Oleh: Nina Merlina
Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur dan merupakan batas, sekaligus pintu gerbang Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah di nusantara yang mempunyai keunikan-keunikan dan kekhasan budaya. Dengan keunikan dan kekhasan budayanya itu, menjadikan Kabupaten Cirebon sebagai salah satu kabupaten yang menarik dan menjadikan prioritas kunjungan para wisatawan. Posisinya sebagai kota pelabuhan membuat berbagai kebudayaan dari luar Nusantara masuk ke dalam masyarakat Cirebon yang kemudian berakulturasi dengan kebudayaan setempat. Hal ini mempengaruhi artefak kebudayaan yang ada di Cirebon, salah satunya adalah lukisan kaca atau seni lukis kaca.
Seni lukis merupakan salah satu karya seni dua dimensi yang semua orang hampir mengetahuinya, mulai dari seni lukis yang realistis sampai yang dekoratif. Semua itu bergantung bagaimana seorang seniman atau pengrajin menganut aliran atau paham dalam berkarya seni lukis. Seni lukis kaca merupakan salah satu karya seni atau benda seni, oleh sebab itu untuk dapat dikatakan benda atau karya yang mempunyai nilai estetis dapat dilihat dari unsur-unsur rupa serta prinsip-prinsip desain yang dipakai dan menjadi serangkaian yang berpadu menjadi kesatuan yang utuh dan menjadi satu karya yang indah.
1. Asal usul
Seni Lukis Kaca
Seni lukis
kaca yang ada di Kabupaten Cirebon, diperkirakan mulai ada sekitar abad ke-18,
ketika Sultan membuat lambing kebesaran keraton Cirebon. Lambing itu berbentuk
Harimau (macan) yang dilukis bertuliskan huruf Arab (kaligrafi) di atas
selembar kaca bening. Lambing keraton Cirebon itu dikenal dengan sebutan “Macan
Ali”. Keindahan lukisan pada kaca tersebut membuat seniman Cirebon lainnya
mengembangkan di luar keraton pada kira-kira abad ke-19. Pada awalnya seni
lukis kaca di luar keraton Cirebon terdapat pada sandaran kursi dan kaca-kaca
jendela/pintu kemudian berkembang pada obyek lukisan yang bernafaskan Islam,
seperti Ka’bah, masjid, dan buroq. Bahkan lukisan semacam itu oleh masyarakat
pedesaan disebut figura (lukisan berbingkai).
Baru pada abad ke-20 seni lukis kaca mulai berkembang dengan teknis pengerjaan yang lebih baik. Sasaran yang menjadi obyek lukisannya seperti wayang kulit, dan kaligrafi (Syahadat, ayat kursi, orang sedang shalat, dan sebagainya).
2. Peralatan:
Kaca bening
sebagai media lukisan satu lembar,
Cat kayu
sebagai pewarna secukupnya,
Kuas untuk
alat pengecat secukupnya,
Kertas untuk
sketsa atu lembar,
Tripleks untuk
pelapis secukupnya,
Bingkai kayu
untuk penghias tepi sebanyak empat batang,
Ballpoint
untuk membuat sketsa satu batang,
Penggaris
untuk membuat garis, satu batang.
3. Proses
Pembuatan
Persiapan :
Menyiapkan
sketsa gambar
Menyiapkan
kaca
Menyiapkana
tinta hitam dan kuas
Inti:
Meletakkan
sketsa gambar di atas meja
Meletakkan
kaca di atas sketsa
Membuat pola
gambar dengan tinta hitam
Penyaringan
Penutup :
a. Pemasangan
Bingkai
b. Pemasangan
lapisan kaca