WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Culture and History (Sejarah dan Kebudayaan), Philip Bagby

Review
Oleh
Drs. T. Dibyo Harsono, M. Hum.

Sejarah dan kebudayaan, merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan keberadaannya. Keberadaan ilmu-ilmu tersebut tidak bisa dilepaskan dari kemunculan ilmu-ilmu filsafat yang telah berkembang semenjak masanya Aristoteles. Pada masa lalu para filsuf, para pemikir telah mencari beragam daya upaya guna untuk memberikan penjelasan dari berbagai fenomena yang terjadi di dunia ini. Seperti halnya yang dicetuskan oleh Kepler, Plato, Marx, Gibbon, dan juga Toynbee.

Demikian pula di dalam bidang kajian sejarah, ada yang menyatakan bahwa kita harus mengesampingkan segala pertimbangan moral, kita tidak harus mencari bukti kebenaran (seperti halnya dalam kebenaran yang diajarkan agama Kristen atau Budha), demokrasi atau komunis.

Obyektivitas yang sempurna atau yang utuh merupakan hal yang mustahil, meskipun kita berusaha untuk mendekatinya. Sejarawan yang baik tentunya akan berusaha bersikap netral dan aktif dalam mengumpulkan data-data untuk mencari suatu kebenaran.

Pada abad ke-XIX ilmu fisika sedang naik daun, sehingga hal ini banyak mempengaruhi para sejarawan untuk mengadopsi metode-metode yang dianggap lebih rasional dalam menentukan atau memastikan kebenaran suatu peristiwa sejarah.

Sejarawan dalam perkembangannya selalu berusaha membuat atau menyusun suatu dalil-dalil yang umum, namun hal tersebut hanya bersifat sementara.

Metode sejarah juga ikut dalam menentukan suatu asumsi, misalnya saja tentang kredibilitas dari tipe suatu kesaksian yang pasti dari fakta-fakta yang pasti, suatu asumsi yang umum daripada dalil yang khusus.

Metodologi biasanya bersandar pada aturan-aturan logika induktif.

Aliran romantik pada umumnya membenarkan cara-cara berpikir dari kaum rasional abad ke-XVIII.

Seperti halnya Voltaire adalah gambaran sejarawan romantik awal, yang selalu berusaha bersikap jujur dan rasional.

Sejarah dan kebudayaan banyak memberikan dasar-dasar yang sangat penting dalam ilmu sejarah.

Historiografi merupakan penulisan laporan-laporan dari suatu peristiwa sejarah dan mengartikan kata sejarah bagi peristiwa-peristiwa itu sendiri.

Sejarawan selalu ingin memberikan suatu informasi yang akurat, sesuai dengan peristiwa yang sebenar-benarnya, berupa sejarah (Annals), kejadian (chronicle), atau bahkan prasasti (inscription).

Misalnya saja Heredotus sangat hati-hati dalam menyebutkan sumber-sumber tulisannya, dalam pengamatannya (observasi), dalam menulis kajian catatan sejarah, dan dalam menerima laporan-laporan dari para saksi mata.

Sejarawan biasanya memberikan suatu penjelasan mengenai suatu peristiwa sejarah dengan cara menghadirkannya dalam berbagai kaitan, dalam bentuk narasi, namun ada juga yang bersifat spekulasi.

Sejarah juga memberi banyak keleluasaan bagi para pembacanya untuk memberikan suatu penafsiran sendiri.

Aliran rasionalisme dan individualisme mencapai puncaknya pada abad ke-XVII di Perancis (pada masa Louis XIV).

Perkembangan aliran ini seiring dengan ekspresi kebudayaan yang menyebar ke berbagai daerah lain, dari Yunani ke daerah mediterania, Italia, Sicilia, Eropa, Amerika, dan ke daerah-daerah lain di luar Eropa dan Amerika.

Adanya suatu perubahan pada hal-hal yang berbau kepercayaan, kemudian diikuti di mana ada masa suatu alasan (age of reason), dan abad ekspansi, kemudian pada saat ini memasuki suatu masa dimana menurut Toynbee disebut sebagai masa sulit, sedangkan menurut Spengler adalah suatu masa keadaan yang saling bertentangan (kontradiktif).

Ada suatu persamaan antara dunia modern dengan situasi atau keadaan di masa lalu. Seperti halnya Jepang merupakan negara yang mempunyai armada angkatan laut yang kuat, dan ini merupakan adopsi atau diadopsi dari masa Yunani, kedua negara ini sama-sama memiliki tingkat kebudayaan yang tinggi dan tua.

Demikian juga dengan Jerman dan Macedonia.

Demikian juga dengan perkembangan sejarah dan kebudayaan dari negara-negara seperti Cina, Timur Tengah (negara-negara Arab), yang juga telah banyak mengalami pasang surut, jatuh bangun dalam masa pertumbuhannya dan masa perkembangannya, mengalami masa dimana kemajuan telah dapat dicapai kemudian masa surut atau kemunduran peradaban.

