Oleh Dade Mahzuni
Abstrak
Rencana pemerintah untuk membangun bendungan atau waduk Jatigede tentunya akan membawa manfaat bagi masyarakat Sumedang khususnya dan Jawa Barat pada umumnya. Akan tetapi di balik manfaat dan keuntungan yang akan didapatkan dari pembangunan Waduk Jatigede tersebut, terdapat pula dampak negatifnya, yaitu berkaitan dengan keberadaan situs-situs sejarah yang terdapat di daerah setempat. Secara historis, situs-situs yang berada di daerah Jatigede dan sekitarnya, yang berjumlah sekitar 25 situs, merupakan peninggalan masa prasejarah (megalitikum) dan masa Kerajaan Tembong Agung atau Sumedang Larang. Oleh karena itu, keberadaan situs-situs tersebut memiliki arti dan nilai yang penting untuk pendalaman pengkajian sejarah kuno Jawa Barat.
Informasi arkeologis dan kesejarahan yang dikandung dalam situs-situs tersebut, baik secara tersurat mapun tersirat, mengandung makna bahwa masyarakat Jatigede dan sekitarnya, sejak awal keberadaannya sudah memiliki budaya yang mapan: masyarakat sudah hidup dengan pola menetap, memiliki pengetahuan dan pengalaman bercocok tanam dan membuat barang-barang keperluan rumah tangga dan keperluan hidup lainnya, mereka juga sudah memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme. Di samping itu, melihat arah dan posisi makam-makam pada sejumlah situs, menunjukkan makam Islam, tetapi dengan struktur makam berupa punden berundak. Hal ini menunjukkan telah terjadinya akulturasi budaya. Makna budaya pada situs juga tercermin dari cerita-cerita rakyat yang berkaitan dengan situs, yang di dalamnya mengandung nilai-nilai budaya dan sastra.
Apabila seluruh atau sebagian situs-situs yang berada di daerah Jatigede dan sekitarnya ditenggelamkan atau direlokasi ke tempat lain sejalan dengan pembangunan waduk Jatigede, maka makna dan nilai sejarah dan budayanya akan turut hilang atau berkurang. Hal ini disebabkan karena kesejarahan dan kebudayaan selalu berkaitan dengan tempat (site) dan benda-benda.
Kata kunci: situs jatigede, makna sejarah dan budaya
Abstract
The government plans to build a dam in Jatigede. This dam will be beneficial to the people of West Java, especially Sumedangians. On the other hand, the dam will have negative impacts on historical sites in the area. Jatigede has approximately 25 historical sites than spans from prehistoric period (megalithicum) to the time of Tembong Agung Kingdom or Sumedang Larang. These sites are very important to the study of ancient history of West Java.
From the historical and archaeological point of view, those sites inform us that the people of Jatigede developed a quite complex culture at that time: they lived sedentarily, and already had techniques and knowledge for cultivating lands. They also made household apparatus and any other equipments as well as developing beliefs in animism and dynamism. Their cemeteries show that there was acculturation between Islam (the orientation) and local beliefs (pyramidal structure). The folktales of the sites contain cultural and literary values.
If all the sites have to be drowned due to the construction of the dam, the historical meaning and values of them will be vanished forever.
Keywords: Jatigede site, cultural and historical meanings
Diterbitkan dalam Patanjala, Vol. 3 No. 3 September 2011