
Ratih, Endang E.W, 2001
“Fungsi Tari sebagai Seni Pertunjukan”, dalam Harmonia, Vol.2 No.2/Mei-Agustus 2001
Rosyadi, 2016
“Kesenian Gondang sebagai Representasi Tradisi Masyarakat Petani di Jawa Barat”, dalam Patanjala Vol. 8 No. 3 September 2016: 397- 412.
Sabaruddin. 2012.
Pepadun dan Saibatin/Pesisir. Jakarta. Buletin Way Lima Manjau.
Susanti, B. M. 2000
“Penelitian Tentang Perempuan Dari Pandangan Androsentris ke Perspektif Gender”. Dalam EKSPRESI Dari Bias lelaki menuju Kesetaraan Gender Jurnal ISI Yogyakarta.
Buku
C. Barth. 1970.
Theologi Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Khasanah dan Safitri. 2009.
Tari-tarian Nusantara. Jakarta: Azka Press.
R. Soedarsono. 1988.
Kamus Istilah Teologi, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Soedarsono. 1978.
Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia.
Suharto. 1985.
Komposisi tari sebuah petunjuk praktis bagi guru: (terj. Jacqueline Smith). Yogyakarta: Ikalasti Yogyakarta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008
Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa.
Tim Penyusun Kabupaten Pesisir Barat dalam Angka 2016
Kabupaten Pesisir Barat dalam Angka Tahun 2016, Krui: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesisir Barat.
Waluyo, Harry, 2009
Practical Handbook for Inventory of Intangible Cultural Heritage of Indonesia, Jakarta: Ministry of Culture and Tourism in collaboration with UNESCO Office.
Internet
Saliwa, “Tata Titi Pakaian Adat Sekala Brak”, dalam http://www.kerajaansekalabrak. com/2017/04/aturan-pakaian-tradisional-sekala-brak.html tanggal 4 April 2017
Home »
Patanjala
» TARI DIBINGI: SEBUAH UPAYA PENGGALIAN DATA AWAL TARIAN TRADISIONAL YANG TERANCAM PUNAH DI KABUPATEN PESISIR BARAT, LAMPUNG