WILAYAH KERJA: PROVINSI JAWA BARAT, DKI JAKARTA, BANTEN, DAN LAMPUNG

BETUTU BALI : MENUJU KULINER DIPLOMASI BUDAYA INDONESIA

I Made Purna, kadek dwikayana

ABSTRACT
Etnis Bali yang beragama Hindu, telah memiliki sumber daya budaya berupa kuliner tradisional betutu dari bahan ayam dan bebek. Kuliner betutu dimasak dengan bumbu “jangkep” (lengkap). Kuliner ini pada awalnya difungsikan sebagai makanan persembahan terhadap Ida Hyang Widhi Wasa/Tuhan Hyang Maha Esa, dan hasil persembahannya disantap bersama-sama. Namun, perkembangan selanjutnya difungsikan sebagai hidangan kaum raja-raja dan keluarganya, dan kebutuhan sosial. Dalam menghadapi politik global dan pariwisata, maka Betutu difungsikan sebagai kebutuhan biologis anggota masyarakat secara umum, pariwisata dan diplomasi. Tujuan dari penulisan artikel ini (1) melestarikan kuliner Betutu Bali (2) mempopulerkan kuliner Betutu sebagai media identitas, toleransi (kerukunan, keharmonisan) antar umat beragama, etnis dan bangsa. Artikel ini menggunakan konsep kuliner, gastro diplomasi dan teori fungsional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik sampling menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan kuliner Betutu dapat diterima oleh semua kalangan dengan terbukti dapat ditemukan atau disajikan di hotel-hotel berbintang, restauran, dijual di warung-warung makanan dengan omset yang selalu meningkat.

Hindus Balinese ethnic has cultural resources in the form of betutu, a traditional culinary from chicken and duck. Betutu is cooked with "jangkep" (complete) spices. This food was originally functioned as a food offering to Ida Hyang Widhi Wasa (Hyang the One God), and the results of her offerings were eaten together. However, further developments functioned as a dish for the kings and their families, and social needs. In the face of global politics and tourism, Betutu functioned as the biological needs of community members in general, tourism and diplomacy. The purpose of writing this are (1) preserving Betutu Bali culinary (2) popularizing Betutu culinary as a medium of identity, tolerance (harmony) between religious and ethnic groups. This article uses concepts such as culinary, gastro diplomacy and functional theory. This study uses descriptive qualitative methods with sampling techniques like purposive sampling and snowball sampling. The results of this study show that Betutu culinary can be accepted by all people, proven to be found or served in starred hotels, restaurants, sold in food stalls with an ever-increasing turnover.

KEYWORDS
betutu, kuliner, diplomasi, toleransi.

FULL TEXT:PDF

REFERENCES
DAFTAR SUMBER
Jurnal, Makalah, Skripsi dan Tesis

Gabriella, Clarisa. 2013.

Peran Diplomasi Kebudayaan Indonesia Dalam Pencapaian Kepentingan Nasionalnya.Skripsi. Makassar: Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.

Jiun, Sarah Minotti. “Diplomasi Kebudayaan Indonesia Terhadap Amerika Serikat Melalui Kuliner (Gastrodiplomacy)Tahun 2010-2016” dalam JOM FISIP Vol. 5 Edisi I. Januari – Juni 2018.

Kesuma Yudha, I Putu Putra. “Sate dan Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa Adat Blayu” pada Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional BPNB Bali Vol 22 No 2. 2015.

Mapandin, Wahida Y. 2006.

Hubungan Faktor-Faktor Sosial Budaya Dengan Konsumsi Makanan Pokok Rumah Tangga Pada Masyarakat Di Kecamatan Wamena, Kabupaten Jayawijaya Tahun 2005. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Marsiti, Cokorda Istri Raka; Ni Made Suriani; Ni Wayan Sukerti.“Strategi Pengembangan Makanan Tradisional Berbasis Teknologi Informasi Sebagai Upaya Pelestarian Seni Kuliner Bali”, Makalah dalam Seminar Nasional Riset Inovatif, 2017.

Sabana, Setiawan. “Nilai Estetis Pada Kemasan Makanan Tradidional Yogyakarta” dalam ITBJ.Vis.Art Vol. 1 D No. 1. 2007.

Suardani, Made..Analisis Keputusan Pengunjung Membeli Ayam Betutu Pada Rumah Makan Ayam Betutu Khas Gilimanuk di Tuban Bali dalam SOSHUM JURNAL Sosial dan Humaniora, Vol. 3, No. 2, Juli 2013.

Buku

Bustanudin, Agus. 2006.

Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dibia, I Wayan. 2012.

Taksu dalam Seni dan Kehidupan Bali.Denpasar:Balimangsi.

Kementrian Pendidikan Kebudayaan. 2004. Ensiklopedia Makanan Tradisional Indonesia(Sumatra).Jakarta:Proyek Pengembangan Tradisi dan Kepercayaan Ditjenbud.

Melalatoa, Yunus. 1995.

Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Pontjo Sunjata, Wahyudi. 2014.

Kuliner Jawa dalam Serat Centhini. Yogyakarta:BPNB DIY, Jateng dan Jatim.

Ritzer, George. 2008.

Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

________. 2012.

Teori Sosiologi: dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Terjemahan Sahut Pasaribu. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Sedyawati, Edi. 2014.

Kebudayaan di Nusantara dari Keris, Tortor sampai Industri Budaya.Jakarta: Komunitas Bambu.

Suarsana, I Made; I Made Purna; I Made Dharma Suteja; I Wayan Suca Sumadi; Raj. Riana Dyah P. 2016. Inventarisasi dan Perlindungan Karya Budaya Betutu di Banjar Teruna, Desa Peliatan Kecamatan Ubud, Gianyar, Bali. Penerbit Kepel Press.

Sudarma, Wayan, I Gusti Ayu Armini, I Gusti Ayu Agung Sumarheni. 2014. Inventarisasi Perlindungan Karya Budaya Kuliner Taliwang. Denpasar: BPNB Bali, NTB, NTT.

Sugiyono, 2008.

Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sulasman, H. dan Setia Gumilar. 2013. Teori-teori Kebudayaan. Bandung:CV. Pustaka Setia.

Yusa, Ni Made. 2014.

PanganTradisional Khas Gianyar. Denpasar: Udayana Iniversity Press.

Website

https://groups.google.com/d/msgid/gastronmi_indonesia diakses pada tanggal11/01/2016

indraket@gmail.com diakses pada tanggal 27/11/2016.

Popular Posts