Oleh: Hermana
Abstrak
Datangnya Ajaran Islam ke daerah Cirebon yang dibawa oleh para ulama yang berpusat di daerah Muara Jati. Raden Walang sungsang yang diperintahkan oleh Syekh Dathul Kafhi untuk membuka lahan di sekitar Lemah Wungkuk sekarang dikenal sebagai daerah Tegal Alang-alang, untuk menyebarkan Ajaran Islam ke daerah selatan Cirebon, pada saat itu masih termasuk ke dalam kekuasan Galuh Pajajaran. Penamaan Tegal Alang-Alang tidak terlepas dari kondisi tempat pada saat itu, yang banyak ditumbuhi sejenis rumput alang-alang. Perkembangan agama Islam sangat pesat setelah Syekh Syarif Hidayatullah memegang tampuk kekuasan di Kerajaan Cirebon. Perkembangan ini bukan hanya kekuasaan secara politik, tetapi juga secara sosial budaya. Untuk menunjang ekspansi kekuasaan perlu adanya daerah-daerah yang dikuasai. Pembukaan lahan untuk pemukiman penduduk perlu adanya nama tempat untuk daerah tersebut. Penamaan suatu daerah tidak terlepas dari sejarah budaya daerah tersebut. Asal-usul nama tempat di Kabupaten Cirebon tidak terlepas dari peran Pangeran Cakrabuana dan Syekh Syarif Hidayatullah. Panamaan satu tempat banyak yang berasal dari petatah petitih yang diucapkan oleh Pangeran Cakrabuana dan Syekh Syarif Hidayatulllah. Nama-nama tempat tersebut bisa terjadi hasil pekerjaan orang, perasaan orang, keadaan alam, sejenis nama pohon atau pun nama-nama benda yang ada pada saat daerah tersebut ditemukan.
Kata kunci: Asal-usul nama tempat, Cirebon.
Abstract
When Syekh Syarif Hidayatullah came into throne the spread of Islam in Cirebon was developing very rapidly, either politically or socio-culturally. Politically, the sultanate expanded its power to other regions and conquered them, resulting the need to open many lands for habitation. The new conquered lands needed new names and the names which were applied to them were closely related to the cultural history of the lands themselves. It was Pangeran (Prince) Cakrabuana and Syekh Syarif Hidayatullah who named the lands, based on their sayings as well as topograhic or morphological condition of each lands.
Keywords: Toponimy, Cirebon.
Diterbitkan dalam Patanjala, Vol. 3 No. 3 September 2011