Tawa lebar itu terlihat saat mereka memainkan sejumlah permainan anak tradisional khas Kuningan seperti ”perepet jengkol”,”momobilan”, dan ”sorodot gaplok”. Sejumlah permainan tradisional yang mulai dilupakan kalangan anak-anak massa kini hadir dalam kegiatan festival permainan anak-anak yang menjadi rangkaian acara Pekan Budaya, Seni dan Film 2011di Kabupaten Kuningan. Acara itu mendapatkan sambutan meriah dari para penonton yang sebagian besar anak-anak sekolah. Seluruh permainan dimainkan para siswa yang hadir. Meski mulai terlupakan, namun tampaknya anak-anak ini tetap mahir ketika memainkannya.
Seperti permainan ”sorodot gaplok”misalnya.Permainan ini memerlukan ketangkasan dan keseimbangan untuk bisa mengayunkan batu yang diletakkan di atas punggung kakinya.Dalam keadaan tertentu batu itu ditendangkan pada bata yang berdiri di depannya hingga roboh. Bagi yang tidak biasa, permainan itu dinilai sulit.Hal itu diakui Asep,seorang pelajar dari SMP Negeri 3 Kuningan. ”Susah menahan batu di atas punggung kaki,apalagi harus diayunkan kemudian dilemparkan ke sasaran.Tapi, permainan ini sangat seru dan mengasyikkan,”kata dia.
Begitu pun permainan ”perepet jengkol”.Dalam permainan ini para peserta yang terbagi dalam tiga kelompok harus bisa menahan keseimbangan dan keutuhan kelompoknya masing-masing sambil menahan kaki teman-temannya yang saling terkait. Mereka berlomba-lomba berjalan hingga ke garis finis dengan menggunakan satu kaki,sedangkan kaki satunya saling terkait dengan teman yang lain. Trya,siswa SMP Negeri 7 Kuningan,mengatakan,butuh kekompakan untuk bisa memainkan permainan ini.”Ketika kaki saling terkait,sangat sulit menahan keseimbangan. Namun jika seluruh anggota kelompok bisa seirama berjalan, maka permainan ini sangat mudah,”kata Trya.
Sementara itu,Toto Sucipto, Ketua Balai Pelestarian Seni dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bandung,selaku penyelenggara mengatakan,kegiatan festival permainan anak ini sengaja dilakukan untuk menumbuhkan kembali minat anak-anak terhadap permainan tradisional yang sebenarnya sangat bermanfaat dalam membentuk kepribadian mereka. ”Anak-anak sekarang lebih suka main game onlinedan playstasionyang lebih banyak mengajarkan kekerasan dan menjadi seorang yang individualis.
Berbeda dengan permainan tradisional jaman dulu seperti ‘perepet jengkol’,‘gatrik’, dan ‘sorodot gaplok’ yang membutuhkan kekompakan dan kebersamaan untuk memainkannya,” kata Toto. Menurut Toto,permainan tradisional tersebut sangat baik dalam membentuk perilaku dan pribadi anak dalam kehidupan sehari-hari sehingga berpengaruh dalam membentuk karakter bangsa.
Permainan-permainan tersebut tidak hanya mengajarkan kompetisi,namun juga mengajarkan anak bagaimana caranya menghargai teman,sportivitas,toleransi, dan kerja sama.
Sumber: http://www.seputar-indonesia.com