Para ahli antropologi juga berusaha untuk memberikan suatu definisi yang membedakan hal yang berkaitan dengan kultur, kebudayaan, tradisi, yang juga merupakan warisan atau yang dianggap sebagai suatu pusaka oleh masyarakat tertentu.

Jika kultur dianggap sebagai sesuatu hal yang teratur yang kemudian dalam antropologi muncul adanya culture trait yang terbentuk dari ciri kepribadian, yang kemudian secara bersama-sama didapati dalam culture complex.

Kebudayaan adalah keteraturan dalam tingkah laku, internal, dan eksternal dari anggota masyarakat, keteraturan tersebut merupakan hasil dari warisan yang turun temurun. Kebudayaan sebagai akumulasi dari pengalaman untuk menjawab tantangan yang ada di sekitar manusia tersebut, seperti halnya kebudayaan Eskimo, kebudayaan Cina, kebudayaan primitif, kebudayaan Inggris, dan lain sebagainya.

Sistem nilai dapat dibedakan dalam prinsip umum dan prinsip etika filsafat. Saat ini sistem nilai dalam prinsip umum tidak lagi sekedar hal-hal yang berdasarkan pada pengalaman dan pengamatan, namun juga reaksi emosional yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Historiografi Barat
Memberikan gambaran perihal zaman Pra Sejarah sekitar 18.000 sampai dengan 7.000 Sebelum Masehi (SM), yakni tentang gambar-gambar arkais yang tersebar di berbagai belahan dunia.

Sampai dengan diketemukannya sumber tertulis (masa sejarah) sekitar tahun 3000 SM pada masyarakat Mesir (huruf hieroglif dan simbol-simbol).

Demikian pula halnya dengan perhitungan tentang waktu, bahwa pada mulanya penentuan kalender itu ditentukan oleh Tuhan, sebab terkait dengan agama. Adanya kalender paling sederhana yang didasarkan pada peredaran bulan. Kemudian juga berdasarkan pada peredaran matahari yang kemudian dijadikan sebagai kelender modern. Adanya penentuan waktu tersebut sangat bermanfaat dalam penulisan sejarah yang sistematis dan kronologis.

Historiografi Barat memberikan gambaran mengenai para sejarawan memberikan tafsiran dan menuliskan kembali fakta sejarah, dalam hal ini tulisan yang berkenaan dengan para tokoh yang dianggap mempunyai peranan penting dalam sejarah, khususnya di Eropa yang dijadikan kiblat oleh para sejarawan Indonesia.

Misalnya tulisan perihal Herodotus sampai dengan Henri Pirenne, kemudian James Harvey sejarawan Amerika yang dikenal sebagai pencetus pemikiran New History yang menekankan adanya pendekatan ekonomi dan sosiologi dalam wacana sejarah, dan hal ini sejalan dengan pemikiran mazhab Annales di Perancis.

Herodotus (c. 490 SM – c.430 SM), dianggap sebagai Bapak Sejarah dan juga sebagai Bapak Antropologi. Herodotus menuliskan tentang peperangan, apa yang dikerjakan orang dalam peperangan antara orang Yunani dengan orang-orang Barbar, dan penyebab permusuhan tersebut. Juga menuliskan yang berkaitan dengan adat-istiadat, hukum, dan agama.

Thucydides (c.456 SM – 404 SM), sebagai sejarawan pertama di dunia yang benar-benar bersikap kritis. Pensiunan jenderal muda ini banyak melakukan perjalanan dan penelitian terutama yang berkaitan dengan sejarah dan peperangan. Menurutnya penyebab peperangan ada sebab ringan, dan sebab luas atau dalam. Penyebab terjadinya peperangan sesungguhnya adalah pertumbuhan kekuatan Athena dan bahaya yang diilhami dari Lacedaemon. Akurasi, relevansi, dan konsentrasi tentang sejarah kontemporer, khususnya masalah politik menjadi perhatian Thucydides.

Polybius (c. 198 SM – 125 SM), penemu gagasan untuk penulisan sejarah tentang cara-cara dan jenis kebijakan yang menyebabkan daerah-daerah yang berpenghuni di dunia ditaklukkan dan jatuh dalam kekuasaan Romawi, dalam waktu tidak sampai 53 tahun.

Julius Caesar (c. 101 SM – 44 SM), seorang politisi, administrator, jenderal, orator, dan pengarang yang hebat. Setelah menjadi penguasa kemudian melakukan reformasi di bidang konstitusi dan memperbaiki kondisi di seluruh kekaisaran, sehingga banyak membawa perbaikan dalam kehidupan. Dia tidak hanya sebagai pelaku atau pembuat sejarah namun juga sebagai penulis sejarah.

Titus Livius (Livy) (c. 59 SM – 17 AD), sejarawan yang banyak menulis tentang kebesaran Romawi, tidak ada negara yang lebih besar dari Romawi. Merupakan penulis sejarah yang brilian dan imajinatif.

