WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Dodo Himbau Gali ‘Pencipta’ Kesenian Kuningan

Kuningan News - Hasil Inventarisasi Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPNST), yang menyatakan 6 kesenian khas Kabupaten Kuningan telah punah, mendapat tanggapan serius dari berbagai kalangan masyarakat. Salah satunya dari pemerhati Sejarah Kuningan, Syarif Juanda.

Agar terjaga kelestariannya, serta ada antisipasi terhadap punahnya kembali Kesenian khas Kuningan, Dodo menghimbau kepada Pemerintah Kabupaten Kuningan untuk menggali siapa yang dulu menciptakan berbagai kesenian tersebut. “Saya sebagai warga Kuningan, merasa prihatin sekali melihat sebagian kesenian khas Kuningan telah punah. Saya kira, hal ini jangan sampai terulang lagi, sehingga kita kehilangan nilai-nilai kesenian yang mestinya harus dilestarikan oleh kita semua,”terangnya kepada Kuningan News, Jum’at (23/9).

Untuk melestarikan seluruh kesenian yang masih ada kata Dodo, sapaan akrabnya, diharapkan pemkab Kuningan dapat menggali ‘Pencipta’ atau pemrakarsa kesenian Kuningan. Seni dan budaya itu terlahir dari suatu peradaban. Kurang baik ketika hasil karyanya didengung-dengungkan, sementara yang melahirkannya tidak dilirik.

“Untuk iru, seyogyanya Pemkab Kuningan konsen dalam menggali sejarah Kuningan, sehingga para pemrakarsa kesenian pun pasti akan diketahui,”himbaunya.

Dalam sejarah Kuningan yang dipahaminya lanjut Dodo, naskah cerita Parahyangan sangat jelas sekali menerangkan bahwa Sang Pandawa, Sang Wulan dan Sang Tumanggal adalah Raja Penguasa di Kuningan, yang kemudian diteruskan oleh Sang Seuweukarma.

“Jika hal itu benar-benar digali secara utuh, kemungkinan beberapa kesenian khas Kuningan tadi tidak mungkin punah. Kebangetan sekali jika seseorang tidak mengakui Bapak dan Ibunya, kenapa jasa orang tua itu dengan entengnya tidak diakui,”tuturnya.

Kedepan, Dodo mengharapkan agar Pemkab Kuningan menggali kembali sejarah Kuningan dengan baik dan benar. Sempurnakan dan luruskan sejarah Kuningan, dengan niatan yang tulus tanpa motif politik dan komersil. “Niatan itu sebagai wujud rasa hormat dan bakti terhadap orang tua. Insya Allah, jika begitu, nilkai-nilai budaya kebanggaan Kuningan akan dapat dipertahankan,”pungkasnya. (muh)

Popular Posts