Lasmiyati
Abstrak
Pangeran Aria Suria Atmadja telah memajukan Sumedang di berbagai sektor seperti pertanian, perikanan, kehutanan, politik, kebudayaan, dan sektor lainnya. Atas jasa-jasanya dalam memajukan Sumedang, pada 25 April 1922 didirikan monumen berbentuk Lingga yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal D. Fock. Pada masa pemerintah kolonial Belanda di bawah Gubernur Jenderal Paul van Limburg Stirum menguasai wilayah Sumedang, Pangeran Aria Suria Atmadja mengusulkan agar para pemuda pribumi dilatih menggunakan senjata. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sosok Pangeran Aria Suria Atmadja, bagaimana dan dalam bidang apa beliau berkiprah untuk memajukan Sumedang dan bagaimana reaksi pemerintah kolonial terhadap kiprahnya. Tulisan berjudul Ditioeng Memeh Hudjan merupakan karya luhung Pangeran Aria Suria Atmadja yang berisikan keinginan, cita-cita, dan harapan untuk memajukan pemuda pribumi di Sumedang. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi bahwa usulan Pangeran Aria Suria Atmadja agar pemerintah kolonial melatih para pemuda untuk menggunakan senjata ditolak. Pemerintah kolonial bereaksi dengan membuat tiga benteng pertahanan di Sumedang.
Abstract
The prince Aria Suria Atmadja drummed up Sumedang in various sectors as well as agriculture, fishery, forestry, politics, culture, and other sectors. Because of his merit, on April 25th the Governor General D. Fock build a monumen, and the monumen shaped is Lingga (). In the era of Dutch colonialism, General Paul van Limburg Stirum hold the governor of Sumedang.In that time, Prince Aria Suria Atmadja was raising a new issue that the young people have to train in using a weapon (gun). What to do with this research is to know the figure of Prince Aria Suria Atmadja, especially to know the ways of Prince Aria in developing Sumedangand to find out the reaction of dutch collonial which is caused by the movement of the prince. The writtten entitled Ditioeng Memeh Hudjanis one of the greatest masterpiece of Prince Aria Suria Atmadja, which is containing his will, hope and expectation in drumming up young people in Sumedang. The method that writer used are related with Heuristic, criticism, interpretation, and historygraphy. The result of the research show us that the suggestions of Prince Aria Suria Atmadja related to the use weapon (gun) was rejected by the dutch collonial. The dutch collonial also build three defence fortress in Sumedang as the response to the movement.
Keywords: Sumedang, Pangeran Aria Suria Atmadja, pelatihan militer, Sumedang, Pangeran Aria Suria Atmadja, military training.
Diterbitkan dalam Patanjala Vol. 6, No 2, Juni 2014