WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Menebar Kearifan Lokal Lewat Film Horor


Tradisi bertani di Desa Mekarjaya, Kecamatan Kiarapedes Kabupaten Purwakarta dibuat film dokumenter oleh Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Jabar.Tradisi bertani di desa itu mengedepankan ketahanan pangan lewat nabung di leuit (tempat menyimpan padi) hingga cara tanam padi misalnya, menggiling dengan cara menumbuk.

Film dokumenter tentang kearifan lokal pertanian warga ini dikemas dengan konsep sinetron bergenre horor komedi. Untuk penggarapannya, mereka menggandeng production house (PH) Sugita Zenza Sinema.

Ada alasan tersendiri mengapa film dokumenter ini diangkat dengan konsep sinetron bernuansa horor. Tujuannya agar bisa dinikmati beragam kalangan.

"Dengan kemasan seperti ini, pesannya bisa mudah dimengerti oleh masyarakat. Jadi, selain menggaungkan atau mengenalkan tradisi budaya kita, dari sisi edukasi pun ada," ujar Produser PH Ade Basuki di Purwakarta, Kamis (21/04/2022).

Pada salah satu adegan film itu misalnya, di sebuah ruangan bernama leuit, tempat menyimpan gabah, muncul sesosok makhluk yang mendatangi anak-anak yang hendak mengambil gabah untuk bermain.

"Tolong hargai perjuangan petani menghasilkan gabah ini," teriak makhluk tersebut.

Film pendek ini sendiri mengisahkan kehidupan masyarakat yang memegang teguh tradisi dalam bidang pertanian. "Dokumentari kebudayaan ini kita beri judul 'Hambur', kita kemas menjadi sinetron berdurasi 24 menit," jelas dia.

Hambur sendiri merupakan bahasa Sunda yang artinya boros. Judul itu diambil dengan membawa pesan agar tidak seenaknya membuang atau menghamburkan nasi.

"Jadi, kita ceritakan bagaimana nasi itu diproses, dari mulai tanam, panen hingga menjadi beras. Sebegitu panjangnya proses yang dilakukan para petani. Sehingga sangat tak elok jika kita masih membuang-buang nasi. Itu pesannya," jelas dia.

Adi menambahkan, film dokumentari ini rencananya akan ditayangkan setelah Lebaran. Dia berharap, dengan tayangan ini, masyarakat bisa lebih mencintai tradisi dan kebudayaan. Lebih dari itu, kebiasaan 'hambur' tak lagi terjadi.

Kepala BPNB Jabar Jumhari mengatakan, film dokumenter ini bagian dari program Dirjen Kebudayaan Kemendikbud. Film ini dijadikan media untuk penanaman nilai positif masyarakat.

"Sebenarnya program strategis tentang bagaimana jadikan budaya sebagai haluan pembangunan nasional," kata Jumhari.

Ia menambahkan, hambur diambil jadi judul karena ingin menyampaikan pesan terkait ketahanan pangan. "Film ini mengingatkan pada adik-adik pentingnya menjaga jerih payah petani yang bisa menghasilkan padi," ujar dia.

Abah Koko, tokoh adat di desa itu menyebut sudah lama leuit di daerahnya. Tiap panen, gabah disimpan di leuit. "Gabah di leuit ini bisa sampai 5 tahun, dari sawah seluas 750 hektare," ungkap Abah Koko.

Sumber: https://www.detik.com/jabar/berita/d-6044761/menebar-kearifan-lokal-lewat-film-horor

Popular Posts