WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

Rumah Junti Di Desa Juntikebon Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu

Oleh Ria Intani T

Abstrak
Desa Juntikebon Kecamatan Juntinyuat berada di Kabupaten Indramayu. Desa Juntikebon memiliki kekhasan dalam hal arsitektur rumah tinggal. Rumah tinggal penduduk asli Juntikebon berarsitektur tradisional. Bentuk rumahnya limasan dan srotongan dengan bahannya dari kayu dan bambu. Rumah limasan ditandai dengan bentuk atap berupa jajaran genjang, sedang rumah srotongan ditandai dengan bentuk atap segi tiga. Orang Junti (penggalan dari Juntikebon) rmenyebut rumah sejenis itu dengan rumah limasan dan srotongan. Orang di luar kecamatan sering menyebutnya dengan rumah Junti. Rumah limasan/srotongan/Junti menggunakan bahan-bahan yang pada umumnya diambil dari kebun sendiri. Selebihnya adalah dibeli dari lingkungan sekitar. Pekerja intinya adalah tukang bangunan dan tukang anyam, selebihnya adalah bantuan tenaga dari para tetangga. Dengan kondisi tenaga kerja yang demikian, pada umumnya membangun rumah limasan/srotongan/Junti selesai dalam kisaran waktu tiga minggu. Rumah limasan/srotongan/Junti dibangun dengan beradaptasi pada alam dan iklim setempat. Segala makna yang melekat pada bangunan rumah, sejatinya menggambarkan keyakinan serta pengharapan di dalam menjalani kehidupan.

Abstract
Desa/village Juntikebon, Kecamatan/district Juntinyuat (Kabupaten/regency Indramayu) has a distinctive architecture of traditional house, called limasan and srotongan. People outside the village call it rumah Junti (house of Junti). The uniqueness of this architecture is in its adaptive design to nature and weather, and every elements of the house depicts their faith and hopes in their life. Materials for building the limasan and srotongan are generally taken from their own gardens. Only some small amount are purchased from the surrounding area. The main workers are masons and artisan spesiallising in weaving bamboo wall, and the neighbours do the rest.

Keywords: arsitektur tradisional, rumah tinggal, adaptasi dengan alam, traditional architecture, houses, being adaptive to the nature.

Diterbitkan dalam Patanjala Vol. 4, No 1, Maret 2012

Popular Posts