Aziz Ali Haerulloh, Etty Saringendyanti, Ayu Septiani
ABSTRACT
Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari tahapan heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi, serta menggunakan pendekatan sosial ekonomi untuk menjelaskan secara kronologis pengaruh adanya persebaran industri batik terhadap kesejahteraan masyarakat Bandung, Cirebon, dan Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan sampel dalam mencari dan mengumpulkan data. Berdasarkan hasil penelitian studi pustaka, studi lapangan, observasi, dan wawancara, menunjukkan bahwa penyebaran budaya membatik berpengaruh terhadap munculnya industri batik yang berada di Bandung, Cirebon, dan Tasikmalaya. Ketiga daerah tersebut memiliki peran dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar yang memiiki keahlian dalam membatik, baik tulis maupun cap. Selain itu, industri batik di tiga kota tersebut memiliki skala produksi industri rumah tangga, kecil, dan menengah. Menjadi suatu hal yang menarik melihat persebaran dan dinamika industri batik dengan cara produksi tradisional di Bandung, Cirebon, dan Tasikmalaya berkembang pada saat Indonesia mengalami masa industrialisasi selama Orde Baru. Penelitian ini menunjukkan terjadinya pasang-surut industri batik tradisional di tengah-tengah gempuran modernisasi di bidang industri, tidak terkecuali dalam tekstil lokal.
The study used the historical method which included a number of stages, such as heuristics, criticism, interpretation, and historiography and also applied a socio-economic approach to explain chronologically the effect of the distribution of the batik industry on the welfare of the people of Bandung, Cirebon, and Tasikmalaya. The sample is used in this study to find and collect data. The results of literature study, field studies, observations, and interviews have revealed that the spread of batik culture has had a significant effect on the emergence of the batik industries in Bandung, Cirebon, and Tasikmalaya. The batik industries in the three regions has played an important role in creating jobs for local communities who have the expertise in doing the batik work, both the ‘batik tulis' and the ‘batik cap'. In addition, the batik industry in the three cities also has the industrial productions which includes either the household or small to medium scale. It is an interesting fact to see the distribution and the dynamics of the batik industry were produced through traditional production methods in Bandung, Cirebon and Tasikmalaya when Indonesia was experiencing a period of industrialization during the New Order. The research has shown that there have been ups and downs in the traditional batik industry amidst the threat of modernization in the industrial sector, including local textiles.
KEYWORDS
persebaran, batik, industri, Jawa Barat
FULL TEXT:PDF
REFERENCES
Achmad, S. W. (2016). Sejarah Kerajaan-Kerajaan Besar di Nusantara.Yogyakarta: Araska.
Atik, S. K., Kudiya, K., Jusuf, H., Djatmiko, D., dan Rais, Z. (2010). Buku Saku Batik Jawa Barat Jilid II. Bandung: Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB).
Basundoro, P. (2016). Pengantar Sejarah Kota.Yogyakarta: Ombak.
Boow, J. (1988). Symbol and Status in Javanese Batik. Monograf Series No. 7. Asian Studies Centre: University of Western Australia.
Djajusman, D. S. (1993). Di Seberang Gerbang Pabrik: Asrama Buruh Perempuan. Prisma 21, 51-58.
Emalia, I. (2017). Geliat Ekonomi Kelas Menengah Muslim di Cirebon: Dinamika Industri Batik Trusmi 1900-1980. Al-Turas, 23 (2), 211-230.
Erwantoro, H. (2012). Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon. Jurnal Patanjala, 4 (1), 170-183.
Feriadi. (2011). Perkembangan Industri Batik Trusmi 1955-2005. Skripsi Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.
Katam, S. (2014). Gemeente Huis. Bandung: Kiblat Buku Pustaka.
Kudiya, K. (2011). Batik Eksistensi untuk Tradisi. Jakarta: Dian Rakyat.
Kuntowijoyo. (2018). Demokrasi & Budaya Birokrasi. Yogyakarta: IRCiSoD.
Lee, E. S. (1976). Laporan penelitian: Suatu Teori Migrasi. Yogyakarta: Lembaga Kependudukan Universitas Gadjah Mada.
Leirissa, R. Z., Ohorella, G. A., dan Tangkilisan, Y. B. (2012). Sejarah Perekonomian Indonesia. Yogyakarta: Ombak.
Mudzakkir, A. (2017). Konservatisme Islam dan Intoleransi Keagamaan di Tasikmalaya. Multikultural & Multireligius, 16 (1), 57-74.
Mulyana, A. (2018). Negara Pasundan 1947-1950. Yogyakarta: Ombak.
Noer, D. (2015). Mohammad Hatta. Jakarta: Buku Kompas.
Nurainun, Heriyana dan Rasyimah. (2008). Analisis Industri Batik di Indonesia. Fokus Ekonomi, 7 (3), 124-135.
Permanasari, I. & Cahanar, P (Ed). (2019). Kisah Goresan Malam. Jakarta: Kompas.
Pradito, D., Jusuf, H., dan Atik, S. K. (2010). The Dancing Peacock Colours and Motifs of Priangan Batik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Prananta, A. W. (2019). Sejarah Kelas Menengah (Dari Zaman Kerajaan hingga Indonesia Modern). Malang: Intrans Publishing.
Salam, M. (2017). Sanghyang Siksa Kandang Karesian, diakses 24 Februari 2020, dari http://soekapoera.or.id/2017/04/02/sanghyang-siksa-kandang-karesian/
Sari, S. (9 September 2019). Wawancara.
Septiani, M. (13 Januari 2020). Wawancara.
Sunarya, Y. Y. (2010) Batik Priangan Modern dalam Konstelasi Estetik dan Identitas. Pendidikan Seni KAGUNAN, 4 (2), 1-11.
Supriyadi, D. (17 November 2018). Wawancara.
Supriyadi, D. (18 Januari 2020). Wawancara.
Sutopo, I. (2011) Produktivitas dan Ketahanan Bisnis Industri Kecil (Studi Empiris Industri Batik Tulis Trusmi Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon). Dinamika Keuangan dan Perbankan, 3 (1), 102-112.
Tempo. (1993, Mei, 15). Kemiskinan dan Kesenjangan. Tempo, 12.
Tempo. (1971, Agustus, 14). Kota Tanpa Batik. Tempo, 19-20.
Tempo. (1971, Juli, 3) Tentang Buruh Murah Indonesia. Tempo, 46.
Tempo. (1971, Juni, 19). Jang Terlindung dan Terpukul. Tempo, 43.
Trade Research & Development Agency. (2008). Indonesian Batik A Cultural Beauty. Jakarta: Departemen Perdagangan Republik Indonesia.
Verbeek, R. D. M & Fennema, R. (1896). “Geologische Beschrijving van Java en Madoera” dalam Uitgegeven Op Last Van Zijne Excellentie Den Gouverneur-Generaal Van Nederlandsch-Indie. ATLAS. Amsterdam: Joh. G. Stemler Cz.
Warsito, R. (2017). Antropologi Budaya. Yogyakarta: Ombak.