Zainal Arifin
ABSTRACT
Provinsi Lampung adalah salah satu cerminan wilayah multikultural yang ada di Indonesia. Multikultural yang ada di wilayah Lampung tidak bisa dilepaskan dari terbukanya komunitasnya dalam menerima kehadiran etnis lain di wilayahnya, yang tertuang dalam nilai-nilai budaya piil pesenggiri yang mereka miliki. Akan tetapi, piil pesenggiri pula sering diklaim sebagai penyebab konflik yang sering melibatkan orang Lampung. Ini menunjukkan ada paradoks cara pandang dalam memahami piil pesenggiri sebagai identitas orang Lampung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualittif dengan teknik pengumpulan data wawancara dan observasi, yang ditujukan untuk membantah klaim bahwa konflik yang sering terjadi di wilayah Lampung, disebabkan karena menguatnya piil pesenggiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa piil pesenggiri sebagai identitas, justru mampu menciptakan harmoni dengan etnis lain. Melalui kasus komunitas Lampung di Way Kanan, mekanisme politik pengorganisasian identitas (politik identitas) tersebut, komunitas Lampung justru mampu menguatkan identitas piil pesenggiri-nya, sekaligus mampu menciptakan harmoni di tengah masyarakatrnya.
Lampung Province is a reflection of multicultural region in Indonesia. Multiculturalism in the region is related to the openness of the community in accepting the presence of other ethnic groups in the region. The principle of openness is contained in the values of the piil pesenggiri as as a part of their culture. But on the other hand, the piil pesenggiri was also often claimed as a cause of conflict involving frequently Lampungnese. This situation ilustrated the existence of paradoxes of perspective in understanding the piil pesenggiri as Lampung people's identity. The research employs a qualitative approach with interview and observation data collection techniques. The research purposes is to obtain findings to refute the claims of the piil pesenggiri as trigger of frequent conflict in Lampung. The results of the study demonstrates the facts contradicting the claims. The piil pesenggiri as identity actually was even able to create harmony with other ethnic groups. In the case of the Lampungnese community in Way Kanan, through the political mechanism of organizing identity (politics of identitiy), the Lampungnese community was able to strengthen the identity of the piil pesenggiri while at the same time being able to create harmony in the community.
KEYWORDS
politik identitas, multikultural, piil pesenggiri, Lampung Pepadun, Way Kanan Lampung.
FULL TEXT:PDF
REFERENCES
Altugan, A. S. (2015). The Relationship Between Cultural Identity and Learning. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 186, 1159-1162. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.04.161
Arifin, Z. (2017). Nagari Ba-Ampek Suku. Politicisation Mythical Origins of Minangkabau, The Eastern Anthropologist, 70 (1-2), 177-189.
Arifin, Z. (2018). Politik Perkawinan: Dualitas Praktik Sosial Masyarakat Minangkabau. Yogyakarta: Histokultura Garaha Ilmu.
Aristova, N. (2016). Rethinking Cultural Identities in The Context of Globalization: Linguistic Landscape of Kazan, Russia, as An Emerging Global City. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 236, 153-160. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.12.056
Badan Pusat Statistik. (2019). Kabupaten Way Kanan Dalam Angka. Blambangan Umpu: Badan Pusat Statistik Kabupaten Way Kanan.
Chandra, K. (2006). What is Ethnic Identity and Does It Matter? Annual Review of Political Science,9, 397-424. https://doi.org/10.1146/annurev.polisci.9.062404.170715
Chen, Y. (2017). “Cultural Identifications Theory”, dalam Young Yun Kim & Kelly L. McKay-Semmler (Eds), The International Encyclopedia of Intercultural Communication (pp.1-9). West Sussex, Wiley-Blackwell. https://doi.org/10.1002/9781118783665.ieicc0210
Creswell, J. (2014). Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Denzin, N. and Yvonna S. Lincoln (eds). 1994. Handbooks of Qualitative Research. London: Sage Publications.
Emberling, G. (1997). Ethnicity in Complex Societies: Archaeological Perspectives. Journal of Archaeological Research, 5(4), 295-344. https://doi.org/10.1007/BF02229256
Endrizal & Hendri, N. (2018). Politik Identitas: Konstruksi Sosial dan Relasi Kekuasaan. Jurnal Islam Realitas, 4(1), 1-13. https://doi.org/10.30983/islam_realitas.v4i1.463
Ganap, V. (2012). Konsep Multikultural dan Etnisitas Pribumi dalam Penelitian Seni. Jurnal Humaniora, 24(2), 136-167. https://doi.org/10.22146/jh.1058
Gupta, S. & Bhugra, D. (2009). Cultural Identity and Its Assessment. Psychiatry, 8(9), 333-334. https://doi.org/10.1016/j.mppsy.2009.06.003
Hefner, R. W. (2007). Politik Multikultural. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Hidayat, D., Kuswarno, E., Zubair, F. & Hafar, H. (2017). Negosiasi Citra Budaya Masyarakat Multikultural. Jurnal Aspikom, 3(2), 157-172.
Humaedi, M. A. (2014). Kegagalan Akulturasi Budaya dan Isu Agama dalam Konflik Lampung. Jurnal Analisa, 21(2),149-162. https://doi.org/10.18784/analisa.v21i02.11
Irhandayaningsih, A. (2012). Kajian Filosofis Terhadap Multikulturalisme Indonesia. Jurnal Humanika, 15(9), 1-8. https://doi.org/10.14710/humanika.15.9
Irianto, S. & Margaretha, R. (2011). Piil Pesenggiri: Modal Budaya dan Strategi Identitas Ulun Lampung. Jurnal Makara, Sosial Humaniora, 15(2), 140-150. https://doi.org/10.7454/mssh.v15i2.1420
Kalin, M. & Sambanis, N. (2018). How to Think About Social Identity. Annual Review of Political Science, 21, 239–57. https://doi.org/10.1146/annurev-polisci-042016-024408
Koentjaraningrat. (1994). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Konty, M. (2007). Authority and Conformity, dalam George Ritzer (Ed). The Blackwell Encyclopedia of Sociology (hlm.1-4). West Sussex, Wiley-Blackwell.
