Hal tersebut mengemuka dalam Seminar Sejarah “Mengkaji Ulang Hari Jadi Kab. Garut” yang diselenggarakan kerjasama Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bandung, Dinas Pariwisata Kab. Garut dan UNPAD di Pendopo Kab. Garut, pekan lalu.
Seminar yang menampilkan pembicara Drs. Warjita dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Garut, Drs. Deddy Efendie, Prof. DR. A. Sobana Hardjasaputra, dan Mumuh Muhsin Z. M.A. mengupas petikan-petikan sejarah terkait berdirinya Kab. Garut.
Warjita berpendapat, sejarah Kab. Garut merupakan proses panjang dari sejarah Limbangan sebagai daerah asalnya. “Limbangan semestinya tidak akan pernah lepas dari sejarah Kab. Garut. Dengan demikian, untuk menentukan sejarah Kab. Garut mesti bertitik tolak dari sejarah Limbangan,” katanya.
Dalam dokumen tertulis Lembaran Daerah Kab. Daerah Tingkat II Garut No. 3/1981 Seri D menyatakan, tahun 1963 Pemkab. Garut membentuk panitia I untuk mencari hari jadi Garut. Hasilnya, terdapat tanggal 15 September 1813 sebagai titimangsa atau tanggal pembuatan Jembatan Leuwidaun. Meski belum diketahui secara jelas kaitannya, namun tanggal tersebut dinyatakan sebagai Hari Jadi Garut hingga tahun 1982.
Pada 1982, dibentuk lagi panitia sejarah Garut ke-11, bertugas untuk mencari tanggal munculnya kata “garut” yang menjadi dasar nama kota. Panitia tersebut memperkirakan, munculnya kata “Garut” antara 16 Februari 1813 saat pengangkatan Tumenggung Adiwijaya menjadi Bupati Limbangan dan 15 September 1813. Waktu itu, berlangsung perintisan (ngabaladah) pembangunan Kota Garut. Dalam kegiatan tersebut, para pekerja kagarut (tergores) oleh duri tanaman perdu yang disebut Kigarut.(A-158/A-50)
Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com