MALAYSIA terus melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan pengakuan Beladiri Pencak Silat Melayu sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Oleh karena itu, Indonesia harus tampil tiga kali jelang ketuk palu penetapan Pencak Silat sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity di Markas UNESCO Paris Perancis, November mendatang.
Sesepuh pencak silat aliran Panglipur, Asep Gurwawan mengatakan bahwa pihaknya mengawali upaya mengajukan Pencak Silat agar diakui dunia sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia, atau Intangible Cultural Heritage of Humanity diingatkan oleh Duta Besar Deputy Wakil Tetap RI untuk UNESCO di Paris.
“Dalam beberapa hari ini saya terus melakukan kotak dengan Pak Surya Rosa Putra (Duta Besar/Deputy Wakil Tetap RI untuk UNESCO di Paris), bahwa menjelang penetakan (Pencak Silat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia) minimal harus tampil tiga kali dan paling cepat pada Juli,” ujar Bah Asep Gurwawan disela acara Panggih Pesilat Ibing Seni Bela Diri (Pangsi) Jilid 3, di Pendopo Mundinglaya Kampus Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Jalan Buah Batu 209 Bandung, Selasa (23/1/2019) malam.
Pihaknya sudah menghubungi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, khususnya Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud. “Demikian dengan pihak Disparbud Jabar, pihak Taman Budaya (UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat) mengegaskan bahwa tahun ini kegiatan penguatan pencak silat sebagai warisan budaya tak benda dunia asal Indonesia kembali tidak ada, jadi sejak tahun 2017 dilakukan pengajuan sudah dua kali West Java Usik Festival urung diselenggarakan, padahal agenda kegiatan sudah tercatat di UNESCO,” terang Bah Asep.
Hal ini berbeda dengan yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia yang sejak tahun 2015 tahu Indonesia telah melakukan pengajuan ke UNESCO mereka sudah menyusun berbagai kelengkapan. Bahkan, meski tahun pada tahun 2017 Indonesia sudah mengajukan dan tampil di markas UNESCO Paris, upaya Malaysia tidak bergeming bahkan membentuk Persatuan Dunia Seni Silat Melayu Malaysia (DSMM) serta Dewan Pariwisata Olahraga yang mengurus dan mengembangkan pencak silat sebagai olahraga sebagai daya tarik wisata.
Secara terpisah Kepala Bidang Pengkajian Kebudayaan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Tjep Dahyat mengakui bahwa pihaknya hingga saat ini masih terus melakukan koordinasi.
“Kami tengah mencoba mencari tahu apa dan bagaimana yang akan diperbuat oleh kami di dinas (Disbudpar Kota Bandung) dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya maupun Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud,” ujar Tjep.
Namun demikian untuk kegiatan penguatan pengakuan UNESCO terhadap pencak silat sebagai karya budaya asal Indonesia, pihaknya sudah berencana menggelar sejumlah kegiatan. Selain acara rutin sawala atau ngadu bako, juga menggelar beberapa kegiatan festival atau pasanggiri yang berkoordinasi dengan Bidang Kesenian dan Bidang Pariwisata.
Bahkan pihaknya menyambut baik Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung yang menggelar Panggih Pesilat Ibing Seni Bela Diri (Pangsi) pada 22 hingga 24 Januari mendatang yang diikuti lebih dari 700 peserta dari 36 paguron pencak silat.
“Pokoknya untuk mendapatkan kepercayaan pihak UNESCO bahwa benar pencak silat masih ada dan tumbuh di Indonesia, berbagai kegiatan harus diselenggarakan,” tegas Tjep (Kiki Kurnia)
Sumber: http://www.galamedianews.com