Kurniawan, R. C. (2017). Piil Pesenggiri: A Concept of Political Power in Lampung Culture. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 21 (1), 74-86. https://doi.org/10.22146/jsp.28702
Maher, N. (1994). Minangkabau Migration: Developing an Ethnic Identity in A Multicultural Society. Australian Geographical Studies, 32 (1), 58-68. https://doi.org/10.1111/j.1467-8470.1994.tb00660.x
May, S. (1999). Critical Multiculturalism and Cultural Difference: Avoiding Essentialism. Dalam Stephen May (eds), Critical Multiculturalism: Rethinking Multicultural and Antiracist Education. London: UK Falmer Press (hlm.12-45).
Miller, D. (1995). On Nationality. Oxford: Oxford University Press.
Mustika, I. W. (2011). Perkembangan Bentuk Pertunjukkan Sakura dalam Konteks Kehidupan Masyarakat Lampung Barat Tahun 1986–2009. Disertasi Antropologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/53567
Nurdin, A. F. (2009). Budaya Muakhi dan Pembangunan Daerah: Perspektif Filsafat Sosial Pada Komunitas Adat Pubian Di Lampung. Jurnal Al-Qalam, 26(3), 307-322. https://doi.org/10.32678/alqalam.v26i3.1558
Parekh, B. (2001). Rethinking Multiculturalism: Cultural Diversity and Political Theory. Cambridge, Mass: Harvard University Press.
Permana, R. H. (2019, Juli 18). Riwayat Panjang Konflik Tanah Berdarah di Mesuji. Diakses dari https://news.detik.com/berita/d-4629659/riwayat-panjang-konflik-tanah-berdarah-di-mesuji
Pranoto, H. & Wibowo, A. (2018). Identifikasi Nilai Kearifan Lokal (Local Wisdom) Piil Pesenggiri dan Perannya dalam Pelayanan Konseling Lintas Budaya. Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia, 3(2), 36-42. https://doi.org/10.26737/jbki.v3i2.714
Renaldy, R. (n.d.). Sejarah Kabupaten Way Kanan Lampung. Diakses dari https://www.sekitarlampung.com/sejarah-kabupaten-way-kanan-lampung/
Setyaningrum, A. (2003). Multikulturalisme Sebagai Identitas Kolektif, Kebijakan Politik dan Realitas Sosial. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 7(2), 243-260. https://doi.org/10.22146/jsp.11074
Sinaga, R. M. (2012). (Re)produksi Piil Pesenggiri: (Identitas Etnik Lampung dalam Hubungan dengan Pendatang). Jurnal Antropologi Indonesia, 33 (2), 98-109. https://doi.org/10.7454/ai.v33i2.2130
Sinaga, R. M. (2014). Revitalization of Tradition: A Changing Stigma. Study of Culture Piil Pesenggiri in Lampung. Disertasi Antropologi Universitas Indonesia.
Siswanto, E., Riyanto, A. & Bestari, P. (2014). The Cultural Preservation of Piil Pesenggiri in Lampung Multicultural Society: Citizenship Education Study in Baradatu, Eay Kanan. Jurnal Civicus, 18 (2), 140-160.
Spradley, J. P. & McCurdy, D.W. (1987). Conformity and Conflict. Reading in Cultural Anthropology (6th edition). Boston Toronto: Little, Brown and Company.
Suparlan, P. (2002a). Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural. Jurnal Antropologi Indonesia, 69, 98-105. https://doi.org/10.7454/ai.v0i69.3448
________. (2002b). Multikulturalisme. Jurnal Ketahanan Nasional, 6(1), 9-18. https://doi.org/10.22146/jkn.22069
Syaifuddin, A. F. (2006). Membumikan Multikulturalisme di Indonesia. Jurnal Etnovisi, 2(1), 3-11.
Thomas, K. K. (2014). Revitalisation of The Performing Arts in The Ancestral Homeland of Lampung People, Sumatra. Journal of Arts Discourse, 13, 29-55.
Utomo, H. K. (2012). Persamaan, Perbedaan dan Feminisme: Studi Kasus Konflik Sampang-Madura. Jurnal Makara, Sosial Humaniora, 16(2), 123-134.
Wasino. (2013). Indonesia: From Pluralism to Multiculturalism. Journal Paramita, 23(2), 148-155. https://doi.org/10.15294/paramita.v23i2.2665
Wibowo, A. (2018). Kajian Unsur Budaya Lampung dan Implikasinya Pada Pelaksanaan Konseling Lintas Budaya. Journal Fokus Konseling, 4 (2), 224-230. https://doi.org/0.26638/jfk.504.2099
Yanti, G., Hasyim, A. & Nurmalisa, Y. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pengangkonan dalam Adat Perkawinan Lampung Pepadun. Jurnal Kultur Demokrasi, 2(2), tanpa halaman.
Yusuf, H. (2016). Nilai-Nilai Islam dalam Falsafah Hidup Masyarakat Lampung. Kalam. Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, 10(1). 167-192. https://doi.org/10.24042/klm.v10i1.340
Zulfa, E. A. (2014). Bali-Nuraga Lampung: Identity Conflict Behind The Policy. Jurnal Hukum Internasional, 11(2), 261-284. https://doi.org/10.17304/ijil.vol11.2.279