Augustine (354 – 430), menuliskan karya-karya sastra yang agung, karya teologi, menguraikan arti sejarah dan ajaran Kristen. Augustine menyebut dirinya sebagai orang Romawi terakhir, sedangkan untuk kalangan Kristen Barat dianggap salah satu orang pertama dan terbesar di dunia Katolik.

Orosius (c. 380 – 420), memanfaatkan ilmu pengetahuan klasik, meringkas berbagai karya sejarah zaman Babylonia, Macedonia, Kartago, dan Roma, kemudian dimasukkan dalam deskripsi ringkas tentang geografi dunia. Memberikan sumbangan dalam filsafat sejarah, suatu filsafat Kristen yang beralih dari konsepsi klasik dan mengakarkan dirinya dalam teologi Injil dan patristik.

Otto of Freising (c. 1113 – 1158), disebut sebagai filsuf sejarah pertama. Sebagai penganut faham Augustine, namun juga seorang sejarawan empiris yang mengakui adanya fakta tentang perkembangan gereja dan negara di Eropa Barat.

Niccolo Machiavelli (1469 – 1527), seorang politikus praktis yang getol dengan tindakan nyata dan dapat diterapkan secara spontan. Praktek kekuasaan yang nyata tidak ada hubungannya dengan moralitas, dan kekuasaan itu sekuler serta tidak ada hubungannya dengan dunia gaib.

Jean Mabillon (1623 – 1707), salah satu pencetus pemikiran manusia yang benar-benar akbar di bidang kritisisme dokumen-dokumen arsip. Dianggap sebagai ahli yang penting dalam pengetahuan sejarah.

David Hume (1711 – 1776), diakui sebagai filsuf empiris yang paling brilian dari Inggris. Sebagai sejarawan dia membuat jelas maksud atau tujuannya sebagai seorang filsuf. Juga disebut sebagai penulis terbesar dari Inggris oleh James Boswell.

Voltaire (1694 – 1778), merupakan penulis yang paling representatif dari zaman pencerahan. Dalam sejarah juga dikenal sebagai seorang penyair, penulis drama, penulis essay, penulis cerita pendek, filosof, dan sejarawan. Dia sangat memuji toleransi beragama serta kebebasan yang dimiliki orang Inggris, dan mengecam hirarki gereja yang kaku dan penindasan terhadap kebebasan yang paling mendasar. Sehingga dikenal sebagai wakil orang Perancis yang tertindas.

Edward Gibbon (1737 – 1794), merupakan penulis historis terbesar dalam bahasa Inggris, dan terdahsyat dalam sejarah kemanusiaan, banyak menulis observasi historis dan juga humor yang tajam. Banyak mengkaji mata uang dan prasasti, serta barang antik. Dia secara penuh menceritakan multiplitas penyebab keruntuhan suatu peradaban.

Leopold Von Ranke (1795 – 1886), sebagai penulis yang menerapkan metode filologi kritis, juga aktif mengajar sejarah di Gymnasium (Frankfurt). Merupakan sejarawan yang paling berpengaruh di abad ke-19. Merupakan Bapak Ilmu Sejarah Modern (Sejarah Kritis), bahwa sejarah yang ditulis haruslah sebagaimana peristiwa itu terjadi. Sumbangan terbesar dalam ilmu sejarah adalah tentang kritik eksternal dan kritik internal, yang berguna untuk menguji kredibilitas sebuah sumber. Ranke menjadi model untuk pengetahuan sejarah yang profesional di abad ke-19.

Marc Bloch (1886 – 1944), pakar masalah sejarah abad pertengahan. Menerbitkan majalah Annales d’histoire Economique et Sociale, sehingga memunculkan mazhab Annales, suatu pendekatan sejarah yang baru.

Henri Pirenne (1863 – 1935), mengkaji gerakan sosial dan dianalisis dari berbagai segi khususnya aspek politik, sosial, dan ekonomi. Bersama Georges Epinas juga menulis tentang sejarah industri. Merupakan pioner dalam sejarah demografi.

James Harvey Robinson (1863 – 1936), pendiri aliran pemikiran sejarah yang dikenal sebagai New History, yang menekankan perlunya pendekatan ekonomi dan sosiologi dalam wacana sejarah. Mempunyai pengaruh yang luas dalam penulisan sejarah di Amerika, sehingga memunculkan adanya aliran Robinson.

New Historian berpendirian tetap sebagai sejarawan lama dengan anggapan bahwa penulisan sejarah ilmiah memerlukan pengujian kritis yang cermat dan evaluasi sumber daya yang teliti.

Jerman menjadi kiblat banyak sejarawan di dunia ini, khususnya Indonesia juga banyak berkiblat pada sejarawan Jerman.

Ilmu-ilmu sosial banyak memberikan sumbangan pada ilmu sejarah, sehingga banyak memunculkan sejarawan-sejaran muda di Eropa (Jerman, Perancis).

Sejarah dianggap penting untuk dapat menyelidiki secara kritis masa lalu, memiliki tanggungjawab politik. Sehingga banyak memunculkan varian dalam sejarah seperti sejarah buruh, sejarah wanita, sejarah sosial, dan masih banyak lagi.

Popular Posts