Oleh: Iim Imadudin
Abstrak
Semangat kewirausahaan dalam konteks kesukubangsaan masih sedikit mendapat perhatian. Minimnya perhatian tersebut terbatas pada etnis-etnis tertentu saja yang dikenal memiliki jiwa etnopreneurship. Penelitian ini berupaya memberikan gambaran bahwa dinamika internal sukubangsa Sunda yang tinggal di Garut memperlihatkan wataknya yang entrepreneurship. Selama ini Garut lebih banyak dikenal sebagai wilayah dengan kekayaan alam yang potensial sehingga menjadi daerah tujuan wisata yang penting. Selain itu, kekayaan kuliner juga sudah menjadi pengetahuan bersama masyarakat Jawa Barat pada khususnya. Sementara itu, pengembangan sumber daya manusia dalam konteks kultural jarang diungkap. Kekhasan ekonomi kreatif di daerah ini terletak pada spesialisasi profesi masing-masing desa. Meski masih terlalu dini, agaknya konsep one village, one product (satu kampung, satu produk) cukup tepat ditempatkan dalam konteks kewirausahaan di Garut. Tradisi merantau secara terbatas menunjukkan karakter khas masyarakat di wilayah Garut. Ada yang menetap dalam waktu yang cukup lama di wilayah lain. Akan tetapi, sebagian terbesar kembali pada waktu-waktu tertentu, bahkan menjadi comutter secara intensif.
Penelitian ini mencakup tiga bidang usaha yang berbeda, yaitu usaha batik garutan, industri kulit Sukaregang, dan tukang cukur Banyuresmi. Ketiga objek telitian tersebut dipetakan menurut dua kategori: kota-desa, surplus-minus. Sumber primer berasal dari wawancara lisan dengan para informan yang terlibat dengan aktivitas kewirausahaan. Sementara itu, sumber sekunder dari literatur. Kajian mengenai semangat kewirausahaan dalam konteks kesukubangsaan menjadi penting di tengah usaha untuk mengembangkan local genious di bidang ekonomi kreatif.
Kata kunci: etnopreneurship, sukubangsa, Garut
Abstract
The paper was based on the fact that exposing cultural context of human resources is not common in our country. This research tries to describe the great entrepreneurship of the Sundanese of Garut. They used to wander about (merantau) and commute very intensively to trade to other cities or regions. The uniqueness of the city is that every village has its own specialty. This research covers three kinds of business: batik garutan (a kind of batik with spesific motifs of Garut), leather industry in Sukaregang and barbers of Banyuresmi. Data were collected through interviews and bibliographic studies. The author came into conclusion that the study of entrepreneurship (in ethnical context) is very important in developing local genius in creative economy.
Keywords: entrepreneurship, ethnic, Garut
Diterbitkan dalam Patanjala, Vol. 3 No. 3 September 2011